This study explores the crisis of pembapaan in contemporary Christian families, marked by the emotional and spiritual absence of fathers. This crisis impacts children’s identity, psychological health, and character formation. Contributing factors include economic stress, patriarchal structures, and flawed views of masculinity. Through theological counseling and library research, this study examines Joseph, the earthly father of Jesus, as a model for transformative Christian fatherhood. Joseph exemplifies presence, faithfulness, and obedience rather than dominance. By synthesizing insights from Akili Kumasi, Tony Evans, and A.E. Ellis, the study proposes a framework of pembapaan rooted in love, servant leadership, and spiritual intimacy. It recommends Joseph as a paradigm to guide Christian men in restoring family wholeness and strengthening spiritual life at home. The study not only contributes to theological counseling but also offers practical steps toward reclaiming Christian male identity through a fatherhood shaped by divine love. Studi ini mengkaji krisis pembapaan dalam keluarga Kristen kontemporer yang ditandai oleh ketidakhadiran emosional dan spiritual para ayah. Krisis ini berdampak pada pembentukan identitas, kesehatan psikologis, dan karakter anak. Faktor-faktor penyebabnya meliputi tekanan ekonomi, struktur patriarkal, dan pandangan maskulinitas yang keliru. Melalui pendekatan konseling teologis dan studi pustaka, penelitian ini menyoroti Yusuf, ayah duniawi Yesus, sebagai model pembapaan Kristen yang transformatif. Yusuf menunjukkan keteladanan dalam kehadiran, kesetiaan, dan ketaatan, bukan dominasi. Dengan mensintesiskan pemikiran Akili Kumasi, Tony Evans, dan A.E. Ellis, studi ini membangun kerangka pembapaan yang berakar pada kasih, kepemimpinan hamba, dan keintiman spiritual. Penelitian ini merekomendasikan Yusuf sebagai paradigma untuk membimbing pria Kristen dalam memulihkan keutuhan keluarga dan memperkuat kehidupan rohani di rumah. Studi ini berkontribusi bagi pengembangan konseling teologis sekaligus menawarkan langkah praktis untuk memulihkan identitas laki-laki Kristen melalui pembapaan yang berlandaskan kasih ilahi.