Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH PERAWATAN NIFAS OLEH TENAGA KESEHATAN DAN MAMA BIANG TERHADAP STATUS KESEHATAN IBU DI RSUD CHASAN BOESOIRIE KOTA TERNATE MALUKU UTARA Gafur, Rinylda A.; Abdullah, M. Tahir; Prihatin, Fairus
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Vol 13 No 5 (2018): Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis
Publisher : STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.496 KB)

Abstract

Kebanyakan perempuan meninggal akibat komplikasi selama kehamilan dan setelah postpartum. Penyebab ini dapat diminimalisir apabila kualitas antanatal care hingga perawatan postpartum dilaksanakan dengan baik. Kepercayaan dan keyakinan budaya terhadap perawatan ibu postpartum, masih banyak di jumpai di lingkungan masyarakat khususnya di Maluku Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengasuh perawatan nifas dengan kesehatan payudara dan mobilisasi ibu nifas di Kota ternate. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik total sampling dan jumlah sampel 98 responden. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. . Data dianalisis menggunakan program SPSS dengan uji stastistik Chi-Square dan tingkat kemaknaan ? Value < 0,05. Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pengasuh perawatan nifas dengan kesehatan payudara diperoleh nilai ? = 0,000 berarti ada hubungan bermakna antara pengasuh perawatan nifas dengan kesehatan payudara ibu. Sedangkan hubungan antara pengasuh perawatan nifas dengan mobilisasi ibu diperoleh nilai ? = 0,640) berarti tidak ada hubungan pengasuh perawatan nifas dengan mobilisasi ibu. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pegasuh perawatan nifas dengan kesehatan payudara ibu dan tidak ada hubungan antara pengasuh perawatan nifas dengan ambulasi ibu nifas di Kota Ternate. Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar dapat memanfaatkan perawatan nifas oleh Mama Biang yang nyatanya masih diterapkan karena berdampak positif bagi kesehatan ibu nifas.
Abstrak: Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Unmet Need di Kampung KB Deppasawi Kota Makassar Sa'ban, Zikrul; Stang, Stang; Abdullah, M. Tahir; Utami, Wulan Aprilia; Aqida, Dyah Furnama; Syahrani, Zalsah Puteri Annisa; Malolo, Heldi Anjelina; Rajab, Nur Afifah Basrani
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 6 (2024): Volume 11 Nomor 6
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i6.15087

Abstract

Unmet needmengacu pada Pasangan Usia Subur (PUS) yang aktif secara seksual dan ingin menunda atau menghindari memiliki anak lagi tetapi tidak menggunakan kontrasepsi yang aman dan efektif, sehingga menimbulkan risiko kehamilan yang tidak diinginkan, kematian ibu dan anak, serta risiko terkait lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan unmet need di Kampung KB Deppasawi Makassar, dengan menggunakan desain cross-sectional observasional-analitik. Dari populasi 1.874 PUS, diambil sampel melalui simple random sampling sebanyak 104 PUS. Analisis data meliputi distribusi frekuensi dan uji chi-square yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 104 sampel, 37 (35,58%) masuk dalam kategori unmet need. Analisis lebih lanjut dengan uji chi-square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara unmet need dengan pengetahuan (p = 0,015), dukungan suami (p < 0,001), dan kunjungan petugas KB (p = 0,033). Sebaliknya, tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan usia (p = 0,886), pendidikan (p = 0,348), paritas (p = 0,740), agama atau kepercayaan (p = 0,068), penerimaan informasi KB (p = 0,589), dan kualitas pelayanan KB (p = 0,640). Kesimpulannya, pengetahuan, dukungan suami, dan kunjungan petugas KB berhubungan signifikan dengan kejadian unmet need di Kampung KB Deppasawi. Disarankan kepada petugas lapangan KB untuk meningkatkan upaya pemberian edukasi guna meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan diri pasangan dalam menggunakan metode kontrasepsi.
Lingkungan Fisik dan Angka Kuman Udara Ruangan di Rumah Sakit Umum Haji Makassar, Sulawesi Selatan Abdullah, M. Tahir; Hakim, Buraerah Abdul
Kesmas Vol. 5, No. 5
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Udara merupakan salah satu media lingkungan tempat bakteri, virus, dan fungi hidup dan berkembang. Oleh karena mikroorganisme tersebut memerlukan berbagai persyaratan untuk tumbuh dan berkembang, faktor-faktor lingkungan fisik udara tertentu dapat berhubungan dengan angka kuman. Untuk menentukan hubungan ini, telah dilakukan studi potong lintang di ruang rawat inap pasien Rumah Sakit Umum Haji Makasar. Kualitas faktor-faktor lingkungan fisik (pencahayaan, suhu, kelembaban relatif, dan kepadatan ruangan) dan angka kepadatan kuman dalam 5 ruang rawat inap (pavilion, kelas 1, kelas 2, kelas 3, dan recovery room) diukur 3 kali (pagi, siang, dan sebelum matahari terbenam) pada 3 titik pengukuran berbeda setiap ruang. Hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari 91% angka kuman dan 71%-87% kualitas lingkungan fisik tidak memenuhi kesehatan yang dipersyaratkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004. Berdasarkan 4 faktor lingkungan fisik yang diukur, hanya kelembaban relatif yang secara langsung berhubungan dengan angka kepadatan kuman (nilai p = 0,023), meskipun korelasi liniernya sangat rendah (korelasi Pearson 0,299). Sesuai dengan tingkat korelasi ini, kontribusi semua faktor lingkungan fisik kepada angka kuman hanya 14,6% (R2 = 0,382). Apabila disesuaikan dengan populasi standar, kontribusi ini hanya 6%. Air is an environmental medium where microbe such as bacteria, viruses, and fungi can live and may infect exposed people. As the microbes require appropriate condition to live and grow, particular physical environment of air may associate with microbial density rate. To determine this association, a cross-sectional study has been conducted in in-patient wards of Makassar Public Hospital of Hajj. Quality of physical environment factors (lighting, temperature, relative humidity, and room density) and microbial density rate of indoor air in five in-patient wards (pavilion, class 1, class 2, class 3, and recovery room) were measured three times (morning, afternoon, and before sunset) at three different sampling sites of each room. The results show that more than 91% microbe rate and 71%-87% quality of physical environmental factors do not comply with the health requirements as regulated in the Ministry of Health Decision of 1204/MENKES/ SK/X/2004. Of four physical environmental factors quantified, only relative humidity is associated directly with the microbe rate (p = 0,023), although its linear correlation is very low (Pearson correlation 0,299). Correspondingly, contribution of all physical environmental factors to the microbe rate is only 6% (R2 = 0,382). Adjusted to the population standard, this contribution is only 6%.