Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Bhatanda Ilila Song Meanings of The Ciacia La Poro Community to The Study of Literature and Culture La Djamudi, Nadir
ELS Journal on Interdisciplinary Studies in Humanities Vol. 5 No. 2 (2022): June
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.923 KB) | DOI: 10.34050/elsjish.v5i2.21219

Abstract

The problem of this research is how the meaning of the song Bhatanda Ilila in the Ciacia community, Karya Baru Village, Sorawolio District. The purpose of this study was to describe data about the meaning of the poem Song Bhatanda Ilila in the Ciacia Laporo community in Karya Baru Village, Sorawolio District. To achieve the objectives of this study, Leech's (1991) theory of meaning is used as the main theory, as well as supporting theories, such as the theory of literature, oral literature, and folk songs. This research is classified as a type of field research with a qualitative descriptive method. The data in this study are oral speech containing the meaning of Bhatanda Ilila's song recorded from informants or native speakers who use the Cia-cia Laporo language. Data collection techniques used are recording techniques and note-taking techniques. Data were analyzed descriptively through stages; transcription of data records, data classification, data translation, data analysis, conclusions. The results of the research on the meaning of Nyanyian Bhatanda Ilila of the Ciacia Laporo ethnic community in Karya Baru Village, Sorawolio District, are: (1) Data 01 or the first verse contains the affective meaning of two data, and the reflective and connotative meaning of each data. While data 02 or the second verse contains the connotative meaning of two data, and the affective meaning and conceptual meaning of each one data. (2) Data 03 or the third verse contains affective meaning and reflective meaning each one data, and connotative meaning there are two data. Furthermore, data 04 or the fourth verse contains affective meaning and connotative meaning each one data, and reflective meaning contains two data. (3) Data 05 or the fifth verse contains four data connotative meanings. (4) No thematic and stylistic meanings were found in the poems of Song Bhatanda Ilila in the Ciacia Laporo ethnic community in Karya Baru Village, Sorawolio District.
ANALISIS STRUKTURAL PADA NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY La Djamudi, Nadir; Muslim, Muslim; Mulsan, Mulsan
JEC (Jurnal Edukasi Cendekia) Vol. 7 No. 2 (2023): Agustus
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat FKIP UMB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35326/jec.v7i2.4926

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan unsur instrinsik dari novel Cinta Suci Zahrana(CSZ) karya Habiburrahman El Shirazy. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, di mana peneliti mendeskripsikan elemen-elemen fundamental dalam karya tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yang mengandalkan referensi seperti naskah novel dan buku-buku lain yang relevan dengan topik penelitian. Data yang diambil berupa kalimat dan kata-kata yang mengungkap unsur intrinsik novel, termasuk tema, tujuan, karakter, dan latar yang terdapat pada bagian kedelapan belas dari novel CSZ. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah Novel CSZ karya Habiburrahman El Shirazy, dengan tebal 284 halaman, diterbitkan oleh Penerbit Republika di Jakarta pada tahun 2017. Analisis data didasarkan pada pendekatan struktural atau objektif, fokus pada unsur-unsur karya sastra atau yang dikenal dengan analisis intrinsik. Dari analisis ini, dapat disimpulkan bahwa struktur intrinsik (bagian kedelapan belas) novel CSZ terdiri dari: 1) Alur, menggunakan alur mundur dan alur maju yang memulai cerita dari peristiwa pertama dalam urutan waktu terjadinya, 2) Tema, berkisar pada tawaran Prof. Jiang Daohang kepada Zahrana untuk studi S3 di Fudan University, Cina, yang disetujui oleh suaminya, Hasan Baktinusa, 3) Amanat, mendorong pentingnya komunikasi yang baik antara suami-istri untuk kemajuan keluarga, 4) Jenis Tokoh, terdiri dari tokoh sentral protagonis yang menyampaikan nilai-nilai positif, seperti Zahrana, Jiang Daohang, Hasan Baktinusa, Lina, Dua Turis Italia, dan Bu Nyai Dah, 5) Metode Penokohan, menggunakan metode analitis/langsung/diskursif dan metode dramatik/tidak langsung/ragaan untuk menggambarkan karakter tokoh, 6) Latar, terdiri dari latar tempat atau ruang, latar waktu, dan latar suasana.
Analisis Kesalahan Ejaan dalam Redaksi Surat Masuk di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buton Selatan Amane, Harianto; La Djamudi, Nadir; Nurlaila, Maryam; Masri
Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton Vol. 11 No. 3 (2025): Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton, Indonesia
Publisher : Lembaga Jurnal dan Publikasi Universitas Muhammadiyah Buton

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35326/pencerah.v11i3.2769

Abstract

Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara memiliki peran sentral dalam administrasi pemerintahan, khususnya dalam penyusunan surat dinas yang menuntut ketepatan berbahasa sesuai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak ditemukan kesalahan ejaan dalam redaksi surat masuk di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buton Selatan, yang berdampak pada penurunan kredibilitas lembaga, potensi salah tafsir, dan melemahnya efektivitas komunikasi birokrasi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi serta mendeskripsikan berbagai bentuk kesalahan ejaan dalam surat resmi, sehingga dapat memberikan gambaran empiris mengenai kualitas penerapan kaidah bahasa dalam praktik administrasi daerah. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Data diperoleh melalui dokumentasi surat masuk resmi periode Januari–Desember 2024, kemudian dianalisis dengan tahapan identifikasi, klasifikasi, tabulasi, interpretasi, dan penyimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari dua belas surat yang dianalisis, terdapat berbagai kesalahan dominan, seperti penggunaan huruf kapital yang tidak konsisten, kesalahan penulisan kata majemuk, kekeliruan tanda baca, serta singkatan yang tidak sesuai dengan kaidah baku. Temuan ini menegaskan perlunya peningkatan keterampilan kebahasaan aparatur melalui pelatihan teknis, penyediaan pedoman ejaan, serta penerapan sistem pemeriksaan internal untuk meningkatkan mutu tata naskah dinas di lingkungan pemerintahan daerah.
Philanthropic Perspective: Reading Muhammadiyah’s Social Activism Among Earthquake Survivors Alifuddin, Muhammad; La Djamudi, Nadir; Samritin
Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton Vol. 11 No. 3 (2025): Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton, Indonesia
Publisher : Lembaga Jurnal dan Publikasi Universitas Muhammadiyah Buton

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35326/pencerah.v11i3.7572

Abstract

This research on Muhammadiyah's Social Activism for West Sulawesi Earthquake Survivors aims to analyze it analytically and map Muhammadiyah's social activities from a philanthropic perspective. This research data was obtained through observation, in-depth interviews and document review. All data obtained were analyzed using the Miles and Huberman paradigm combined with Von Eckarberg's hermeneutic phenomenological analysis model. The findings and discussion of this research conclude the following: Muhammadiyah Sultra's social activism for earthquake survivors can be categorized as social philanthropy. This can be seen from the movement of volunteers who not only provide compensation but also carry out empowerment activities in the form of strengthening the spiritual and intellectual capacity of survivors. Muhammadiyah's social activism towards survivors is carried out on universal humanitarian principles and relies on the theological ideas of al-ma'un and Islam rahmatan lil alamin, so that the various social services and capacity strengthening programs carried out during the emergency response period are not co-opted by the social, cultural and religious background of the survivor group as subjects who receive social services.