Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

STUDI PERBANDINGAN METODE KAPASITANSI DAN METODE PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DALAM PENGUKURAN HAIRINESS PADA BENANG SPUN Murti, Wilda; Pradifta, Reski Alya; Wijayono, Andrian; Nurazizah, Verawati; Rusman, Fahmi Fawzy; Ikhsani, Nurfadilah
CENDEKIA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/cendekia.v5i2.4703

Abstract

The objective of this study is to determine the relationship between the capacitance method and the digital image processing method in measuring the hairiness index of yarn, as well as to evaluate the potential of digital image processing as an alternative method for testing spun yarn hairiness. This study utilizes three types of yarn with counts of Nec 12, Nec 16, and Nec 24. Hairiness measurement is conducted using two methods: the capacitance method, based on the SNI ISO 16549:2010 standard (Textiles – Yarn Evenness and Similar Properties), utilizing the Textechno Covatest instrument, and the digital image processing method, employing a CMOS Dino-Lite camera and Java-based software. The digital image processing procedure consists of several stages, including yarn image acquisition, background segmentation and free fiber feature extraction, image conversion to binary format, quantitative analysis, and Hairiness index (HI) calculation. The hairiness index results from both methods are compared using linear regression analysis to determine their correlation. The findings indicate that the capacitance method and the digital image processing method exhibit a very strong relationship, with a coefficient of determination (R²) of 90.23%. This result suggests that the digital image processing method has significant potential as an alternative for measuring spun yarn hairiness. ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara metode kapasitansi dan metode pengolahan citra digital dalam pengukuran hairiness index pada benang serta mengevaluasi kemungkinan metode pengolahan citra digital sebagai alternatif pengujian hairiness benang spun. Pada penelitian ini, digunakan tiga jenis benang dengan nomor Nec 12, Nec 16, dan Nec 24. Pengukuran hairiness  dilakukan dengan dua metode: metode kapasitansi berdasarkan standar SNI ISO 16549:2010 (Tekstil – Ketidakrataan Benang dan Sejenisnya) menggunakan alat Textechno Covatest, serta metode pengolahan citra digital dengan kamera CMOS Dino-Lite dan perangkat lunak berbasis pemrograman Java. Proses pengolahan citra digital dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu akuisisi citra benang, segmentasi latar belakang dan ekstraksi fitur serat bebas, konversi citra ke dalam format biner dan analisis kuantitatif dan perhitungan Hairiness index (HI). Hasil hairiness index dari kedua metode dibandingkan dengan analisis regresi linier untuk mengetahui hubungan antara keduanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode kapasitansi dan metode pengolahan citra digital memiliki hubungan yang sangat kuat dengan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 90,23%. Nilai ini menunjukkan bahwa metode pengolahan citra digital memiliki potensi sebagai alternatif dalam pengukuran hairiness benang spun.
Pengaruh Jumlah Twist per meter (TPM) dan Rangkapan Benang terhadap Kinerja Mekanis Benang Gintir Nurazizah, Verawati; Wijayono, Andrian; Rusman, Fahmi Fawzy; Ikhsani, Nurfadilah; Pradifta, Reski Alya; Murti, Wilda
Metode : Jurnal Teknik Industri Vol. 11 No. 1 (2025): Jurnal Metode
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ply yarn is widely used in high-performance textiles due to its superior tensile strength and durability compared to single yarn. However, the selection of twist per meter (TPM) and the number of plies in ply yarn significantly influences its mechanical properties. This study aims to examine the effect of TPM and the number of plies on the tensile strength and elongation of ply yarn. An experimental approach was employed, varying TPM (550, 650, and 750 TPM) and the number of plies (2 and 3). Tensile tests were conducted to measure the yarn's tensile strength and elongation, while two-way ANOVA statistical analysis was used to evaluate the influence of each variable. The results indicated that TPM and the number of plies significantly affected the tensile strength and elongation of ply yarn (p < 0.05), while their interaction was not significant (p > 0.05). Increasing TPM enhanced tensile strength up to a certain limit before declining, whereas a higher number of plies improved both tensile strength and elongation but also increased yarn stiffness. These findings confirm that an optimal combination of TPM and the number of plies is essential to achieve the best balance between tensile strength and flexibility in ply yarn.
Tekstil Berkelanjutan Melalui Pelatihan Standar Proses Pencelupan Benang dan Pembuatan Pola Manual Pakaian UMKM Pewarna Alam: Sustainable Textile Through Technical Traning on Yarn Dyeing Standards and Garment Manual Pattern-Making in MSME of Natural Dye Khairunnisa, Hasna; Rusman, Fahmi Fawzy; Aribowo, Irham; Yulianto, Bambang
Jurnal Abdimas Le Mujtamak Vol. 5 No. 1 (2025): Le MUJTAMAK 2025: Januari - Juni
Publisher : Universitas Islam Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46257/jal.v5i1.1162

Abstract

Kegiatan pengabdian dilakukan pada salah satu UMKM yang menyediakan jasa pembuatan produk fesyen dengan bahan baku pewarna alam ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pewarna alam yang digunakan berasal dari tanaman yang dibudidayakan langsung oleh petani sekitar. Salah satu produk yang dihasilkan yakni Eco-Dyeing Yarn atau benang yang dicelup secara eco-friendly menggunakan pewarna alam indigo. Permasalahan ditemui dalam proses pencelupan benang dimana gulungan benang hasil pencelupan menjadi kusut sehingga sulit untuk diurai, serta hasil warna dari proses pencelupan benang belum optimal dan belum konsisten. UMKM ini juga mulai mengembangkan bisnisnya dengan memproduksi dan menjual pakaian batik ready to wear yang juga menggunakan pewarna alam ramah lingkungan. Dalam proses pembuatannya, para karyawan masih menggunakan pola-pola contoh dalam membuat pakaian, namun belum memiliki kemampuan yang mumpuni untuk membuat pola pakaian secara mandiri. Sehingga program PKM ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi karyawan. Metode kegiatan pelaksanaan PKM meliputi survei pendahuluan, perancangan program dan desain, memberikan pendampingan teknis serta penyuluhan dalam rangka untuk mengoptimalkan proses pencelupan benang pewarna alam, dengan beberapa kegiatan seperti penyuluhan standar proses pencelupan material kapas serta pelatihan pembuatan pola manual. Kegiatan mendapatkan respon yang positif dari seluruh peserta dengan berdasarkan evaluasi kuesioner kepuasan peserta yaitu 3,5  dari skala 4.
Pengembangan Benang Berkelanjutan Berbasis Serat Nanas dengan Teknik Pemintalan Open-End Rotor Khairunnisa, Hasna; Rusman, Fahmi Fawzy; Aribowo, Irham; Yulianto, Bambang; Mahmudi, Rahmad Ali
Jurnal Sains dan Aplikasi Keilmuan Teknik Industri (SAKTI) Vol. 5 No. 1 (2025): June 2025
Publisher : Teknik Industri Universitas Ma Chung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bahan baku benang yakni serat dapat berasal dari berbagai macam jenis serat, baik serat alam maupun serat buatan. Tekstil berkelanjutan merupakan isu yang terus mendorong untuk pencarian sumber serat alternatif dari alam yang lebih ramah lingkungan dan mendukung sirkularitas. Pineapple Leaf Fibre (PALF) atau serat nanas merupakan salah satu potensi bahan baku yang dapat dikembangkan. Penelitian ini ingin mengembangkan dan mengkaji kemampuan dan kualitas benang yang dihasilkan dari serat nanas yang dikombinasikan dengan serat alam lainnya yaitu serat cotton. Mesin open-end spinning digunakan untuk memproduksi benang campuran serat nanas dan cotton dengan mempertimbangkan berbagai keunggulan dan fleksibilitas mesin tersebut. Studi dilakukan berdasarkan desain eksperimen yang mempertimbangkan 2 parameter utama yakni Nomor Benang (Ne) serta komposisi serat nanas dan cotton, juga dilakukan perbandingan dari 2 sumber serat nanas yang berbeda. Produksi dilakukan pada mesin drawing finisher dan breaker untuk menghasilkan sliver campuran berdasarkan komposisi yang ditentukan, kemudian benang diproduksi pada mesin open-end dengan 8 kombinasi eksperimen. Benang yang telah diproduksi kemudian melewati pengujian parameter kualitas yakni nomor benang, ketidakrataan benang, serta tenacity. Pengujian kualitas membuktikan bahwa serat nanas yang dikombinasikan dengan serat cotton dapat diproduksi menjadi benang dengan kualitas yang sesuai. Namun, uji statistik menunjukkan belum terdapat bukti kuat bahwa faktor material, komposisi dan nomor benang berpengaruh signifikan terhadap kualitas benang campuran serat nanas dan cotton. Variasi komposisi campuran cenderung berkemungkinan untuk mempengaruhi ketidakrataan dan tenacity daripada variasi nomor benang, sedangkan faktor material dan komposisi lebih berpengaruh ke ketidakrataan benang. Lebih jauh, faktor komposisi dan nomor benang lebih berpengaruh ke tenacity.
PENGARUH KECEPATAN DELIVERY ROLL TERHADAP NILAI DENSITAS VOLUME GULUNGAN BENANG RANGKAP PADA PROSES DOUBLING Wijayono, Andrian; Nurazizah, Verawati; Ikhsani, Nurfadilah; Rusman, Fahmi Fawzy; Murti, Wilda; Pradifta, Reski Alya
CENDEKIA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/cendekia.v5i3.5544

Abstract

Yarn winding is a crucial process in the textile industry where the volume density (density) of the roll is an essential quality parameter. The roll density directly affects the yarn tension in subsequent processes such as warping and twisting. The doubling process, which doubles the yarn before the twisting process, requires proper roll density settings to meet standards. This study aims to analyze the effect of variations in the delivery roll speed on a doubling machine on the volume density of doubled yarn rolls. An experimental method was used by making four samples of Ne1 30 cotton yarn at different delivery roll speeds: 150, 300, 550, and 750 meters/minute. Other parameters such as ring tension load (10 grams) and acceleration time (90 seconds) were kept constant for all samples. The experimental results showed a positive trend, where the higher the delivery roll speed, the higher the resulting roll density value. Of the four speed variations, only speeds of 550 and 750 meters/minute were able to produce roll densities according to the twisting process standard (above 0.4 grams/cm³). Statistical analysis using ANOVA also confirmed that the delivery roll speed has a significant effect on the roll volume density (significance value 0.05). Thus, it is concluded that the delivery roll speed is a key parameter that needs to be optimized to achieve the desired double yarn roll density. ABSTRAKPenggulungan benang merupakan proses krusial dalam industri tekstil di mana densitas volume (kepadatan) gulungan menjadi parameter mutu yang esensial. Kepadatan gulungan secara langsung memengaruhi tegangan benang pada proses selanjutnya seperti warping dan twisting. Proses doubling, yang menggandakan benang sebelum proses twisting, memerlukan pengaturan densitas gulungan yang tepat untuk memenuhi standar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variasi kecepatan delivery roll pada mesin doubling terhadap densitas volume gulungan benang rangkap. Metode eksperimental digunakan dengan membuat empat sampel benang katun Ne1 30 pada kecepatan delivery roll yang berbeda: 150, 300, 550, dan 750 meter/menit. Parameter lain seperti beban ring tension (10 gram) dan waktu akselerasi (90 detik) dijaga konstan untuk semua sampel. Hasil eksperimen menunjukkan adanya tren positif, di mana semakin tinggi kecepatan delivery roll, semakin besar pula nilai densitas gulungan yang dihasilkan. Dari empat variasi kecepatan, hanya kecepatan 550 dan 750 meter/menit yang mampu menghasilkan densitas gulungan sesuai standar proses twisting (di atas 0,4 gram/cm³). Analisis statistik menggunakan ANAVA juga mengonfirmasi bahwa kecepatan delivery roll memberikan pengaruh yang signifikan terhadap densitas volume gulungan (nilai signifikansi 0,05). Dengan demikian, disimpulkan bahwa kecepatan delivery roll merupakan parameter kunci yang perlu dioptimalkan untuk mencapai densitas gulungan benang rangkap yang diinginkan.
Effect of Blending Methods on the Mechanical Properties of PALF-Cotton Hybrid Yarns Produced via Open-End Spinning Rusman, Fahmi Fawzy; Afifuddin, Mokh; Harianto, Dedy; Parmawati, Sih; Kusnadi, Bambang; Ardiyanto, Agus; Hindardi, Darmawan
TECHNO: JURNAL PENELITIAN Vol 14, No 2 (2025): TECHNO JURNAL PENELITIAN
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/tjp.v14i2.10854

Abstract

The increasing demand for eco-friendly materials in the textile industry has led to greater attention on the use of natural fibers, such as pineapple leaf fiber (PALF), which is abundant as agricultural waste. However, its coarse structure and limited spinnability pose challenges in yarn manufacturing. This study aims to compare two fiber blending methods, sliver blending using a drawing frame and fiber blending using a blowing machine in the production of PALF-cotton hybrid yarns via an open-end spinning system. Both samples were prepared using a 50:50 PALF-cotton ratio and evaluated for yarn count, tenacity, and elongation. The results showed that the yarns blended through the blowing process demonstrated superior tenacity and more consistent yarn count. Statistical analysis using an independent sample t-test confirmed that these differences were significant (p 0.05). Elongation values were also significantly higher in yarns processed using the blowing method. These findings highlight the importance of blending technique in improving fiber distribution, inter fiber cohesion, and overall yarn quality. It can be concluded that the blowing method offers a more effective strategy for producing sustainable PALF-cotton hybrid yarns, suitable for industrial scale applications. This research contributes to the advancement of sustainable textile processing and provides a practical reference for industries seeking to utilize agro waste fibers in yarn production.