Yuda Benharry Tangkilisan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

The Impossible is Possible: Hartarto Sastrosoenarto and Industrialization in Indonesia, 1983 – 1993 Tangkilisan, Yuda B
TAWARIKH Vol 4, No 1 (2012)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.031 KB)

Abstract

ABSTRACT: Hartarto Sastrosoenarto was an Indonesian statesman that hold some ministerial offices during the New Order and in the beginning of the Reformation era. He has a big concern for the development of industry in Indonesia. This article deals with his thoughts, experiences, achievements, and vision about how to make Indonesia as a world player in the industrial field in the future. “The impossible is possible” is his phrase that shows his optimism. From his life journey, he had a good opportunity to continue his education from ITB (Bandung Institute of Technology) to Australia. After the completion, he joined the Department of Industry. His academic background and experience brought him to run some industrial projects and then becoming the Minister of Industry in 1984. He began with the reorganization and the development of human resources. Besides, he raised such Main Strategic and Supporting Strategic Policies as a guideline to build the industry. He also paid attention to the small scale industry as the national advantage. Finally, he has a wish that Indonesia will be a world player in the international economics in the future.    KEY WORDS: Hartarto Sastrosoenarto, the impossible is possible, industrialization, world player, Indonesian nation-state.About the Author: Dr. Yuda B. Tangkilisan is a Lecturer at the Department of History, Faculty of Humanities UI (University of Indonesia), UI Campus, Depok, West Java, Indonesia. He can be reached at: yebete@yahoo.comHow to cite this article? Tangkilisan, Yuda B. (2012). “The Impossible is Possible: Hartarto Sastrosoenarto and Industrialization in Indonesia, 1983 – 1993” in TAWARIKH: International Journal for Historical Studies, Vol.4(1) October, pp.83-102. Bandung, Indonesia: ASPENSI [Asosiasi Sarjana Pendidikan Sejarah Indonesia] and UVRI [Universitas Veteran Republik Indonesia], ISSN 2085-0980. Chronicle of the article: Accepted (August 19, 2012); Revised (September 21, 2012); and Published (October 28, 2012).
Indonesia dan Masalah Perbatasan: Beberapa Masalah dalam Perkembangan Daerah Tapal Batas sebagai Bagian Perekonomian Nasional dari Perspektif Sejarah Tangkilisan, Yuda B
SUSURGALUR Vol 1, No 1 (2013):
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.429 KB)

Abstract

Ikhtisar: Dalam perkembangan sejarah, perbatasan menjadi penting karena berkenaan dengan ruang tinggal. Aspek ruang pula mengacu pada sumber daya ekonomi yang menjadi arus utama bagi kehidupan masyarakat atau bangsa. Indonesia memiliki rentangan garis perbatasan yang sangat panjang dengan sejumlah negeri tetangga. Salah satu permasalahan utama kawasan perbatasan adalah ketimpangan perkembangan ekonomi dengan wilayah negeri tetangga, termasuk di kawasan perbatasan maritim. Kajian awal ini mencoba menyibak permasalahan yang ada dan menawarkan beberapa pemikiran untuk pengembangan kawasan perbatasan bahari. Penggalian potensi kemaritiman dan pengembangan sarana transportasi laut dapat menjadi pendorong perkembangan daerah yang berada di kawasan seperti itu. Sarana perhubungan juga memegang peranan penting dalam melancarkan lalu-lintas angkutan dalam berbagai kegiatan masyarakat. Aspek-aspek perhubungan yang disoroti adalah seperti pelayaran rakyat dan penerbangan perintis. Kedua sarana ini berhubungan langsung dengan pemberdayaan masyarakat luas. Kata kunci: Perbatasan, bahari, perkembangan ekonomi, transportasi laut, dan ekonomi bahari.Abstract: In historical development, boundary is critical matter due to related to living space. The aspect of space also concentrates to economical resources that become the mainstream for soiety as well as national life. Indonesia has a very long boundary line with several neighbor countries. One of the main problems of boundary areas is the unequal economic condition with the neighbor countries, including in the maritime boundary areas. This preliminary study tries to unveil the existing issues and offers some thoughts to develop those areas. The exploration of martime potentates and the developing of sea transportation facilities are able to be a push factor of the provincial growth in such areas. Transportation also plays an important role in developing public traffics. Such modes of transportation are traditional shipping and pioneer aviation. Those two have a direct link to the development of common people.  Key word: Boundaries, maritime, economic growth, sea transportation, maritime economics.===About the Author: Dr. Yuda B. Tangkilisan adalah Dosen Senior di Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI (Universitas Indonesia), Kampus UI Depok, Jawa Barat, Indonesia. Alamat emel: yebete@yahoo.comHow to cite this article? Tangkilisan, Yuda B. (2013). “Indonesia dan Masalah Perbatasan: Beberapa Masalah dalam Perkembangan Daerah Tapal Batas sebagai Bagian Perekonomian Nasional dari Perspektif Sejarah” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.1(1), Maret, pp.85-96. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press, ISSN 2302-5808. Chronicle of the article: Accepted (January 27, 2013); Revised (February 27, 2013); and Published (March 24, 2013).
Indonesia Mulia: Visi Dokter Soetomo tentang Kesejahteraan Rakyat, Moral Ekonomi, dan Modal Sosial Tangkilisan, Yuda B
SIPATAHOENAN Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : ASPENSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTISARI: Membicarakan cita-cita bangsa Indonesia tampaknya terasa klise dan seolah-olah berada di tengah-tengah lingkaran setan yang tidak berujung. Namun, sebagaimana amanat dan cita-cita perintis, pendiri, dan pejuang bangsa, maka semangat tidaklah boleh padam, apalagi menjadi pesimis dan apatis. Dokter Soetomo adalah seorang pemuda pendiri Budi Utomo pada tahun 1908, suatu organisasi sukarela modern yang memperjuangkan peningkatan harkat dan martabat masyarakat Jawa yang terjajah. Perjuangannya tidak hanya sebatas ranah politik dan sosial, melainkan juga merambah ke bidang ekonomi ketika beliau mendorong, menciptakan, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dari karya, kiprah, dan kinerja sosial-ekonominya tersirat visi dan gagasannya tentang pengembangan ekonomi. Visi ekonominya yang menarik dan signifikan untuk dikembangkan, dan relevan untuk keadaan masa kini, menyangkut persoalan kesejahteraan rakyat, moral ekonomi, dan modal sosial, sebagaimana yang dituangkannya dalam ungkapan “Indonesia Mulia”. Visi dokter muda Soetomo merupakan refleksi semangat dan kecenderungan perjuangan pada zamannya, yang berada di bawah belenggu kolonialisme Belanda untuk bangkit meraih dan mewujudkan cita-cita menjadi bangsa yang merdeka. KATA KUNCI: Dokter Soetomo, pemuda, visi dan gagasan, Indonesia mulia, kesejahteraan rakyat, moral ekonomi, modal sosial, dan bangsa yang merdeka.ABSTRACT: “Noble Indonesia: The Vision of Medical Doctor Soetomo on the People Welfare, Economic Moral, and Social Capital”. Talking about the ideals of the Indonesian people seem to feel cliche and as like as was in the middle of an endless vicious circle. However, as the mandate and ideals of pioneers, founders, and heroes of the nation-state, the spirit is not allowed to go out, let alone become pessimistic and apathetic. Medicine Docter Soetomo is a youth who was the founder of “Budi Utomo” (Noble Character) in 1908, a modern voluntary organization that struggled for the social emancipation of colonized Javanese people. His struggle was not restricted in political and social fields, but also in economics to encourage, create, and increase people’s welfare. From his works, activities, and achievements imply his vision and thoughts for developing economics. His interesting and important economic vision deals with social welfare, economic moral, and social capital issues, that formulated in an idea of Noble Indonesia or “Indonesia Mulia”. The vision of young medical doctor Soetomo was such a reflection of the struggle spirit and trends of its age under a colonial chains to stand up achieving and making the dream comes true as a free nation.KEY WORD: Medical doctor Soetomo, youth, vision and thought, noble Indonesia, people’s welfare, economic moral, social capital, and free nation.About the Author: Dr. Yuda B. Tangkilisan adalah Dosen Senior di Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI (Universitas Indonesia), Kampus UI Depok, Jawa Barat, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, penulis bisa dihubungi dengan alamat emel: yebete@yahoo.comHow to cite this article? Tangkilisan, Yuda B. (2015). “Indonesia Mulia: Visi Dokter Soetomo tentang Kesejahteraan Rakyat, Moral Ekonomi, dan Modal Sosial” in SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, Vol.1(1) April, pp.9-22. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, ISSN 2407-7348. Chronicle of the article: Accepted (January 14, 2015); Revised (March 2, 2015); and Published (April 21, 2015).
TENTANG ASAL MUASAL, RUANG LINGKUP, MAKNA DAN PERKEMBANGAN “SEJARAH” Yuda B. Tangkilisan
Edusentris Vol 1, No 1 (2014): Maret
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.39 KB) | DOI: 10.17509/edusentris.v1i1.137

Abstract

Membicarakan dan meneliti etimologi dan konteksnya tidak dilakukan di lingkungan sejarawan. Perkembangan historiografi telah mencapai taraf sedemikian maju, terutama dalam lingkup manfaat dan gunanya untuk pembangunan bangsa dan negara. Dalam sejarah ekonomi, perkembangan kajian telah memanfaatkan pendekatan kuantitatif sepenuhnya, sebagaimana yang tampak pada aliran Kliometri (Cliometrians). Kesadaran geografi dan geopolitik berupa kepulauan dan laut dewasa ini mendorong perhatian terhadap penggalian dan pengembangan sejarah maritim.Namun, di tengah-tengah deru perkembangan itu, perhatian terhadap persoalan bahasa dan linguistik masih ada.Pengaruh pemikiran posmodernisme (Postmodernism) menggoyahkan sendi realisme dan rekonstruksionisme dalam pemikiran sejarah yang positivis dengan mengatakan bahwa masa lalu diketahui dan dihadirkan melalui bahasa, kajian sejarah tidak mengabaikan peranan bahasa, terutama pada tahap penulisan, tetapi tidak dapat menerima sepenuhnya pandangan dari kazanah linguistic turn itu.Penelitian bahasa dalam kekuasaan telah dilakukan oleh BRO’G Anderson dalam upaya memahami simbol-simbol politik dalam kebudayaan Jawa.Penelitian awal ini menyangkut penelusuran dan pemaknaan kata dan istilah sejarah dalam perkembangannya menjadi sebuah kajian ilmiah. Dalam proses itu, berlangsung perubahan dan perluasan makna yang sudah meninggalkan arti dan makna awalnya. Melalui kajian ini, diharapkan pengenalan dan pemahaman mengenai kajian Sejarah menjadi lebih mendalam dalam upaya mengembangkan Historiografi Indonesia.Kata kunci: sejarah, etimologi, arti, makna, perkembangan
Kebijakan Penerbangan Perintis di Indonesia: Latar Belakang, Tantangan dan Kontribusi Tangkilisan, Yuda Benharry
Paradigma: Jurnal Kajian Budaya Vol. 1, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

It is a study of the Indonesian airline policy and the need of developing market for air traffic. Theresearch is taken through the written policies of the heads of state and the ministers of communicationfrom 1950 to the reformation era, and the interinsular flight schedules that were developed throughoutthe time. The primary objective of an understanding of an archipelagic conception of air communicationhas become the major concern of the independent republic of Indonesia since its independence in1945.It was to maintain a strategic consideration for national purpose. The result of which, the effort ofthe transfer of the colonial airline system, the KLM, to the Indonesian national airline, the GIA, wassuccessfully achieved. As the national air traffic was subsidized by thegovernment, the commercial linewas partly subsidized for a national security reason to control the air traffic. Therefore, the Indonesianair transportation is to bridge the need for integrating the archipelago for effort of ethnic integration and for a national unity in a wide-spread region, despite the need for profit. However, some commercialendeavors have been initiated in the post-Soeharto era, which resulted a breakdown ofcertain airlinecompanies. Facing the globalization, the policy would accommodate the air traffic businesses to developtheir facilities for fulfilling the demand of regional welfare, but yet to increasing the supervision of thenational policy on archipelagic stability.
Intervensi Amerikat Serikat dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tangkilisan, Yuda B.
Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia Vol. 5, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research deals with the relation between Indonesia dan the United States of America (US) in the past. Recently the role of the US becomes stronger and dominant in the international scene. The US also interferes into the foreign policy making of a country, like Indonesia. The single super powerm after the dismiss of the Uni-Sovyet following the end of the Cold War, imposed its will to Indonesia to take a part in a war against terrorism after the Tragedy 911. It seems that such a attitude is not something new happening in this era. The intervention already occurred in the past. The US got involved and interferred the Indonesian struggle for independence. On the one hand the conduct could be seen as a blessing in disguise because it forced Dutch to end its effort restoring a colonial rule. On the other, the US treated Indonesia not always friendly and sincerely. They pushed Indonesia to accept agreements with the Dutch to end the dispute.
SRIKANDI PENDIRI BANGSA: PERJUANGAN DAN SUMBANGSIH MARIA ULFAH UNTUK KEMERDEKAAN INDONESIA Tangkilisan, Yuda B.
Multikultura Vol. 1, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di tengah-tengah gencarnya penulisan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang telah melalui sejumlah perdebatan historiografis mulai dari kemerdekaan sebagai hadiah Jepang hingga Indonesia merdeka karena Amerika Serikat, perhatian terhadap keterlibatan dan peranan perempuan mulai muncul. Namun, sorotan terhadap peranan perempuan dalam proses pendirian bangsa belum diketahui dan difahami dengan seksama. Dalam proses mempersiapkan kemerdekaan, tampak peranan perempuan pada kiprah sosok yang bernama Maria Ulfah.yang pernah menjadi anggota BPUPKI. Sumbangsih perjuangannya itu tidak terlepas dari kiprah dan pengalaman yang dijalani pada masa sebelumnya. Perjuangannya terus berlanjut di sepanjang hayatnya terutama dalam bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga Indonesia. Sumbangsihnya yang tanpa pamrih dan untuk kemajuan bangsa menjadikannya salah seorang dari tokoh nasional sebagai Srikandi Pendiri Bangsa.
MULTIKULTURALISME DI ASIA TENGGARA: SUATU TINJAUAN AWAL Tangkilisan, Yuda B.
Multikultura Vol. 1, No. 4
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dewasa ini, Multikulturalisme sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Hal itu karena kemajuan teknologi informasi ketika jarak sosial jauh lebih dekat dengan komunikasi multimedia. Multikulturalisme adalah istilah yang memiliki lebih dari satu makna dan ruang lingkup. Ini memiliki rentang makna mulai dari konsep, sikap, jenis pendidikan, studi hingga politik atau kebijakan publik. Tulisan ini membahas tentang multikulturalisme di Asia Tenggara, dari perspektif multidimensi historis, yang didasarkan pada sumber-sumber tertulis sekunder sebagai studi pendahuluan. Temuan menunjukkan bahwa ada beberapa konteks masalah, yaitu intra-, antar negara dan lingkup ASEAN. Konflik sosial, etnis dan budaya memiliki akar sejarah kolonialisme dan imperialisme barat yang memperkenalkan politik dan kebijakan pemisahan, segregasi, diskriminasi dan devide et impera di antara orang-orang terjajah yang dieksploitasi. Tampaknya nasionalisme dan negara-bangsa tidak memiliki cukup faktor pengintegrasi untuk menyatukan perbedaan etnis dan budaya. Oleh karena itu, multikulturalisme berperan penting dan berpengaruh besar untuk menciptakan ruang interaksi yang damai dan adil untuk mengatasi sumber konflik yang bersumber dari perbedaan. Orang-orang dan negara-negara Asia Tenggara menunjukkan bagaimana menciptakan dan menghidupkan kehidupan multikulturalisme.
Dari Perang ke Politik: Peran Strategis Chiang Kai Shek dalam Revolusi Xinhai dan Revolusi Kedua di Tiongkok Nestahadi, Muhammad Naufal; Tangkilisan, Yuda Benharry; Mutia, R. Tuty Nur
CHRONOLOGIA Vol 6 No 3 (2025): Chronologia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jhe.v6i3.16754

Abstract

This study explores the strategic role of Chiang Kai Shek during two major revolutionary phases in China: the 1911 Xinhai Revolution, which ended the Qing Dynasty’s rule, and the Second Revolution of 1913, which aimed to overthrow Yuan Shi Kai’s regime. Born into a modest family in Zhejiang as the son of a salt merchant, Chiang Kai Shek pursued a military career in Baoding and Japan, eventually becoming one of the leading commanders within the Kuomintang under the mentorship of Sun Yat-sen. Using a historical method encompassing heuristics, source criticism, interpretation, and historiography, this study examines Chiang’s contributions in building a modern military structure and organizing revolutionary forces. The findings suggest that Chiang played a critical role in the Zhejiang campaign of 1911 and remained steadfastly loyal to Sun Yat-sen during the Second Revolution, laying the groundwork for his future leadership of the Kuomintang and the Republic of China.
The Development of Risk Culture in Pulau Sebesi, 1883-2018 Riskianingrum, Devi; Tangkilisan, Yuda Benharry; Kanumoyoso, Bondan; Yogaswara, Herry
Paramita: Historical Studies Journal Vol 34, No 2 (2024): Disaster and Disease in History
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v34i2.45690

Abstract

Abstract: As a small island, Sebesi is often characterized as vulnerable with its communities isolated and marginalized. The island has been affected by volcanic eruptions, tsunamis, earthquakes, floods, and illegal sand mining. In 2018, the island was again hit by the tsunami, which surprisingly claimed only one victim. History records that this island experienced a catastrophic tsunami caused by the Krakatau eruption in 1883. However, economic interests revived the island through plantation activities, which led to human re-inhabitation in the 1940s. We studied disaster memory, perceptions, and behavior of the Sebesi community to assess risk culture in their hazards environment. In this article, we build on existing understandings of risk culture as a holistic approach in looking at risk, which includes perception, awareness, understanding and memory, behavior and practices in preventing risk or avoiding harm. We used oral history and archival studies to analyses the perceptions of risks and its responses when faced with risk in different contexts. The study revealed that the people of Sebesi Island have created a risk culture as an adaptive effort to address their environmental hazards. Uncovering the memory, perceptions, choices, and responses in Pulau Sebesi elucidates lessons to pursue a resilient development trajectory on the island. Abstrak: Sebagai sebuah pulau kecil, Sebesi dinilai sebagai pulau yang rentan dengan bahaya alam dengan komunitas yang terisolasi dan termarginalisasi. Pulau ini telah telah mengalami beragam ancaman bahaya, mulai dari erupsi gunung api Anak Krakatau, tsunami, gempa bumi, banjir, serta pertambangan pasir illegal. Pada 2018, pulau ini kembali tersapu tsunami namun hanya merenggut satu korban jiwa. Sejarah mencatat bahwa pulau ini telah mengalami kehancuran total akibat tsunami yang disebabkan oleh letusan Krakatau pada 26 dan 27 Agustus 1883. Namun demikian, kepentingan ekonomi telah membuat manusia kembali mendatangi pulau ini dengan membuka pulau menjadi perkebunan. Hal ini mendorong terjadinya repopulasi Pulau Sebesi di tahun 1940-an yang berkembang hingga saat ini. Artikel ini menganalisis memori bencana, persepsi dan perilaku masyarakat Pulau Sebesi dalam memandang risiko dalam lingkungan hidup mereka yang penuh dengan ancaman bahaya. Pada artikel ini, kami menggunakan konsep Budaya Risiko sebagai sebuah pendekatan holistik dalam melihat risiko, yang didalamnya mempertimbangkan persepsi, kesadaran, pemahaman dan memori, perilaku, serta praktik dalam mencegah risiko atau menghindari risiko. Melalui sejarah lisan dan studi arsip, tulisan ini mengkaji persepsi risiko dan respons mereka saat berhadapan dengan risiko. Studi ini menyimpulkan bahwa masyarakat pulau Sebesi telah menciptakan budaya risiko sebagai usaha adaptif untuk tinggal di lingkungan yang berbahaya. Dengan memahami bagaimana ingatan, persepsi, pilihan serta respons masyarakat Sebesi terhadap risiko bencana selanjutnya, telah memberikan pengetahuan bahwa masyarakat Sebesi membangun ketahanannya melalui budaya risiko.