Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

MEMBENTUK KARAKTER BANGSA: SEJARAH INDONESIA DALAM DIORAMA MONUMEN NASIONAL Kanumoyoso, Bondan
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/wjsb.v7i1.83

Abstract

Kajian ini menelusuri proses pembangunan Monumen Nasional dan diorama sejarah yang terdapat di dalamnya. Pembangunan Monumen Nasional merupakan gagasan yang didukung oleh presiden Republik Indonesia yangpertama, yaitu Sukarno. Sedangkan gagasan membangun museum sejarah dalam bentuk diorama berasal dari Sukarno. Melalui diorama sejarah Sukarno ingin menyajikan garis besar perkembangan sejarah Indonesia dengan misi utama untuk membentuk karakter bangsa. Akibat peristiwa di tahun 1965 terjadi perubahan pemerintahan. Karena itu pembangunan diorama justru terlaksana di masa pemerintahan Presiden Suharto. Pergantian pemerintahan ini menyebabkan perwujudan sejarah dalam diorama mengalami penyesuaian sesuai dengan wacana sejarah yang ingin dikembangkan oleh pemerintah yang berkuasa. Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi,dan historiografi. Kesimpulan awal yang ditemukan, wacana sejarah yang dikembangkan dalam diorama di museum sejarah adalah wacana yang tidak utuh sebagai akibat dari perubahan politik yang terjadi sepanjang proses pembangunan diorama. Perlu suatu upaya revitalisasi diorama agar wacana yang tidak utuh tersebut dapat direka ulang sehingga membentuk suatu perspektif baru yang dapat menjelaskan proses pembentukan bangsa Indonesia.
Malay Maritime World in Southeast Asia Bondan Kanumoyoso
Journal of Maritime Studies and National Integration Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.297 KB) | DOI: 10.14710/jmsni.v2i1.2861

Abstract

The development of maritime activities in Southeast Asia in the “Age of Commerce” was strongly support by the Malay people. although Westerners have begun to dominate maritime activities in the region since the 17th century, but in the same period Malays and their trading networks continue to perform their irreplaceable function of connecting the various maritime communities that scattered throughout Southeast Asia. The extent of the Malay trade network was one of the factors that shape the maritime character of Southeast Asia. However, Malay trading activities was not only encouraged economic development in this region, but also form an identity that can be called as Malay maritime world of Southeast Asia. This article examines the maritime characteristic of Malay world and how global trade actually strengthens the role of Malay in trade and other maritime activities.
Dinamika Konflik Bersenjata Sektarian Sunni – Syiah Lebanon Utara (2011-2015): The Dinamic of The Sunni-Syiah Armed Conflict in The North Lebanon (2011-2015) Samudra Eka Cipta; Bondan Kanumoyoso; Wawan Darmawan
Insyirah: Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam Vol. 4 No. 2 (2021): December 2021
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26555/insyirah.v4i2.5302

Abstract

Konflik Sunni-Syiah di Lebanon, bukanlah konflik pertama kali. Konflik Sunni-Syiah di Lebanon disebabkan oleh permasalahan politik. Penduduk di Bab El Tabbaneh dan Jabal Mohsen telah menjadi perang saudara sejak Perang Saudara Lebanon pada tahun 1975, dan sering terlibat dalam kekerasan. Adanya kecemberuan dari kalangan Syiah terhadap komunitas Sunni menjadi sebab utama konflik yang terjadi di Lebanon. Namun, seiring dengan perkembangan, konflik yang terjadi di Lebanon memuncak selama kurun 2011-2014 setelah adanya efek domino dari Suriah, ketika wilayah tersebut dilanda krisis. Pemerintahan Assad yang menganut Syiah sedangkan para kelompok pemberontak yang menganut Sunni juga memiliki pengaruh bahkan hingga di Lebanon. Konflik sipil bersenjata di Bab El Tabbaneh dan Jabal Mohsen (sebuah perkampungan) di wilayah Tripoli berawal ketika sekelompok masyarakat menyatakan sikap dukungan terhadap para pemberontak Suriah, sehingga menimbulkan reaksi dari komunitas Syiah Alawite hingga akhirnya terjadinya konflik. Kajian ini menggunakan pendekatan sejarah dan analisis deskriptif yang menggambarkan perkembangan konflik Sektarian yang terjadi di Lebanon selama kurun 2011-2015. Sedangkan temuan hasil pada artikel tersebut yakni selama konflik sektarian yang terjadi di Lebanon terus dilakukan hingg saat ini seolah menjadi jalan buntu dari uaya penyelesaian konflik tersebut. Kekerasan demi kekerasan terus terjadi di wilayah Lebanon.
Orang Jawa di Bawah Pelepah Kelapa Sawit Sumatera Selatan: Studi Kasus PT Aek Tarum (1989-2020) Alif Bahtiar Pamulaan; Bondan Kanumoyoso
Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jc.v11i2.17876

Abstract

Abstrak: Pemerintah Orde Baru yang melihat kelapa sawit sebagai komoditas penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia, memulai proyek pembangunan perkebunan kelapa sawit melalui program “Agroindustri” pada periode tahun 1980-an. Bermaksud menciptakan lapangan kerja, perusahaan  justru dihadapkan pada masalah pengadaan tenaga kerja di perkebunan. Penelitian ini dibuat sebagai upaya mendeskripsikan bagaimana perusahaan mengatasi sulitnya mencari tenaga kerja terampil di perkebunan kelapa sawit Sumatera Selatan, dengan studi kasus perkebunan kelapa sawit PT Aek Tarum yang berdiri tahun 1989 di Kecamatan Mesuji, Kabupaten Ogan Kabupaten Komering Ilir. Dengan menggunakan metode sejarah, penelitian ini dilakukan dengan melalui tahapan heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini dilakukan dengan memakai pendekatan ekonomi dan sosial budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit, perusahaan sangat mengandalkan tenaga kerja yang didatangkan dari luar daerah. Ketergantungan ini pada akhirnya melahirkan komunitas masyarakat di perkebunan kelapa sawit Sumatera Selatan, yang diidentifikasi sebagai orang Jawa. Kata Kunci: Orang, Jawa, Kelapa, Sawit, PT, Aek, Tarum.Javanese Under Palm Oil Midrib of South Sumatera : Case Study of Aek Tarum CompanyAbstract: The New Order government that saw oil palm as an important commodity for Indonesia's economic development, initiating oil palm plantation development projects through the “Agro-industry” program in the 1980s. Intending to create jobs, the company is actually faced with the problem of procuring labor in plantations. This study was made as an effort to describe how companies overcome the difficulty of finding skilled workers in oil palm plantations in South Sumatra, with a case study of oil palm plantations of PT Aek Tarum which was established in 1989 in Mesuji District, Ogan Regency, Komering Ilir Regency. By using the historical method, this research was conducted through the stages of heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. This research was conducted using an economic and socio-cultural approach. The results show that to overcome the problem of labor shortages in oil palm plantations, companies rely heavily on workers imported from outside the region. This dependence eventually gave birth to communities in oil palm plantations in South Sumatra, who were identified as Javanese.Keywords : Javanese, Palm,  Oil, Aek,  Tarum,  Company.
Institusi 's Lands Plantentuin Buitenzorg menjadi Departement van Landbouw dalam Visi Treub (1880-1905) Fadlurrahman, Muhammad Gibran Humam; Kanumoyoso, Bondan
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 7, No 1 (2024): Kritik Sosial dalam Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/historia.v7i1.68260

Abstract

Artikel ini membahas sejarah Kebun Raya Bogor pada masa kolonial Hindia Belanda atau ‘s Lands Plantentuin Buitenzorg di bawah kepemimpinan Direktur Melchior Treub. Di masa kepemimpinan Treub, ‘s Lands Plantentuin Buitenzorg mengalami transformasi sebagai institusi penelitian kolonial yang penting dan terkemuka hingga memiliki peran besar terhadap kepentingan kepentingan kolonial sehingga menjadi Departement van Landbouw (Departemen Pertanian). Penelitian ini berfokus pada sejarah ‘s Lands Plantentuin Buitenzorg dari awal kepemimpinan Treub pada 1880 dengan transformasinya sebagai institusi penellitian hingga menjadi Departement van Landbouw pada 1905. Penelitian ini juga menganalisa aktivitas penelitian yang dilakukan sebagai aktivitas bersejarah di Buitenzorg sebagai lokasi dari ‘s Lands Plantentuin Buitenzorg. Penelitian ini menggunakan metode ilmu sejarah yang terdiri dari heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini menjelaskan bagaimana Treub memimpin perkembangan ’s Lands Plantentuin Buitenzorg dengan visi ilmu pengetahuannya hingga menjadi Departement van Landbouw dalam konteks perkembangan kolonialisme Hindia Belanda.
a GAGASAN “INDONESIA RAYA” DI SEMENANJUNG MALAYA DALAM SEJARAH PERGERAKAN Eka Cipta, Samudra; Kanumoyoso, Bondan; Darmawan, Wawan
KALPATARU : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 10 No 1 (2024): KALPATARU: Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/kalp.v10i1.16166

Abstract

Selama kurun waktu 1945-1950 wilayah Semenanjung Malaya menghadapi masa revolusi. Namun masa revolusi tentunya berbeda dengan di Indonesia yang mana Indonesia dihadapkan pada Agresi Militer Belanda dan juga tantangan dalam diplomasi dengan Belanda. Di negeri Jiran tersebut justru dihadapkan pada kekosongan kekuasaan, sehingga timbul sebuah upaya dari para Pemuda Melayu untuk mewujudkan Melayu Raya dengan bergabungnya Malaya ke Indonesia. Usaha tersebut gagal karena ada upaya Inggris untuk melakukan supremasi kekuasaan dengan mengajak para Kesultanan Melayu di bawah naungan UMNO untuk membuat sebuah pemerintah yang dikenal sampai saat ini sebagai Kerajaan Malaysia. Penelitian ini menggunakan metodologi sejarah dan deskriptif analisis untuk menggambarkan situasi di Malaya sesuai dengan periodeisasi yang berlaku di Malaysia.
PELAKSANAAN TRISAKTI DALAM PEMBUMIAN PANCASILA Kanumoyoso, Bondan
Jurnal Pembumian Pancasila Vol 2 No 2 (2022): Manifestasi Pancasila Melalui Trisakti Sebagai Pedoman Mewujudkan Amanat Pendiri
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Pembumian Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam wacana tentang Pancasila pada era reformasi ada banyak kosa kota dan konsep yang hilang sebagai akibat dari penggunaan Pancasila pada masa Orde Baru (1968-1998) sebagai alat legitimasi kekuasaan. Pengertian bahwa Pancasila bukanlah sekedar serangkaian konsep dan gagasan tetapi juga praktik hidup kurang mendapat penekanan. Hal ini menyebabkan kata “Pembumian Pancasila” dan “Trisakti” hilang dalam wacana tentang dasar negara Republik Indonesia. Dalam pengertian yang ditekankan oleh Sukarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 di hadapan sidang BPUPK (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan) dinyatakan bahwa Pancasila telah lama hidup dan diamalkan oleh bangsa Indonesia. Pancasila bukan sekedar gagasan tetapi juga laku hidup, sehingga istilah yang tepat dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa adalah pembumian Pancasila. Sementara itu untuk membumikan Pancasila Sukarno mengemukakan gagasan tentang Trisakti, yaitu berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang budaya. Ada kaitan erat antara pembumian Pancasila dan Trisakti, karena keduanya merupakan perwujudan dari karakter dan cita-cita bangsa Indonesia.
RELEVANSI KEBAHAGIAAN OTENTIK DALAM MENCEGAH DAN MENANGKAL RADIKALISME PADA MASYARAKAT KAMPUS: TINJAUAN PSIKOLOGI POSITIF Manurung, Antonius Dieben Robinson; Kanumoyoso, Bondan
Jurnal Pembumian Pancasila Vol 4 No 2 (2024): Kepemimpinan Pancasila dalam Pemerintahan Baru
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Pembumian Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to identify, describe, and analyze a positive psychological approach through authentic happiness in an effort to prevent and ward off radicalism in campus communities (universities) in the DKI Jakarta area. This research used a qualitative approach with a phenomenological study through the focus group discussion technique. The validity of the research will be obtained through credibility, transferability, dependability, and confirmatory research data. totaling 10 people (source persons). The research question that wants to be answered in this research is the importance of a positive psychological approach through authentic happiness to provide positive support in an effort to prevent and ward off radicalism among the campus community in the DKI Jakarta. The results of this research: 1) obtained a comprehensive and in-depth picture of the latent dangers and manifestations of radicalism that can develop in the campus community, 2) a positive psychological approach can be used through a development plan for the application of authentic happiness models in an effort to prevent and warding off radicalism among the campus community in the Jakarta, and 3) developing a more adaptive Pancasila grounding strategy in solving the problem of radicalism in campus communities in the Jakarta.
The Development of Risk Culture in Pulau Sebesi, 1883-2018 Riskianingrum, Devi; Tangkilisan, Yuda Benharry; Kanumoyoso, Bondan; Yogaswara, Herry
Paramita: Historical Studies Journal Vol 34, No 2 (2024): Disaster and Disease in History
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v34i2.45690

Abstract

Abstract: As a small island, Sebesi is often characterized as vulnerable with its communities isolated and marginalized. The island has been affected by volcanic eruptions, tsunamis, earthquakes, floods, and illegal sand mining. In 2018, the island was again hit by the tsunami, which surprisingly claimed only one victim. History records that this island experienced a catastrophic tsunami caused by the Krakatau eruption in 1883. However, economic interests revived the island through plantation activities, which led to human re-inhabitation in the 1940s. We studied disaster memory, perceptions, and behavior of the Sebesi community to assess risk culture in their hazards environment. In this article, we build on existing understandings of risk culture as a holistic approach in looking at risk, which includes perception, awareness, understanding and memory, behavior and practices in preventing risk or avoiding harm. We used oral history and archival studies to analyses the perceptions of risks and its responses when faced with risk in different contexts. The study revealed that the people of Sebesi Island have created a risk culture as an adaptive effort to address their environmental hazards. Uncovering the memory, perceptions, choices, and responses in Pulau Sebesi elucidates lessons to pursue a resilient development trajectory on the island. Abstrak: Sebagai sebuah pulau kecil, Sebesi dinilai sebagai pulau yang rentan dengan bahaya alam dengan komunitas yang terisolasi dan termarginalisasi. Pulau ini telah telah mengalami beragam ancaman bahaya, mulai dari erupsi gunung api Anak Krakatau, tsunami, gempa bumi, banjir, serta pertambangan pasir illegal. Pada 2018, pulau ini kembali tersapu tsunami namun hanya merenggut satu korban jiwa. Sejarah mencatat bahwa pulau ini telah mengalami kehancuran total akibat tsunami yang disebabkan oleh letusan Krakatau pada 26 dan 27 Agustus 1883. Namun demikian, kepentingan ekonomi telah membuat manusia kembali mendatangi pulau ini dengan membuka pulau menjadi perkebunan. Hal ini mendorong terjadinya repopulasi Pulau Sebesi di tahun 1940-an yang berkembang hingga saat ini. Artikel ini menganalisis memori bencana, persepsi dan perilaku masyarakat Pulau Sebesi dalam memandang risiko dalam lingkungan hidup mereka yang penuh dengan ancaman bahaya. Pada artikel ini, kami menggunakan konsep Budaya Risiko sebagai sebuah pendekatan holistik dalam melihat risiko, yang didalamnya mempertimbangkan persepsi, kesadaran, pemahaman dan memori, perilaku, serta praktik dalam mencegah risiko atau menghindari risiko. Melalui sejarah lisan dan studi arsip, tulisan ini mengkaji persepsi risiko dan respons mereka saat berhadapan dengan risiko. Studi ini menyimpulkan bahwa masyarakat pulau Sebesi telah menciptakan budaya risiko sebagai usaha adaptif untuk tinggal di lingkungan yang berbahaya. Dengan memahami bagaimana ingatan, persepsi, pilihan serta respons masyarakat Sebesi terhadap risiko bencana selanjutnya, telah memberikan pengetahuan bahwa masyarakat Sebesi membangun ketahanannya melalui budaya risiko. 
Penggunaan Gedung Papak Sebagai Ianjo di Desa Geyer Grobogan, 1942-1945 Khaliya, Meutia; Kanumoyoso, Bondan
Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan Vol 6 No 2 (2022): Desember
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/fhs.v6i2.6388

Abstract

During the Japanese occupation of Indonesia from 1942 to 1945, Japan mobilized women as jugun ianfu and placed them in various ianjo, which had been prepared by the Japanese army. The women who were made jugun ianfu also included those still underage. Sri Sukanti is one of the survivors of jugun ianfu who used to be employed at the Gedung Papak. Therefore, the problem in this research is how Gedung Papak was used as an ianjo. This study uses the historical method with four stages, namely heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. The purpose of this research is to reconstruct Gedung Papak as an ianjo during the Japanese colonial period, reveal more deeply the suffering of jugun ianfu in Gedung Papak, and find out the views of the people during the Japanese period towards the jugun ianfu in Gedung Papak by using a political history approach. The results showed that Gedung Papak as an ianjo was not too different from other ianjo in its operation but had the characteristics of a turn shuffling system, a round trip system, and a child victim.Dalam masa penjajahan Jepang di Indonesia sejak tahun 1942 sampai 1945, Jepang menjalankan mobilisasi perempuan sebagai jugun ianfu dan menempatkan mereka di berbagai ianjo yang telah disiapkan oleh tentara Jepang. Perempuan-perempuan yang dijadikan jugun ianfu juga meliputi mereka yang masih di bawah umur. Sri Sukanti merupakan salah satu penyintas jugun ianfu yang dulu dipekerjakan di Gedung Papak. Oleh karena itu, permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Gedung Papak digunakan sebagai ianjo. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan empat tahapan, yakni heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merekonstruksi Gedung Papak sebagai ianjo pada masa penjajahan Jepang, mengungkap lebih dalam penderitaan para jugun ianfu di Gedung Papak, dan mengetahui pandangan masyarakat di masa Jepang terhadap jugun ianfu di Gedung Papak dengan menggunakan pendekatan sejarah politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gedung Papak sebagai ianjo tidak terlalu berbeda dengan ianjo lain dalam pengoperasiannya, tapi memiliki ciri khas berupa sistem pengocokan giliran, sistem pulang pergi, dan korban anak-anak.