Pratiwi, Fenny Kartika
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KONSEP PENCAHAYAAN ALAMI PADA DESAIN RUANG GALERI MENGGUNAKAN DIALUX EVO 9.2 (Studi Kasus: Desain Perancangan Gedung Pusat Pertunjukan Seni Dan Budaya di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur) Pratiwi, Fenny Kartika; Kridarso, Etty R.; Iskandar, Julindiani
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5 No 3 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The Gallery in the design of the Center for the Performing Arts and Culture has a function as an art exhibition using natural or artificial lighting by having standard of light intensity based on the Indonesian National Standard 03-6575-2001  Light Strength in the Gallery is 500 Lux and Greenship Rating Tools from Green Building Council Indonesia (GBCI), the minimum standard for natural lighting areas is 30% of the total area. The purpose of this research was to determine the design of the gallery according to the standards based on the simulation results using these standards as a reference for assessment identification. Writing with quantitative methods using DIALux Evo 9.2 software for building simulation by adjusting the coordinates of the building location, 3D building, and the effective hours from the sun source in the morning (06.00 WIB & 08.00 WIB), afternoon (12.00 WIB & 14.00 WIB), and evening (16.00 WIB). The simulation results contains lux calculations, lighting contours, and lighting distribution. Based on the analysis, the gallery has complied the standard of natural lighting needs around 08.00 WIB to 16.00 WIB and the distribution of lighting is 42-76% based on factors in the form of size, shape, dimensions of light openings, and building orientation. The results are used as the basis for the layout of the exhibition and artificial lighting points.Keyword: Gallery, Natural Lighting, DIALux Evo 9.2  Abstrak: Ruang Galeri pada desain Gedung Pusat Pertunjukan Seni dan Budaya memiliki fungsi sebagai ruang pameran karya seni dengan memanfaatkan pencahayaan alami ataupun buatan dengan standar kuat intensitas cahaya berdasarkan Standar Nasional Indonesia 03-6575-2001 Kuat Cahaya dalam Ruang Galeri yaitu 500 Lux dan Greenship Rating Tools dari Green Building Council Indonesia (GBCI) yaitu standar minimal untuk area pencahayaan alami adalah 30% dari total area. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui desain ruang galeri sesuai standar berdasarkan hasil simulasi menggunakan standar tersebut sebagai acuan identifikasi penilaian. Penulisan dengan metode kuantitatif menggunakan perangkat lunak untuk simulasi bangunan yaitu DIALux Evo 9.2 dengan mengatur koordinat lokasi bangunan, 3D bangunan, dan jam efektif pencahayaan dari sumber matahari yaitu pagi hari (06.00 WIB & 08.00 WIB), siang hari (12.00 WIB & 14.00 WIB), dan sore hari (16.00 WIB). Data hasil simulasi berupa perhitungan lux, kontur penerangan, dan distribusi pencahayaan. Berdasarkan hasil analisis perangkat lunak, ruang galeri sudah memenuhi standar yaitu sekitar pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB dan pesebaran pencahayaan 42-76% berdasarkan faktor ukuran, bentuk, dimensi bukaan cahaya pada ruangan, dan orientasi bangunan. Hasil analisis digunakan sebagai dasar tata letak pameran dan titik pencahayaan buatan.Kata Kunci: Ruang Galeri, Pencahayaan Alami, DIALux Evo 9.2
PENGARUH PENGHAWAAN DAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BANGUNAN SEMI TERBUKA TERHADAP KENYAMANAN DAN PRODUKTIVITAS Studi Kasus: Kafe Tanatap Ampera, Jakarta Selatan Pratiwi, Fenny Kartika; Baihaqi, Muhammad Al Farel Maulana; Gandarum, Dedes Nur
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 7 No 2 (2023): Jurnal Arsitektur ARCADE Juni 2023
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The Tanatap Ampera Cafe is a semi-public building that has a function as a functional place for activities such as gathering and working individually or in groups with a presentation of 40% closed space and 60% semi-open space. This building utilizes natural ventilation and natural lighting into a semi-open area. So based on this design, the research aims to analyze the potential of points or areas in buildings that can increase user productivity which is affected by natural ventilation and lighting with the standards and indexes made by ASHRAE with the PMV method, namely Slightly Warm (+1), Neutral 0, Slightly Cool (-1), strong light intensity based on the Indonesian National Standard 03-6575-2011 Light intensity in a cafeteria and work space is 350 Lux, Greenship Rating Tools from the Green Building Council Indonesia (GBCI), which is the minimum standard for small areas natural lighting is 30% of the total area and the color of sunlight is 4000-5000K to affect human productivity. The purpose of this study was to find out the design of the semi-open space at Tanatap Ampera according to standards based on the results of field data collection and respondent data. Writing with a quantitative method using anemometer and spectrometer at 30 location points during the day every one hour, from 09.00 to 16.00. Field data collection results include orientation, temperature, humidity, ASHRAE index classification, light intensity, sunlight color, color rendering level, and the productivity value of the respondents. Based on the results of data analysis, semi-open areas that have natural ventilation and lighting that meet comfort standards and have the potential to increase productivity are located at point no. 9 and 17 from 09.00 to 11.00. While points 1, 2, 3 and 4 can be optimal points if there is a transparent envelope wall of the building that has ventilation openings for cross ventilation, because these areas do not have good ventilation. So that the optimal point will be at points 1, 2, 3, 4, 9, and 17 at 09.00 to 16.00.Keyword: Semi Open Space, Air Conditioning and Natural Lighting Comfort, Human Productivity.Abstrak: Kafe Tanatap Ampera merupakan bangunan semi publik memiliki fungsi sebagai tempat fungsional untuk berkegiatan seperti berkumpul dan bekerja secara individual atau berkelompok dengan presentasi 40% ruang tertutup dan 60% ruang semi terbuka. Bangunan ini memanfaatkan penghawaan alami dan pencahayaan alami kedalam area semi terbuka. Maka berdasarkan desain tersebut, Penelitian bertujuan untuk menganalisa potens titik atau area dalam bangunan yang dapat meningkatkan produktivitas pengguna yang dipengaruhi penghawaan dan pencahayaan alami dengan standar  dan indeks yang buat oleh ASHRAE dengan metode PMV yaitu Slightly Warm (Cukup Hangat  +1 ), Netral 0,  Slightly Cool  (Cukup Sejuk -1),, kuat intensitas cahaya berdasarkan Standar Nasional Indonesia 03-6575-2011 Kuat Cahaya dalam kuang kafetaria atau ruang kerja yaitu 350 Lux, Greenship Rating Tools dari Green Building Council Indonesia (GBCI) yaitu standar minimal untuk area pencahayaan alami adalah 30% dari total area dan warna cahaya matahri 4000-5000K untuk mempengaruhi produktivitas manusia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui desain ruang semi terbuka pada Tanatap Ampera sesuai standar berdasarkan hasil pengambilan data lapangan serta data responden. Penulisan dengan metode kuantitatif menggunakan alat anemometer dan spectrometer pada 30 titik lokasi selama siang hari setiap satu jam yaitu pada pukul 09.00 hingga 16.00. Data hasil pengambilan data lapangan berupa orientasi, suhu, kelembaban, klasifikasi indeks ASHRAE, kuat cahaya, warna cahaya matahari, tingkat renderasi warna, dan nilai produktivitas responden. Berdasarkan hasil Analisa data, area semi terbuka yang memiliki penghawaan dan pencahayaan alami yang sesuai standar kenyamanan dan berpotensi untuk meningkatkan produktivitas terletak pada titik nomot 9 dan 17 di jam 09.00 hingga 11.00. Sementara pada titik nomor 1, 2, 3, dan 4 dapat menjadi titik yang optimal apabila ada dinding selubungan transparan bangunan memiliki bukaan penghawaan untuk ventilasi silang, karena area tersebut tidak memiliki sirkulasi penghawaan yang baik. Sehingga titik yang optimal nantinya menjadi pada titik 1, 2, 3, 4, 9, dan 17 pada pukul 09.00 hingga 16.00.Kata Kunci: Ruang Semi Terbuka, Kenyamanan Penghawaan dan Pencahayaan Alami, Produktivitas Manusia.          Â