Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

INSPIRASI QUR’ANI; PARADIGMA HUBUNGAN ANTAR AGAMA Lutfi, Achmad
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/sqh.v6i02.3473

Abstract

Fenomena pluralitas agama telah menjadi fakta sosial yang harus dihadapi masyarakat modern. Fenomena demikian bagi masyarakat yang belum terbiasa dan belum memiliki pengalaman dalam berkoeksistensi damai, tentu akan menimbulkan problematika sendiri, sehingga memaksa para ahli dari berbagai disiplin ilmu untuk memformulasikan suatu solusi atau pendekatan dalam merespon problematika tersebut. Hal ini terutama karena fungsi utama agama sejatinya teletak pada jawabannya atas problem kemanusiaan. Relasi antar umat beragama yang harmonis menjadi tujuan yang mendesak untuk direalisasikan. Sehingga sangat penting untuk mencari titik temunya agar dapat saling hidup berdampingan dengan damai dan harmonis. Al-Qur’an telah mengisyaratkan kepada umat manusia mengenai titik temu antar umat beragama. Dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menekankan tentang prinsip pluralisme agama.
John Wansbrough dan Historisitas Alquran Achmad Lutfi
JOURNAL OF QUR'AN AND HADITH STUDIES Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Qur'an and Hadith Academic Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (635.897 KB) | DOI: 10.15408/quhas.v7i2.13396

Abstract

This paper discusses the historicity of the Quran in the view of John Wansbrough. By using the literature riview method, this study answers how Wansbrough views the historical aspects of the Quran. this study finds John Wansbrough addes another analytical consideration in understanding the history of the Quran. This is the application of the literary method which focuses on the analysis of the logic and the suitability of the use of language at the time of the revelation of the Quran.
TRADISI MUJAHADAH PEMBACAAN DZIKIR RATIB AL-‘ATTAS DI PONDOK PESANTREN RAUDLATUL BANAT CIREBON: STUDI LIVING QUR’AN Nurkholidah Nurkholidah; Achmad Lutfi; Wati Herningsih
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v7i1.8354

Abstract

Raudlatul Banat Islamic Boarding School has routine activities in the form of recitation of dzikir Rātib Al-‘Aṭṭās, which contains three elements, namely selected verses of the Qur’an, prayer of the prophet, and prayer of choice. This study uses descriptive qualitative methods with the type of research Field Research and Library Research. The result of the research in this paper can reveal that the mujahadah tradition of reciting dzikir Rātib Al-‘Aṭṭās is a socio-religious practice that developed in Raudlatul Banat Islamic Boarding School. The activity is carried out routinely every Wednesday night, which is the routine of Abah Hud bin Yahya during his lifetime with senior clerics and Kyais in the hall of Raudlatul Banat Islamic Boarding School. After Abah Hud died, the routine was continued by his son, namely H. Syarif Ahmad Tholib Yahya. Meanwhile, the routines of the santri were held on the Sunday night of the evening at the Raudlatul Banat Islamic Boarding School. The significance of the mujahadah tradition is the reading of the remembrance of Rātib Al-‘Aṭṭās at Raudlatul Banat Islamic Boarding School based on the sociology theory of Karl Mannheim knowledge there are three categories of meaning obtained, namely the objective meaning as the family routines of Abah Syarif Hud bin Yahya and santri, Expressive meaning as practice that draws closer to God and the form of obedience to the teacher, as well as the meaning of the documentary as a whole culture. Then some of the transformations felt by the perpetrators include a calmer heart, facilitated all his affairs by Allah SWT, launched his sustenance, granted all his desirer, and protected from all vices.. 
PENAfSIRAN AYAT-AYAT EKONOMI DALAM AL-QUR’AN (Mengungkap Makna Bai’ Dan Tijarah Dalam Al-Qur’an) ACHMAD LUTFI
Holistik Vol 12, No 2 (2011)
Publisher : LP2M IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.961 KB) | DOI: 10.24235/holistik.v12i2.97

Abstract

Salah satu bentuk kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh manusia adalah perdagangan. Dapat dikatakan bahwa perdagangan merupakankegiatan paling tua yang dilakukan oleh manusia dalam mencukupikebutuhan hidupnya. Aktivitas perdagangan merupakan kegiatan yangtidak asing bagi umat Islam. Bahkan jauh sebelum Islam lahir, kegiatanperdagangan telah maju pesat di kalangan orang-orang Arab pra-Islam.Karena salah satu aspek penting perekonomian masyarakat Arab praIslamadalah perdagangan.Mereka telah lama mengenal perdagangan bukan saja dengan sesama Arab,tetapi juga dengannon-Arab. Bahkan Mekah waktu itu merupakan pusat perdagangan dan perbelanjaan internasional yang besar, dan Islam lahir di miliu perdagangan Mekah. Begitu lekatnya Islam dengan aktivitas perdagangan, banyak narasi ayat-ayat al-Qur’an seakan ditujukan kepada para kaum pedagang. Sebagaimana W. Montgomery Watt mendeskripsikan: “kenyataan bahwa al-Qur’an pertama-tama ditujukan kepada kaum pedagang tercermin dalam bahasa dan gagasannya”. Lebih spesifik, pengungkapan perdagangan dalam al-Qur’an dapat ditemui melalui lafadz bai’ dan tijarah. Dalam tulisan berikut ini dipaparkan penelaahan secara tematis terhadap lafadz bai’ dan tijarah berikut derivasinya, yang dianalisis dengan menggunakan teori makkiyyah dan madaniyyah yang digagas oleh Thedore Nöldeke dan dikaji secara hermeneutis.Kata kunci: Perekonomian, Al-Qur’an, Bai’, Tijarah
KESETARAAN POSISI SUAMI DAN ISTRI DI RUANG PUBLIK DAN DOMESTIK DALAM PERSPEKTIF HADIS Achmad Lutfi
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 8, No 02 (2020): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/diyaafkar.v8i02.7067

Abstract

Biologically, men and women have different anatomy, especially with regard to reproductive function. This is human nature. The problem that arises is when natural gender differences affect all types of aspects of life. The figure of a woman or wife is often positioned as unequal to men. Women have a lower position and role than men. This unequal role and position arises from the result of social construction which results in injustice. This inequality is then socialized in the community and it becomes a prevalent tradition. The process of socializing and perpetuating this inequality is often justified by religious teaching, including hadith. In this article, through the analysis of sanad and matan, describes an attempt to reinterpret the hadiths related to the relationship between husband and wife in the public and domestic sphere.Keywords: Husband-Wife Relationship, Gender EqualitySecara biologis, laki-laki dengan perempuan memiliki anatomi tubuh yang berbeda terlebih berkaitan dengan fungsi reproduksi. Hal tersebut merupakan kodrat manusia. Problematika yang muncul adalah ketika perbedaan jenis kelamin secara kodrati itu berdampak terhadap semua jenis aspek kehidupan. Sosok Perempuan atau istri tidak jarang dipososisikan tidak setara dengan laki-laki. Perempuan mimiliki posisi dan peran yang lebih rendah dari laki-laki. Peran dan kedudukan yang tidak setara ini mucul dari hasil konstruksi sosial yang menghasilkan ketidakadilan. Ketidaksetaraan itu kemudian disosialisasikan dalam komunitas sehingga menjadi sebuah tradisi. Proses sosialisasi dan pelanggengan ketidaksetaraan ini seringkali dijustifikasi ajaran agama, di antaranya Hadis. Dalam artikel ini, melalui analisis sanad dan matan, menguraikan upaya untuk malakukan reinterpretasi Hadis yang terkait dengan relasi suami dan istri di ruang publik dan domestik.Kata Kunci: Relasi Suami-Istri, Kesetaraan Gender
INSPIRASI QUR’ANI; PARADIGMA HUBUNGAN ANTAR AGAMA Achmad Lutfi
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.437 KB) | DOI: 10.24235/diyaafkar.v6i02.3791

Abstract

The phenomenon of religious plurality has become a social fact that must be faced by modern society. Such a phenomenon for people who are not accustomed to and do not have experience in peaceful coexistence will certainly cause their own problems, forcing experts from various disciplines to formulate a solution or approach in response to these problems. This is mainly because the main function of religion actually lies in the answer to humanitarian problems. Harmonious relations between religious people are an urgent goal to be realized. So it is very important to find a meeting point so that we can live together in peace and harmony with each other. The Qur'an has signaled to mankind about inter-religious meeting points. In the Al-Qur'an there are verses that emphasize the principle of religious pluralism.
Meraih Makna Al-Quran Achmad Lutfi
MAGHZA Vol 4 No 2 (2019): Juli-Desember 2019
Publisher : Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora (FUAH), Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.888 KB) | DOI: 10.24090/maghza.v4i2.3247

Abstract

The belief of Muslims in the religion they profess is that religion can provide guidance and solutions towards the principal problems faced by humankind throughout the ages. As a consequence, Muslims should be able to prove and elevate Islamic values ​​in the realities of life. In Islamic teaching, the Qur'an becomes the most important manifestation. Al-Qur’an becomes the main source of Islamic teaching which has brought out many Islamic disciplines, as well as being a reference for determining and even justifying the details of the teaching. The problem of understanding and getting the meaning of the concepts recorded in the Qur'an occupies a very significant position in the discourse of Islamic thought today. Farid Esack as one of the figures who have an interest in exploring the meaning of the Qur'an prefers to use hermeneutics as one of the tools in interpreting the Qur'an. With hermeneutics, Esack believes that the meaning of the a-Qur'an can be achieved to make it always fit beyond time and space.
Edukasi terapi ruqyah bagi remaja masjid di Desa Ciperna Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon Muhammad Ikhsan Ghofur; Siti Asiyah; Achmad Lutfi; Izzuddin Izzuddin
Abdimas Siliwangi Vol 6, No 1 (2023): Februari 2023
Publisher : IKIP SILIWANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22460/as.v6i1.14605

Abstract

Tahapan perkembangan manusia yang paling rentan dengan pengaruh negatif dari berbagai lingkungan sekitar adalah masa remaja. Tidak heran ketika banyak terjadi kenakalan remaja. Selain itu, tantangan yang harus dihadapi remaja di era modern saat ini sangat beragam, yang paling menonjol adalah pengaruh IPTEK yang semakin canggih. Sehingga berpengaruh terhadap jati diri, mental emosional, sampai pada perilaku menyimpang. Akan tetapi ada juga remaja yang menanggapi perubahan zaman dengan kegiatan positif, salah satu dari mereka adalah remaja masjid. Sebagaimana yang dilakukan oleh remaja masjid Adz Dzikro di Desa Ciperna Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon, para remaja aktif berkegiatan seperti ikut kajian Islam di Masjid, TPQ, dan lain sebagainya. Terlepas dari kegiatan positif yang sudah dilakukan, perlu kiranya dilaksanakan kegiatan perupa pemberian pengethuan dan skill dalam rangka membentengi diri dari hal-hal yang negatif, dan kegiatan pengabdian yang berpa edukasi terapi ruqyah dilakukan dengan tujuan demikian. Metode yang digunakan adalah service learning. Dari kegiatan ini peserta mengetahui tentang konsep ruqyah, manfaat dan kegunaan ruqyah, para remaja mengetahui penyakit yang bisa disembuhkan melalui terapi ruqyah, dan yang paling penting dari kegiatan pengabdian ini adalah para rema memiliki skill atau kemampuan untuk meruqyah, baik ruqyah mandiri atupun untuk orang lain atau masyarakat sekitar.
Refleksi Pemilu 2024 terhadap Politisasi Agama di Media Sosial Perspektif Teori Double Movement Fazlur Rahman Abdul Hamid; Anwar Sanusi; Achmad Lutfi; Muhamad Sofi Mubarok; Debi Fajrin Habibi5
Gunung Djati Conference Series Vol. 21 (2023): The 1st Nurjati Conference
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to discuss the reflection of the 2024 election on the politicization of religion on social media from the perspective of Fazlur Rahman's double movement theory. This study uses a qualitative approach by applying the descriptive-analytical method. The results and discussion of this study indicate that it is necessary to carry out socio-historical contextualization of religion through Fazlur Rahman's double movement theory, which is known for its dual movements, the socio-historical affirmation must be studied as there is still humiliation of a group which ultimately results in divisions between groups. Of course this has to go back to the socio-historical beginning of the verses of the Qur'an which upheld justice. The verses of the Qur'an instruct humans not to generate hate speech against other people. Talking about the politicization of religion, this must be avoided by the public so that they are not easily provoked by politics in the name of religion. Theoretically and practically, this research is expected to have benefits and usefulness implications as an initial study of reflections on the 2024 Election on the politicization of religion on social media from the perspective of Fazlur Rahman's double movement theory. This study recommends government agencies, religious leaders, and the public not to be easily provoked by politics in the name of religion.
DIMENSI LOKALITAS PENAFSIRAN: Bentuk dan Karakter Lokal dalam Kitab Tafsir Resmi Pemerintah Orde Baru Republik Indonesia Lutfi, Achmad
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol. 11, No. 01 (2023): Juni
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/diyaafkar.v11i1.15006

Abstract

The process of Qur’anic interpretation carried out by mufassir could not be separated from historical context. Every space and time as an integrated element of history, produces typical interpretation’s discourse, pattern, movement and reformation, where every single emphasis criticizes the previous interpretations while at the same time constructs a new theory of interpretation. Likewise, the existence of The Book of Al-Qur’an and its Interpretation are proposed and published by Ministry of Religious Affairs of Indonesia Republic, certainly in interpreting activities to its verses of Qur’an gave rise locality elements and endeavored an effortless to be arriving at the goal of word meaning being interpreted. Proses penafsiran Alquran yang dilakukan oleh mufassir tidak lepas dari konteks sejarah yang melekat dalam dirinya. Setiap ruang dan waktu sebagai elemen sejarah yang terintegrasi, menghasilkan wacana, pola, gerakan, dan reformasi interpretasi yang khas, di mana setiap penekanan mengkritisi interpretasi sebelumnya sekaligus membangun interpretasi baru. Demikian pula dengan keberadaan Kitab Al-Qur'an dan Tafsirnya yang dibuat dan diterbitkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia, tentunya dalam kegiatan penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur'annya memunculkan unsur lokalitas dan diupayakan dengan cara yang mudah. sampai pada tujuan makna kata yang ditafsirkan. Melalui pendekatan hermeneutika dan resepsi, artikel ini mengupas bentuk lokalitas yang terdapat dalam kitab Al-Qur’an dan Tafsirnya.