Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PROBLEMATIKA PEMBINAAN KARAKTER ANAK; ANALISIS KRITIS HADIS MAUDU´I ST magfirah nasir; Tasmin Tangngareng
AL-Fikr Vol 24 No 1 (2022): Jurnal Ushuluddin
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mendeskripsikan hakekat dan tahrij hadis yang berkaitan dengan pembinaan karakter anak. Penelitian ini menggunakan kajian hadis MauÌui yang merumuskan persoalan: Bagaimana hakekat pembinaan karakter anak dalam keluarga dan bagaimana analisis hadis MauÌui tentang pembinaan karakter anak. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan dan pembinaan merupakan suatu keharusan bagi anak, sebab dengan pendidikan, anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hadis yang telah diteliti ini dapat dijadikan hujah dalam mendidik dan membina anak, karena dari hadis-hadis tersebut menggambarkan bahwa mendidik anak harus dengan cara bertahap. Selain itu orang tua dan para pendidik hendaklah memperhatikan dan memberikan pembinaan kepada anak sejak dini, dengan pola pendidikan dalam syariat agama.
Pelaksanaan Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKM) di Desa Bukit Indah, Bulukumba: Batasan dan Kemungkinan Tasmin Tangngareng; Muhammad Ridha
BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 2 No. 2 (2016): Bhumi: Jurnal Agraria dan Pertanahan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.043 KB) | DOI: 10.31292/jb.v2i2.71

Abstract

Abstract : This paper describes the policy of the implementation of Community-Based Forest Management program (CBFM) in Bulukumba district. CBFM Program consists of policies regarding Forest Villages, Community Forests and Community Plantation Forests. In these schemes, CBFM concept is applied in different region and different case. Research location for this paper is in Bulukumba, the location of the implementation of Community Forest to some Forest Farmers Group. The results found that CBFM scheme, which is the process of power transfer, devolution of forest resources to local users, has its own limitations and possibilities. The program was running well within the context of improvement of tenure security of forest communities, but on the other hand, this scheme does not have the authority to reform the structure of forest land tenure that has already crippled and been confirmed by this CBFM scheme. Keywords : Community Base Forest Management, Comunity Forest, DevolutionIntisari : Tulisan ini ingin menggambarkan kebijakan pelaksanaan program Community Base Forest Manajement (CBFM) dalam pengelolaan hutan di kabupaten Bulukumba. Program CBFM ini terdiri dari kebijakan mengenai Hutan desa, Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Tanaman Rakyat. Dalam skema-skema inilah konsep CBFM ini diaplikasikan di masing-masing wilayah dan case yang berbeda-beda. Lokasi penelitian untuk tulisan ini dilakukan di Kabupaten Bulukumba, lokasi penerapan Hutan Kemasyarakatan kepada beberapa Kelompok Tani Hutan. Hasil penelusuran yang dilakukan menemukan bahwa skema CBFM, yang merupakan proses transfer kekuasaan, devolusi sumberdaya hutan kepada pengguna lokal, memiliki keterbatasan dan kemungkinannya sendiri. Program ini baik dalam konteks perbaikan tenurial security masyarakat pengelola hutan, tetapi disisi yang lain skema ini tidak memiliki kewenangan untuk melakukan perombakan struktur penguasaan lahan hutan yang sudah timpang dan dikukuhkan oleh skema CBFM ini. Kata Kunci : Community Base Forest Management, Hutan Kemasyarakatan, Devolusi
SUNNAH TASYRI’IYYAH DAN GAIRU TASYRI’IYYAH TERHADAP PEMAHAMAN SYALAFI Yuzhril; Tasmin Tangngareng; Ummi Farhah
Jurnal Diskursus Islam Vol 13 No 2 (2025): Tafsir, Hadis, Syariah, Ekonomi Islam
Publisher : Program Pascasarjana, UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan sunnah tasyri’iyah dan non-tasyri’iyah dalam pandangan Salafi. 1) Untuk mendeskripsikan sunnah dan syari’at 2) Untuk mendeskripsikan sunnah tasyri’iyah dan non-tasyri’iyah berdasarkan hadis-hadis. 3) Untuk mendeskripsikan pemahaman salafi sunnah tasyri’iyah dan non-tasyri’iyah dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian yang diperoleh ialah, 1) sunnah merupakan kebiasan-kebiasan Nabi Muhammad saw, adapun syariat merupakan penjelasan hukum. 2) sunnah tasyri’iyah merupakan peran Nabi Muhammad saw sebagai seorang Rasul Allah swt,  sedangkan sunnah gairu tasyri’iyah peran Nabi Muhammad saw sebagai orang Arab. 3) Adapun pemahaman salafi terhadap sunnah tasyri’iyah menjadi suatu kewajiban karena dianggap sebagai pengugur atau pelengkap dari suatu ibadah-ibadah yang  dilaksanakan sesuai praktik sehari-hari.
PERIWAYATAN HADIS: ANALISIS TEKNIK, SYARAT, DAN METODE Fahman, Azzah Fadiyah Nurfadhilah; Muhammad Ali Ngampo; Tasmin Tangngareng
As-Sulthan Journal of Education Vol. 1 No. 3 (2025): February
Publisher : As-Sulthan Journal of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to analyze the techniques and methods used in the transmission of Hadith, as well as the conditions that must be fulfilled in the process of transmission. The research employs a library research method, examining various literature and reliable sources related to the transmission of Hadith. The primary focus of this study is to understand the different techniques of Hadith transmission, whether it involves transmission through exact wording (oral transmission) or through meaning (translation or interpretation), as well as to identify the conditions required for a Hadith to be accepted as a valid narration. In the transmission of Hadith, several methods are used, including As-Sima' (direct hearing), Al-Qiroah (reading), Al-Ijazah (permission to transmit), Al-Munawalah (providing written works or books), Al-Mukatabah (written communication), Al-I'lam (notification without permission), Al-Washiyah (written will), and Al-Wijdan (finding narrations in books). The results of this study show that each transmission method has its own characteristics and role in maintaining the authenticity and authority of Hadith. Additionally, conditions such as the integrity of the narrators, the consistency of the chain of narrators (sanad), and the alignment of the Hadith text (matan) with historical facts are crucial in ensuring the validity of accepted narrations. In conclusion, a deep understanding of the techniques, methods, and conditions for Hadith transmission is essential to preserving the authenticity of Islamic teachings and passing down the legitimate knowledge to future generations.
TAFSIR AQIDAH TENTANG NERAKA (TAFSIRAN TERHADAP QS. AL-NISA/4: 14) Tasmin Tangngareng; I Gusti Bagus Agung Perdana Rayyn; Al-Fiana Mahar
Jurnal Ushuluddin: Media Dialog Pemikiran Islam Vol 25 No 1 (2023): Februari
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jumdpi.v25i1.34871

Abstract

This article discusses the aqidah interpretation of QS. al-Nisa/4:14 which explains about hell. In this article there are several important topics that will be the focus of the discussion, namely, first is the study of verses in vocabulary terms, their relation to other arguments and the interpretation of scholars, second is the description of the content of the creed in QS. al-Nisa/4:14. Therefore, it is necessary to explain these things so as not to cause misunderstanding in understanding the verse. The study of this problem was carried out by conducting a literature review with a linguistic approach and an interpretive science approach. So the conclusion is that there are differences of opinion among scholars in understanding and explaining the verse, there are scholars who are more inclined to disobedience, both forms of torture and forms of immorality, there are scholars who interpret that the verse speaks of disbelief in the Shari'a, and there are scholars who tend to interpret that the verse contains an order not to change the decree of Allah swt.