Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

QIRAAT IBNU KATHIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TAFSIR Jannnah, Aqilatul; Aziz, Azalia Wardha
Bahasa Indonesia Vol 9 No 1 (2023): TASAWUF DAN KEARIFAN LOKAL
Publisher : Program Studi Ilmu Tasawuf IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk, Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The diversity of reading the Qur'an or qira>'a>t existed at the time of the Prophet Muhammad SAW and received it from Jibril a.s. Then Prophet Muhammad SAW taught it to the companions of the Prophet, and the companions of the Prophet taught it to the tabiin. The development of qira>'a>t does not just stop as a variety of reading the Qur’an. However, qira>'a>t developed into a science and gave birth to qira>'a>t experts known as Imam of qira>'a>t. The Imam of qira>'a>t are known as their mutawa>tir qira>'a>t, namely qira>'a>t sab'ah. All of the existing qira>'a>t have their own similarities and differences. Likewise, qira>'a>t Imam Ibn Kathir who is one of the imams of qira>'a>t sab'ah. Qira>'a>t Imam Ibn Kathir in several verses, at first glance it only looks different in the pronunciation of reading the Qur'an. However, the difference in qira>'a>t is not only different in terms of pronunciation but also meaning. This can be identified from the aspect of the difference in qira>'a>t itself. As in the implications of Imam Ibn Kathir's qira>'a>t for interpretation, which consists of differences in harakat and syakl also i'rab which have implications for meaning, differences in character which have implications for meaning and writing and differences in al-ziyadah and al-nuqsan. Therefore, Imam Ibn Kathir's qira>'a>t does not only affect the pronunciation or reading, but also affects changes in meaning which have implications for interpretation.
Tawazun Sebagai Prinsip Moderasi Beragama Perspektif Mufassir Moderat Aziz, Azalia Wardha; Ulya, Erviana Iradah
Ulumul Qur'an: Jurnal Kajian Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 4 No. 2 (2024): Ulumul Quran: September 2024
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir STIU Darul Quran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58404/uq.v4i2.344

Abstract

Moderasi beragama merupakan instrumen penting bagi umat beragama dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi umat Islam. Namun instrumen tersebut, saat ini seringkali dilalaikan dan tidak dianggap penting. Salah satunya keseimbangan atau tawazun sebagai prinsip moderasi beragama. Urgensi tawazun juga tersirat dalam sumber utama rujukan Islam yaitu al-Qur’an. Penelitian ini bertujuan mengungkap makna keseimbangan atau tawazun dalam al-Qur’an dari penafsiran beberapa mufassir moderat terhadapnya. Mufassir moderat yang digunakan yaitu Wahbah al-Zuhaili, Buya Hamka dan M. Quraish Shihab. Beberapa ayat al-Qur’an mengenai tawazun yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu surah al-Qas}as} (28);77 dan surah al-Rah}ma>n (55):7-9. Penelitian ini termasuk ke dalam kategori deskriptif kualitatif, dengan pendekatan tafsir maud}u>’i. Analisis tawazun terhadap penafsiran perspektif mufassir moderat menghasilkan, bahwa tawazun merupakan keseimbangan dalam urusan dunia dan akhirat. Hal tersebut berdasar pada prinsip tawazun dalam al-Qur’an, untuk mencari kebahagiaan dunia dan akhirat, berbuat baik dan jangan berbuat kerusakan di bumi serta berbuat keadilan dan seimbang. Prinsip tawazun dalam al-Qur’an juga menghadirkan beberapa unsur yang dapat diimplemantasikan dalam kehidupan beragama, yaitu menjaga keseimbangan hidup duniawi dan ukhrawi, duniawi sebagai sarana mencapai ukhrawi, pemenuhan hak kepada Allah SWT dan setiap orang, senantiasa berbuat baik dan sikap tidak berlebihan terhadap sesuatu. Kata Kunci : Tawazun, al-Qur’an, Moderasi Beragama, Moderat
TRILOGI PROSES INTEGRASI SOSIAL DAN IMPLIKASI TERHADAP KEMULIAAN BERDASARKAN SURAH AL-HUJURAT (49):13 Fadjrul Hakam Chozin; Aziz, Azalia Wardha
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 9 No 01 (2024): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/at.v9i01.6489

Abstract

Penelitian ini mengkaji makna maupun pesan yang terkandung dalam surah al-Hujurat (49): 13 dalam perspektif sosiologi melalui beberapa penafsiran mufassir terhadap ayat. Penelitian terhadap surah al-Hujurat (49): 13 sebelumnya telah banyak dilakukan dalam beberapa perspektif. Namun sebagian besar penelitian hanya berfokus pada satu term atau kata kunci sebagai perwakilan keseluruhan makna ayat. Kajian dalam penelitian ini berupaya mengungkap dan menganalisis surah al-Hujurat (49): 13 dengan berfokus pada tiga term sebagai kata kunci dalam ayat, meliputi penciptaan (khalaqna), kenal-mengenal (ta’aruf) dan paling mulia (akram). Ketiga term tersebut, menggambarkan trilogi unsur yang memiliki relevansi makna terhadap kesatuan makna dalam ayat. Penciptaan (khalaqna) sebagai realitas pluralitas menjadi dasar kesadaran untuk kenal-mengenal (ta’aruf) melalui tindakan. Tindakan kenal-mengenal berupa saling memahami satu sama lain, kerja sama, pemenuhan hak satu sama lain, saling mewarisi satu sama lain dan saling mengakui maupun menghargai satu sama lain. Relevansi antara term penciptaan (khalaqna) dan kenal-mengenal (ta’aruf), mencerminkan fase atau tahapan terwujudnya integrasi sosial sebagai cita-cita dalam ayat yang berimplikasi pada pencapaian kemuliaan (akram). Kemuliaan dapat dicapai dengan konsistensi sebagai bentuk takwa dalam melaksanakan perintah Allah Swt, melalui tindakan upaya kenal-mengenal (ta’aruf) yang berdasar pada realitas pluralitas (khalaqna).