Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Epigenetik Pada Sindrom Ovarium Polikistik: Gangguan Proses Folikulogenesis Yang Melibatkan Gen Reseptor Androgen, Reseptor Follicle-Stimulating Hormone Dan Reseptor Luteinizing Hormone Arianto, Steven; Radhina, Afifa; Shari, Amalia; Jannah, Insani Fitrahulil; Sari, Mike Permata
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 1 (2024)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i1.683

Abstract

Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) merupakan salah satu gangguan hormonal yang dialami oleh wanita. Gangguan ini menyebabkan disregulasi proses neuroendokrin dan mengganggu proses pembentukan folikel (folikulogenesis). Etiologi gangguan folikulogenesis pada Sindrom Ovarium Polikistik disebabkan oleh reseptor androgen, reseptor follicle stimulating hormone (FSH), dan reseptor luteinizing hormone (LH). Beberapa pendekatan ilmiah digunakan untuk memahami penyebab gangguan folikulogenesis pada Sindrom Ovarium Polikistik, salah satunya epigenetik. Faktor epigenetik seperti metilasi DNA dan modifikasi histon diduga menjadi salah satu penyebab gangguan pengaturan sinyal luteinizing hormone dan follicle stimulating hormone pada folikulogenesis. Sinyal luteinizing hormone dan follicle-stimulating hormone diatur oleh reseptor luteinizing hormone dan reseptor follicle stimulating hormone yang memiliki ekspresi messenger RNA (mRNA) yang berbeda dibandingkan dengan kondisi normal. Reseptor luteinizing hormone diekspresikan secara berlebihan pada sel teka dan sel granulosa, sedangkan reseptor follicle stimulating hormone mengalami represi ekspresi gen pada sel granulosa. Hiperandrogenisme yang dimediasi reseptor androgen juga diatur secara berbeda pada Sindrom Ovarium Polikistik.
Pemanfaatan Daun Saga Rambat Sebagai Antibakteri Shari, Amalia
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 3 (2024)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i3.807

Abstract

Keanekaragaman hayati, termasuk hutan tropis di Indonesia banyak yang belum teridentifikasi. Kawasan hutan tersebut memiliki potensi tanaman obat yang tinggi. Pemanfaatan tanaman obat herbal sebagai pengobatan alternatif telah diterapkan sejak dahulu. Tanaman obat yang digunakan dengan tepat memiliki risiko kecil efek samping dibandingkan dengan obat-obatan berbahan dasar sintesis. Salah satu tanaman obat yang dapat dimanfaatkan adalah tanaman saga rambat (Abrus precatorius L) digunakan untuk mengatasi batuk, sariawan, radang tenggorokan, dan sakit gigi. Menurut beberapa penelitian, daun saga rambat (Abrus precatorius L) memiliki aktivitas antibakteri. Cara alternatif untuk mencegah resistensi bakteri adalah dengan pemberian antibakteri salah satunya dengan menggunakan tanaman herbal. Daun saga rambat (Abrus precatorius L) memiliki kandungan senyawa aktif seperti flavonoid, saponi, alkaloid, dan tannin yang bersifat sebagai antibakteri. Senyawa aktif dapat merusak dinding sel bakteri, mempengaruhi permeabilitas sel bakteri, mempengaruhi protein dan asam nukleat, serta menghambat kerja enzim.
Hubungan kadar c-reaktif protein dengan laju endap darah sebagai penanda inflamasi pada pasien anak demam di Rumah Sakit Umum Hermina Kemayoran Shari, Amalia
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 5 (2024)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i5.1031

Abstract

Pemeriksaan C- reaktif protein dan Laju Endap Darah merupakan dua pemeriksaan yang sering digunakan untuk menilai proses inflamasi sistemik dan memonitoring tubuh pasien. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan parameter c- reaktif protein dan laju endap darah pasien anak demam. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel berjumlah 30 sampel. Data yang dikumpulkan dari rekam medis dan diolah menggunakan software statistika dengan uji univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini dengan kategori C- reaktif protein dan Laju Endap Darah pada pasien anak demam dengan kategori C- reaktif protein normal dan Laju Endap Darah normal sebanyak 10%, C- reaktif protein normal dan Laju Endap Darah meningkat sebanyak 10%, C- reaktif protein meningkat dan Laju Endap darah normal sebanyak 37%, C- reaktif protein meningkat dan Laju Endap Darah meningkat sebanyak 57%. Hal ini menunjukkan bahwa pada pasien anak demam terjadi inflamasi yang memicu tingginya C- reaktif protein dan memicu juga adanya kenaikan Laju Endap Darah, namun belum ditemukan adanya korelasi antara c- reaktif protein dan laju endap darah dengan nilai p = 0,984 yang mengartikan tidak adanya korelasi dan nilai r= 0,004 dimana nilai r mempunyai makna korelasi sangat lemah, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan positif dan searah pada pemeriksaan kadar c- reaktif protein dan nilai laju endap darah pada pasien anak demam di Rumah Sakit Hermina Kemayoran.
Identifikasi bakteri Staphylococcus aureus pada baju khusus (seragam) dokter di rumah sakit Shari, Amalia; Humaira, Andhara
Indonesian Journal of Health Science Vol 5 No 4 (2025)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v5i4.1580

Abstract

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit yang dapat menyerang pasien, petugas kesehatan serta orang-orang yang datang ke rumah sakit. Infeksi ini dapat menyebar melalui berbagai media, termasuk seragam dokter yang digunakan sering berinteraksi langsung dengan pasien. Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri penyebab infeksi nosokomial yang dapat hidup pada nares anterior dan kulit, dan dapat menimbulkan berbagai penyakit jika masuk ke tubuh melalui luka atau saat sistem imun lemah. Jurnal ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri Staphylococcus aureus pada seragam dokter di rumah sakit. Untuk mendeteksi keberadaan bakteri ini, dilakukan pengambilan sampel dengan metode swab pada seragam dokter. Sampel kemudian ditanam di media MSA (Manitol Salt Agar) yang selektif untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus. Selanjutnnya, dilakukan uji pewarnaan gram dan karakterisasi bakteri Staphylococcus aureus untuk identifikasi bakteri tersebut dengan menggunakan beberapa metode karakterisasi sederhana. Metode ini dapat meliputi uji katalase, uji koagulase, uji SIM (Sulfide Indol Motility), uji fermentasi karbohidrat dan uji resistensi antibiotik. Penelitian ini dapat menunjukkan bahwa seragam dokter dapat terkontaminasi oleh bakteri Staphylococcus aureus, sehingga berpotensi menjadi sumber penyebaran infeksi nosokomial di rumah sakit. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan praktik kebersihan dan sterilisasi dalam penanganan seragam dokter di rumah sakit.
Pemanfaatan Kacang Hijau (Vigna Radiata L.) sebagai media alternatif pertumbuhan bakteri Shari, Amalia; Lestari, Dian Ayu
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 6s (2024): Mewujudkan Indonesia Sehat: Transformasi Sistem Kesehatan di Era Baru
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i6s.1246

Abstract

Pertumbuhan dan perkembangan bakteri sangat dipengaruhi oleh media kultur yang digunakan, namun media pertumbuhan bakteri komersial seperti Nutrient agar sering kali menghadapi kendala seperti harga yang mahal dan sulit diakses di beberapa wilayah. Oleh karena itu, diperlukan alternatif yang lebih ekonomis dan mudah didapatkan. Laporan ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi kacang hijau (Vigna radiata L.) sebagai media alternatif pertumbuhan bakteri. Kacang hijau dipilih karena kandungan nutrisinya yang melimpah, seperti protein, karbohidrat, mineral, dan vitamin, yang mampu mendukung pertumbuhan mikroorganisme. Hasil penelitian pada laporan ini menunjukkan bahwa kacang hijau dapat mendukung pertumbuhan bakteri dengan baik, dengan hasil jumlah koloni yang tidak berbeda signifikan dibandingkan dengan Nutrient agar. Kacang hijau terbukti menjadi alternatif yang efektif dan lebih terjangkau, terutama untuk laboratorium dengan keterbatasan akses terhadap media standar. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyempurnakan formulasi media kacang hijau agar menghasilkan pertumbuhan koloni yang lebih seragam.