Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENGARUH KELAS JALAN DAN AKSES TRANSPORTASI UMUM TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI HUNIAN MENJADI KOMERSIL DI KECAMATAN KEMBANGAN Fitriadi Fitriadi; Dedes Nur Gandarum; Jimmy S Jimmy S; Juwana Juwana
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Vol. 3 No. 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (599.722 KB) | DOI: 10.25105/pdk.v3i2.2982

Abstract

Pada hakikatnya sebuah pemukiman harus memenuhi persyaratan planologi yang ditetapkan serta memenuhi persyaratan layak huni, sehingga fungsi hunian tetap terjaga sebagaimana mestinya, akan tetapi fenomena perubahan fungsi hunian menjadi komersil tidak dapat dihindari, dalam hal ini khususnya di wilayah Kecamatan Kembangan. Pengaruh derajat aksesibilitas di wilayah tersebut dipercaya sebagai faktor penyebab terjadinya perubahan fungsi hunian menjadi komersil, diantaranya faktor kelas jalan serta akses transpotasi publik yang ada di wilayah Kecamatan Kembangan sebagai variable penelitian yang akan dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mencari bagaimana pengaruh kelas jalan yang serta keberadaan transportasi umumnya terhadap perubahan fungsi hunian menjadi komersil di wilayah Kecamatan Kembangan. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan-pertimbangan dalam membuat pedoman serta prinsip-prinsip umum perancangan sebuah kota dalam mengendalikan fenomena dimaksud.
CONFORMITY BEHIND THE SOCIAL AND SPATIAL SEGREGATION IN SUB-URBAN AREA A CASE AT GADING SERPONG NEW TOWN, TANGERANG Mohammad Ischak; Bambang Setioko; Dedes Nurgandarum
TATALOKA Vol 21, No 2 (2019): Volume 21 No. 2, May 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/tataloka.21.2.361-370

Abstract

The phenomenon of urban growth in rural areas created sub-urban areas like Tangerang region. Occupancy of space created by planned settlement against unplanned settlement raises spatial and social segregation. Previous studies have shown more on the negative side of the collision phenomenon with the point of view of the occurrence of physical and social unconformity between the newcomers as residents of planned settlements with the natives. On the other hand, it turns out that unplanned settlements still exist, thus raising the question of research is there conformity in the point of view of unplanned settlement settlers? To get an answer to the question, this research used analytical descriptive method, where data obtained directly from the field through observation and in-depth interviews with unplanned settlement settlers. The result of the analysis showed that although the spatial and social segregation is apparent, the community of unplanned settlers does not feel disturbed and the daily social economic activity of the community keeps going well, even the quality of life improves in some points. Such conditions create a form of internal conformity with parameters formulated by the community, including access to and from unplanned settlements, integrated infrastructures, open access to economic activities, and still guaranteed socio-cultural activities.
PENGARUH KELAS JALAN DAN AKSES TRANSPORTASI UMUM TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI HUNIAN MENJADI KOMERSIL DI KECAMATAN KEMBANGAN Fitriadi Fitriadi; Dedes Nur Gandarum; Jimmy S Jimmy S; Juwana Juwana
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Vol. 3 No. 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v3i2.2982

Abstract

Pada hakikatnya sebuah pemukiman harus memenuhi persyaratan planologi yang ditetapkan serta memenuhi persyaratan layak huni, sehingga fungsi hunian tetap terjaga sebagaimana mestinya, akan tetapi fenomena perubahan fungsi hunian menjadi komersil tidak dapat dihindari, dalam hal ini khususnya di wilayah Kecamatan Kembangan. Pengaruh derajat aksesibilitas di wilayah tersebut dipercaya sebagai faktor penyebab terjadinya perubahan fungsi hunian menjadi komersil, diantaranya faktor kelas jalan serta akses transpotasi publik yang ada di wilayah Kecamatan Kembangan sebagai variable penelitian yang akan dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mencari bagaimana pengaruh kelas jalan yang serta keberadaan transportasi umumnya terhadap perubahan fungsi hunian menjadi komersil di wilayah Kecamatan Kembangan. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan-pertimbangan dalam membuat pedoman serta prinsip-prinsip umum perancangan sebuah kota dalam mengendalikan fenomena dimaksud.
ECONOMIC INTERACTIVE SPACE: AN ADAPTATION OF COMMUNITY RESILIENCE MECHANISM IN AN ENCLAVE SETTLEMENT Mohammad Ischak; Bambang Setioko; Dedes Nur Gandarum
International Journal on Livable Space Vol. 3 No. 2 (2018): Resilient Built Environment
Publisher : Jurusan Arsitektur - FTSP - Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/livas.v3i2.4259

Abstract

Abstract The rapid urban growth at the periphery area developed by residential developers impacted on the socio-spatial segregation between new and pre-existing indigenous settlements. One phenomenon is that many indigenous settlements are enclaved in the new settlement area. Changes in landscape and environment around indigeneus settlement are occured as a result of a pressure.  It is the main factor for suddened changes in the pattern of livelihood of enclaved settlement inhabitants. This article is intended to explain the findings on how the inhabitants of enclaved settlement respond and survive to these changes and pressures in the spatial context. The study employed descriptive analysis method by observing the characteristics of settlements by focusing on the quality of inhabitants’ life related to the spatial changes and segregations phenomena. The results of the study highlight that the spatial changes and the survival community are a form of adaptation procces to get economic benefit by making changes to their lands or buildings because of the residential development in its sorrounding. These phenomena resulted in the emergence of economic interactive space in the specific spatial arrangement.   Keywords: enclaved settlements, economic interactive space, adaptation
PENGARUH KELAS JALAN DAN AKSES TRANSPORTASI UMUM TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI HUNIAN MENJADI KOMERSIL DI KECAMATAN KEMBANGAN Fitriadi Fitriadi; Dedes Nur Gandarum; Jimmy S Jimmy S; Juwana Juwana
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Vol. 3 No. 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (599.722 KB) | DOI: 10.25105/pdk.v3i2.2982

Abstract

Pada hakikatnya sebuah pemukiman harus memenuhi persyaratan planologi yang ditetapkan serta memenuhi persyaratan layak huni, sehingga fungsi hunian tetap terjaga sebagaimana mestinya, akan tetapi fenomena perubahan fungsi hunian menjadi komersil tidak dapat dihindari, dalam hal ini khususnya di wilayah Kecamatan Kembangan. Pengaruh derajat aksesibilitas di wilayah tersebut dipercaya sebagai faktor penyebab terjadinya perubahan fungsi hunian menjadi komersil, diantaranya faktor kelas jalan serta akses transpotasi publik yang ada di wilayah Kecamatan Kembangan sebagai variable penelitian yang akan dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mencari bagaimana pengaruh kelas jalan yang serta keberadaan transportasi umumnya terhadap perubahan fungsi hunian menjadi komersil di wilayah Kecamatan Kembangan. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan-pertimbangan dalam membuat pedoman serta prinsip-prinsip umum perancangan sebuah kota dalam mengendalikan fenomena dimaksud.
ECONOMIC INTERACTIVE SPACE: AN ADAPTATION OF COMMUNITY RESILIENCE MECHANISM IN AN ENCLAVE SETTLEMENT Mohammad Ischak; Bambang Setioko; Dedes Nur Gandarum
International Journal on Livable Space Vol. 3 No. 2 (2018): Resilient Built Environment
Publisher : Jurusan Arsitektur - FTSP - Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1102.836 KB) | DOI: 10.25105/livas.v3i2.4259

Abstract

Abstract The rapid urban growth at the periphery area developed by residential developers impacted on the socio-spatial segregation between new and pre-existing indigenous settlements. One phenomenon is that many indigenous settlements are enclaved in the new settlement area. Changes in landscape and environment around indigeneus settlement are occured as a result of a pressure.  It is the main factor for suddened changes in the pattern of livelihood of enclaved settlement inhabitants. This article is intended to explain the findings on how the inhabitants of enclaved settlement respond and survive to these changes and pressures in the spatial context. The study employed descriptive analysis method by observing the characteristics of settlements by focusing on the quality of inhabitants’ life related to the spatial changes and segregations phenomena. The results of the study highlight that the spatial changes and the survival community are a form of adaptation procces to get economic benefit by making changes to their lands or buildings because of the residential development in its sorrounding. These phenomena resulted in the emergence of economic interactive space in the specific spatial arrangement.   Keywords: enclaved settlements, economic interactive space, adaptation
KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PUBLIK DI PERMUKIMAN PADAT Hartanti, Nurhikmah Budi; Gandarum, Dedes Nur; Prabowo, Achmad Hadi; Murwonugroho, Wegig; Afandi, Nadya Nurul; Khoirunisa, Amalia
Jurnal AKAL: Abdimas dan Kearifan Lokal Vol. 6 No. 1 (2025): Jurnal AKAL : Abdimas dan Kearifan Lokal
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/akal.v6i1.20983

Abstract

Public spaces are essential elements in any settlement as they serve as avenues for social interaction. However, there is currently a growing concern about the decreasing availability of public spaces, especially in densely populated areas. Kalianyar Subdistrict, located in West Jakarta's Tambora District, is one of the most densely populated areas in DKI (Special Capital Region of Jakarta). It faces issues typical of densely populated areas in general. This area can be considered as not meeting the minimum requirements for infrastructure and environmental facilities, particularly public spaces. There is a need to provide understanding, knowledge, and examples of public space provision through self-organization mechanisms in participatory infrastructure and facility management through Community Empowerment (PKM) activities. The method used involves consultation and guidance with practical demonstrations. The objective of this PKM activity is to enhance the understanding and capabilities of the local community in organizing themselves to participate in creating habitable environments. Through this PKM activity, the identification of expectations, needs, and problems is documented in a written plan for the arrangement of public spaces in the settlement, along with proposed programs from the community regarding the organization of public spaces in RW 07 (a neighborhood unit) of Kalianyar Subdistrict, Tambora District.
IMPLEMENTATION OF NET-ZERO ENERGY BUILDING CONCEPT IN THE DESIGN FACADE ARCHITECTURE BUILDINGS IN CENTRAL JAVA Ghaasyiyah, Khansa Nur; Gandarum, Dedes Nur; Walaretina, Rita
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5 No 1 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Issues relating to conventional energy and environmental sustainability is a hot topic that has been often discussed in today's developing world. Researchers have predicted that in the coming years, numerous non-renewable resources would be scarcer and harder to get access to. This phenomenon would cause a detrimental influence on energy use in the future, resulting in the need for the development of alternative energy resources and implementation of energy conservation energy efficiency policies in every construction design. One of the most essential elements in constructions that have great influence in resolving this problem is the construction facades. Therefore, this research will focus on types of construction facade designs using the NZEB concept approach. The methodology used in this research is analytical descriptive by using case studies that relate to the construction of Net-Zero Energy Building, namely: BCA Academy, ENERPOS, PT. Ungaran Sari Garments, NUS School of Design & Environment 4, dan CIC Zero Carbon Park. The purpose of this research is to identify various types of innovation façade designs of NZEB technologies that could be applied in construction that resides in Central Java considering the area has a tropical climate. This research also proves that construction that resides in warm climates prefers to use technologies that could prevent and reduce the fallout of sun radiation towards its buildings without sacrificing any natural light and takes advantage of the wind to minimalize the usage of frosting energy in buildings.Abstrak Isu mengenai krisis energi konvensional dan kelestarian lingkungan menjadi perhatian khusus yang marak diperbincangkan dalam perkembangan dunia saat ini. Telah diprediksi oleh sejumlah ilmuan bahwa dalam beberapa tahun kedepan, sumber-sumber alam tak terbarukan akan sulit dan langka untuk dikonsumsi. Masalah ini akan menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap penggunaan energi di masa depan, sehingga diperlukannya pengembangan teknologi yang dapat menghasilkan sumber-sumber energi alternatif terbarukan dan implementasi kebijakan efisiensi energi di setiap rancangan bangunan. Elemen penting pada bangunan yang memiliki pengaruh besar dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah fasad bangunan. Maka penelitian ini difokuskan pada macam-macam desain fasad bangunan dengan Konsep NZEB. Metodologi yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif analitis dengan menggunakan studi kasus bangunan Net-Zero Energy Building, yaitu gedung BCA Academy, ENERPOS, PT. Ungaran Sari Garments, NUS School of Design & Environment 4, dan CIC Zero Carbon Park. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan berbagai macam inovasi desain fasad teknologi NZEB yang dapat diterapkan pada bangunan di Jawa Tengah yang iklim tropis basah. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa bangunan di daerah beriklim panas lebih menggunakan teknologi yang dapat mencegah atau mengurangi jatuhnya radiasi matahari pada bangunan tanpa mengorbankan pencahayaan alami dan memanfaatkan angin untuk meminimalisir penggunaan energi pendingin pada bangunan.
PENGARUH PENGHAWAAN DAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BANGUNAN SEMI TERBUKA TERHADAP KENYAMANAN DAN PRODUKTIVITAS Studi Kasus: Kafe Tanatap Ampera, Jakarta Selatan Pratiwi, Fenny Kartika; Baihaqi, Muhammad Al Farel Maulana; Gandarum, Dedes Nur
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 7 No 2 (2023): Jurnal Arsitektur ARCADE Juni 2023
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The Tanatap Ampera Cafe is a semi-public building that has a function as a functional place for activities such as gathering and working individually or in groups with a presentation of 40% closed space and 60% semi-open space. This building utilizes natural ventilation and natural lighting into a semi-open area. So based on this design, the research aims to analyze the potential of points or areas in buildings that can increase user productivity which is affected by natural ventilation and lighting with the standards and indexes made by ASHRAE with the PMV method, namely Slightly Warm (+1), Neutral 0, Slightly Cool (-1), strong light intensity based on the Indonesian National Standard 03-6575-2011 Light intensity in a cafeteria and work space is 350 Lux, Greenship Rating Tools from the Green Building Council Indonesia (GBCI), which is the minimum standard for small areas natural lighting is 30% of the total area and the color of sunlight is 4000-5000K to affect human productivity. The purpose of this study was to find out the design of the semi-open space at Tanatap Ampera according to standards based on the results of field data collection and respondent data. Writing with a quantitative method using anemometer and spectrometer at 30 location points during the day every one hour, from 09.00 to 16.00. Field data collection results include orientation, temperature, humidity, ASHRAE index classification, light intensity, sunlight color, color rendering level, and the productivity value of the respondents. Based on the results of data analysis, semi-open areas that have natural ventilation and lighting that meet comfort standards and have the potential to increase productivity are located at point no. 9 and 17 from 09.00 to 11.00. While points 1, 2, 3 and 4 can be optimal points if there is a transparent envelope wall of the building that has ventilation openings for cross ventilation, because these areas do not have good ventilation. So that the optimal point will be at points 1, 2, 3, 4, 9, and 17 at 09.00 to 16.00.Keyword: Semi Open Space, Air Conditioning and Natural Lighting Comfort, Human Productivity.Abstrak: Kafe Tanatap Ampera merupakan bangunan semi publik memiliki fungsi sebagai tempat fungsional untuk berkegiatan seperti berkumpul dan bekerja secara individual atau berkelompok dengan presentasi 40% ruang tertutup dan 60% ruang semi terbuka. Bangunan ini memanfaatkan penghawaan alami dan pencahayaan alami kedalam area semi terbuka. Maka berdasarkan desain tersebut, Penelitian bertujuan untuk menganalisa potens titik atau area dalam bangunan yang dapat meningkatkan produktivitas pengguna yang dipengaruhi penghawaan dan pencahayaan alami dengan standar  dan indeks yang buat oleh ASHRAE dengan metode PMV yaitu Slightly Warm (Cukup Hangat  +1 ), Netral 0,  Slightly Cool  (Cukup Sejuk -1),, kuat intensitas cahaya berdasarkan Standar Nasional Indonesia 03-6575-2011 Kuat Cahaya dalam kuang kafetaria atau ruang kerja yaitu 350 Lux, Greenship Rating Tools dari Green Building Council Indonesia (GBCI) yaitu standar minimal untuk area pencahayaan alami adalah 30% dari total area dan warna cahaya matahri 4000-5000K untuk mempengaruhi produktivitas manusia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui desain ruang semi terbuka pada Tanatap Ampera sesuai standar berdasarkan hasil pengambilan data lapangan serta data responden. Penulisan dengan metode kuantitatif menggunakan alat anemometer dan spectrometer pada 30 titik lokasi selama siang hari setiap satu jam yaitu pada pukul 09.00 hingga 16.00. Data hasil pengambilan data lapangan berupa orientasi, suhu, kelembaban, klasifikasi indeks ASHRAE, kuat cahaya, warna cahaya matahari, tingkat renderasi warna, dan nilai produktivitas responden. Berdasarkan hasil Analisa data, area semi terbuka yang memiliki penghawaan dan pencahayaan alami yang sesuai standar kenyamanan dan berpotensi untuk meningkatkan produktivitas terletak pada titik nomot 9 dan 17 di jam 09.00 hingga 11.00. Sementara pada titik nomor 1, 2, 3, dan 4 dapat menjadi titik yang optimal apabila ada dinding selubungan transparan bangunan memiliki bukaan penghawaan untuk ventilasi silang, karena area tersebut tidak memiliki sirkulasi penghawaan yang baik. Sehingga titik yang optimal nantinya menjadi pada titik 1, 2, 3, 4, 9, dan 17 pada pukul 09.00 hingga 16.00.Kata Kunci: Ruang Semi Terbuka, Kenyamanan Penghawaan dan Pencahayaan Alami, Produktivitas Manusia.           
RANCANGAN SPASIAL RUMAH TINGGAL SEBAGAI RESPON TERHADAP TUNTUTAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL KELUARGA STUDI KASUS: Komplek Perumahan Depdikbud Cirendeu Soendoro, Tresnowati; Gandarum, Dedes Nur
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 7 No 3 (2023): Jurnal Arsitektur ARCADE September 2023
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The need for houses is essentially a basic human need.The house as a place to live is a means for humans to move comfortably and is an effort to be able to take shelter from natural conditions and the outside environment, which ideally can meet the needs of the daily activities of its residents. According to Budihardjo (1991:56) in the results of the report (Tim HREIS, 2020) it states that a house isn’t a final product, but a process that continues to develop, continuously and in stages according to the needs and desires of its residents. In the end the house, within a certain period of time will experience changes due to the addition of family members and changes in needs. The Cirendeu Depdikbud (Ministry of Education and Culture) Housing Complex is a standard house built by the government, which is then allowed to be owned, so that a residence is possible to become a house owner, in which case the residents may have no connection with the department. The Cirendeu Depdikbud housing complex has reached the age of 44 years. The scope of this study was carried out in the field of architecture which focuses on spatial with a descriptive-analytical method using a qualitative approach, by examining how standard residential houses change in an effort to accommodate the development of residents' needs which reflected through their spatial layout.Keyword: Spatial Transformation, Residential Houses, Occupants NeedsAbstrak: Kebutuhan akan tempat tinggal pada hakikatnya merupakan kebutuhan dasar manusia. Rumah sebagai tempat tinggal merupakan sarana bagi manusia untuk beraktivitas dengan nyaman, dan merupakan upaya untuk dapat berlindung dari kondisi alam serta lingkungan luar dimana idealnya dapat memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari penghuninya. Menurut Budihardjo (1991:56) dalam hasil laporan (Tim HREIS, 2020) menyatakan bahwa rumah bukanlah produk akhir, melainkan proses yang terus berkembang, berkesinambungan, dan bertahap sesuai kebutuhan dan keinginan penghuninya. Rumah dalam jangka waktu tertentu akan mengalami perubahan sehubungan bertambahnya anggota keluarga dan terjadinya perubahan kebutuhan. Komplek Perumahan Depdikbud Cirendeu merupakan rumah standar yang dibangun oleh pemerintah yang kemudian boleh dimiliki, sehingga hunian yang awalnya berstatus sebagai rumah dinas dimungkinkan untuk bisa menjadi rumah dengan status pribadi, dalam hal ini penghuni bisa jadi sudah tidak ada keterkaitan lagi dengan kedinasannya. Komplek Perumahan Depdikbud Cirendeu merupakan permukiman yang telah berusia 44 tahun, secara umum memperlihatkan adanya perubahan arsitektur yang sangat beragam pada tata ruang rumah tinggal. Lingkup kajian ini dilakukan pada bidang arsitektur yang berfokus pada rancangan spasial dengan metode kajian deskriptif-analitis menggunakan pendekatan kualitatif, dengan mengkaji bagaimana rancangan rumah tinggal standar dalam upaya mengakomodasi perkembangan kebutuhan penghuni yang dicerminkan melalui tata ruangnya.Kata Kunci: Transformasi Spasial, Rumah Tinggal, Kebutuhan Penghuni