Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ECONOMIC AND NON-ECONOMIC IMPLICATIONS OF COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) SUPPLY CHAIN AT AROUND TELUK KILUAN BEACH TANGGAMUS REGENCY LAMPUNG PROVINCE OF INDONESIA Aida, Neli; Suman, Agus; Sakti, Rachmad Kresna; ., Susilo
International Journal of Supply Chain Management Vol 8, No 4 (2019): International Journal of Supply Chain Management (IJSCM)
Publisher : International Journal of Supply Chain Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.543 KB)

Abstract

Community-based tourism is a form of participatory tourism management, aimed at reviewing the application of the principles of Community Based Tourism (CBT) supply chain in tourism development on Teluk Kiluan Beach and knowing its implications for the welfare of the surrounding community. This study uses a qualitative approach at Teluk Kiluan Tanggamus Beach research site in Lampung Province, and conducts primary data collection with interviews, in-depth interviews, and observations from key informants and other supporting informants then as a validity test. The results of the study show that CBT in developing coastal tourism on Teluk Kiluan applies economic principles and non-economic principles (social, cultural, political and institutional). The economic dimension of the implications of CBT supply chain on the welfare of the communities around the Gulf coast is characterized by: absorption of local labor, development of business units, doubling of people's income, and growing and developing new investors. Improving education, quality of life, changes in social values, freedom of action, environmental sustainability and the involvement of institutional strengths are the implications of implementing CBT on non-economic welfare of the community.
Menuju Eksistensi Otentik Orang Muda Indonesia di Era Digital: Tinjauan Filosofis Berdasarkan Konsep Dasein dan Das Man Martin Heidegge Babo , Alkuinus Ison; Anselo Ndama , Herminus Herwino; Savio Cimi , Severinus; Gon, Videlis; ., Susilo
Seri Filsafat Teologi Vol. 35 No. 34 (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v35i34.267

Abstract

Era digital telah membentuk ruang eksistensial baru bagi kaum muda Indonesia, di mana media sosial menjadi medan utama pembentukan identitas dan relasi sosial. Studi ini menganalisis fenomena tersebut melalui lensa filsafat Martin Heidegger, khususnya konsep Dasein dan das Man. Heidegger memandang manusia sebagai Dasein—makhluk yang sadar akan keberadaannya, namun rentan kehilangan keotentikan ketika hidupnya dikendalikan oleh opini publik dan norma sosial (das Man). Media sosial memperkuat mode eksistensi tidak otentik ini melalui algoritma, budaya performatif, dan tekanan validasi eksternal. Melalui pendekatan kualitatif dan studi pustaka, penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman kecemasan eksistensial (Angst) dapat menjadi pintu menuju keotentikan. Kaum muda perlu membangun sikap reflektif dan kritis dalam menggunakan media sosial, dengan mengembangkan keberanian eksistensial (Entschlossenheit) dan sikap Gelassenheit—yakni penggunaan teknologi secara sadar dan merdeka. Studi ini juga menegaskan pentingnya peran pemerintah, lembaga pendidikan, dan keluarga dalam mendampingi kaum muda agar mampu hidup sebagai pribadi otentik di tengah dunia digital.