Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Mutu dan karakteristik penyalaan briket arang tempurung kelapa dengan aplikasi lapisan arang sengon pada permukaannya Agussalim, A.; Khairana, Andi; Rajab, Marwan; Rezky, Maha; Dwiyanti, Ulfa
Jurnal Rekayasa Proses Vol 16 No 1 (2022): Volume 16, Number 1, 2022
Publisher : Jurnal Rekayasa Proses

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.70277

Abstract

Briket arang tempurung kelapa memiliki mutu lebih baik dibanding briket dari biomassa lain. Namun di sisi yang lain, briket ini juga memiliki kelemahan pada sifat penyalaan awalnya yang lambat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mutu dan sifat penyalaan briket arang tempurung kelapa yang diberi lapisan arang sengon pada bagian permukaannya. Bahan penelitian ini adalah tempurung kelapa dan kayu sengon yang diperoleh dari kota Makassar. Tempurung kelapa dan kayu sengon diarangkan terlebih dahulu. Setelah itu, arang tempurung kelapa dan kayu sengon dihaluskan dan dicampur perekat tapioka masing-masing 7% dan 20%. Ada empat rasio perlakuan antara arang tempurung kelapa (TK) dan sengon (S) yang digunakan dalam penelitian ini, yakni (1) TK/S 100/0, (2) TK/S 90/10, (3) TK/S 80/20, dan TK/S 0/100. Briket yang telah dicetak dikeringkan dan dikondisikan selama dua pekan. Selanjutnya, mutu briket diuji berdasarkan SNI 01-6235-2000, sedangkan sifat penyalaan awal dan kecepatan pembakaran diukur masing-masing dengan menggunakan metode Davies dan Abolude (2013) yang dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan briket arang tempurung kelapa berlapis, TK/S 90/10 dan 80/20, memiliki mutu tidak berbeda nyata dengan briket arang tempurung kelapa tanpa lapisan. Selain itu, briket arang berlapis juga memiliki sifat penyalaan yang menyamai briket arang sengon. Oleh sebab itu, penerapan arang sengon sebagai lapisan pada briket arang tempurung kelapa dengan rasio TK/S 90/10 mampu memperbaiki sifat penyalaan awal dari briket tanpa mengalami penurunan nilai kalor yang berarti. Secara umum, briket arang yang dibuat memenuhi standar, yakni untuk mutu kadar air, kadar abu, dan nilai kalor, kecuali kadar volatil.
Preferensi Bersarang dan Morfometrik Lebah Tanpa Sengat di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Indonesia: Nesting Preferences and Their Morphometric Stingless Bees in Luwu Regency, South Sulawesi, Indonesia Prastiyo, Andi; Rajab, Marwan; Irfan, Muhammad; Rahman, Abd.
PERENNIAL Vol 21 No 2 (2025): Vol. 21 No. 2, October 2025
Publisher : Forestry Faculty of Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24259/perennial.v21i2.45554

Abstract

Stingless bees (Apidae: Meliponini) are pollinators in tropical ecosystems that show morphological and ecological variations between species. This study aims to identify nesting preferences and their morphometric characters of stingless bees in Luwu Regency, South Sulawesi, Indonesia. Data collection was carried out through field surveys to access nesting preferences of stingless bees by locating their natural nests and documenting them in different habitats, after which bee samples were measured to obtain morphometric data. Data were then analyzed using one-way Analysis of Variance (ANOVA), Pearson correlation, and hierarchical clustering with SPSS 30.1.1.1.. Observations showed that stingless bees preferred Lansium domesticum trees as nest locations (42.5%), with variations in nest height, elevation, and entrance size that differed significantly between species (p < 0.05). The results showed that Tetragonula fuscobaltea had the smallest body size (2.99 ± 0.05), while T. biroi was larger (3.97 ± 0.10 mm) and formed a contiguous morphometric cluster, where there were two main groups, with T. fuscobaltea separated from the other three species. Strong positive correlations were found between body characters (r > 0.95), while environmental variables such as elevation and nest height did not show significant relationships to morphometry. The results of this study are expected to be the basis for the identification of stingless bee species morphometrically, as well as supporting the development of natural habitat-based conservation and the improvement of local bee cultivation in Luwu Regency and the South Sulawesi region in general.