Articles
Peran Konseling Pastoral Dalam Perawatan Paliatif : Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Kanker Payudara
Mengga, Maria Josephine;
Hermanto, Yanto Paulus
Jurnal Teologi Praktika Vol 5, No 1 (2024): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.51465/jtp.v5i1.155
Peran Konseling Pastoral Dalam Perawatan Paliatif: Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Kanker Payudara. Ketika seseorang terdiagnosa penyakit kanker payudara, maka ia tidak hanya membutuhkan perawatan untuk penyakitnya, namun membutuhkan perawatan bagi kondisi psikososial, spiritual, dan nyeri fisiknya. Perawatan paliatif yang dalam penerapannya bertumpu pada pendekatan biopsikososial dan spiritual dimana untuk memenuhi kebutuhan spiritual penderita kanker payudara dilakukan dengan pelayanan konseling pastoral yang diharapkan memberi dampak yang baik bagi peningkatan kualitas hidup. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pendekatan kualitatif, dengan tekhnik penulisan menggunakan studi pustaka. Konseling pastoral berperan dalam memberikan dukungan secara psikologis dan spiritual melalui sesi konseling bagi penderita kanker payudara untuk memenuhi kebutuhan secara spiritual maupun emosional dalam bentuk bimbingan rohani, agar penderita dapat menerima keadaan sakitnya dan mau menjalani proses perawatan dan pengobatan serta dengan tenang melewati masa-masa yang sulit selama mengalami sakitnya. Konseling pastoral berperan pula memberikan pemahaman tentang nilai-nilai dan tujuan hidup sehingga penderita kanker payudara dapat memiliki pengharapan akan rencana Tuhan yang indah bagi hidupnya, dengan pemahaman ini penderita dapat menjalani hidup yang lebih bermakna, tanpa keraguan, terus optimis dibarengi dengan penyerahan diri kepada Tuhan, pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidupnya.
Mencegah LGBT di Kalangan Anak Sekolah Minggu Gereja Bethel Indonesia Human Chucrh Community
Lasakar, Citra Mirani;
Hermanto, Yanto Paulus
Jurnal Teologi Praktika Vol 4, No 2 (2023): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.51465/jtp.v4i2.102
Mencegah LGBT di kalangan anak sekolah minggu Gereja Bethel Indonesia Human Church Community. LGBT merupakan isu serius yang harus diperhatikan oleh gereja dan orang tua untuk melindungi anak-anak sedini mungkin sebelum segala sesuatu menjadi terlambat. Gereja dan orang tua memiliki peranan penting dalam tumbuh kembangnya seorang anak dalam segi rohani maupun jasmani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam upaya pencegahan LGBT terutama dikalangan anak sekolah minggu Gereja Bethel Human Church Community. Upaya pencegahan ini harus dimulai dari usia kanak-kanak untuk melindungi masa depan mereka. Hasil dari penelitian ini ditemukan lima upaya pencegahan LGBT pada anak sekolah minggu yaitu: Anak-anak harus dimuridkan dengan benar di sekolah minggu dan pemuridan dirumah oleh orang tua, anak-anak diberikan Pendidikan seksual, gereja harus lebih selektif dalam memilih guru sekolah minggu, dengan adanya guru yang kompeten pemuridan terhadap anak-anak dapat dilakukan semaksimal mungkin, orang tua harus lebih memperhatikan anak-anak dalam kerohanian sedari mereka masih kecil agar anak-anak bertumbuh dengan takut akan Tuhan dan memiliki karakter Kristus dari mereka masih kecil dan dalam kehidupan sehari-hari orang tua menjadi contoh dan teladan yang baik bagi anak-anak, anak-anak memerlukan lingkungan yang sehat dimulai dari dalam keluarga, keluarga yang sehat akan menghasilkan anak-anak yang sehat secara jasmani dan rohani.
Strategi Penggembalaan Terhadap Jemaat Yang Memiliki Perilaku Homoseksual
Hermanto, Yanto Paulus
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 6, No 2 (2024): Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.38189/jtbh.v6i2.517
The increase in the number of homosexuals in various countries should make the church more ready to help them. The church cannot just sit around and do nothing. It is precisely the church whose function is in pastoral care that must begin to think about what strategies can help the congregation who has homosexual behavior. The purpose of this research is to help pastors understand what to do when dealing with a congregation that behaves in this way. The research method used is research with a qualitative approach through literature study. And the results of this study show positive results and can be implemented by churches around the world. There is some knowledge that must be possessed by a shepherd related to theology that must be understood, and the process and strategies of shepherding that must be carried out. Therefore, the results of this research will be used for pastoral ministry in churches.Peningkatan jumlah kaum homosek di berbagai Negara seharusnya membuat gereja semakin siap untuk menolong mereka. Gereja tidak bisa hanya berdiam saja dan tidak melakukan apa-apa. Justru gereja yang fungsinya dalam penggembalaan harus mulai memikirkan strategi apa yang bisa menolong jemaat yang memiliki perilaku homoseksual tersebut. Tujuan penelitian ini untuk menolong para gembala memahami apa yang harus dilakukan ketika menghadapi jemaat yang berperilaku demikian. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi pustaka. Dan hasil penelitian ini positif dan dapat dilaksanakan oleh gereja-gereja di dunia. Ada beberapa pengetahuan yang harus dimiliki oleh gembala berkaitan dengan teologi yang harus dipahami, proses dan strategi penggembalaan yang harus dilakukan. Oleh karena itu, hasil penelitian ini akan dapat dimanfaatkan untuk pelayanan penggembalaan di gereja-gereja.
EDUKASI PERAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKKAN INNER CHILD MELALUI REGULASI EMOSI ANAK DI GEREJA BACB
Purnama, Jellia Puspa;
Hermanto, Yanto Paulus
Jurnal PKM Setiadharma Vol. 5 No. 1 (2024): Jurnal PkM Setiadharma April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47457/jps.v5i1.449
The inner child is a part of someone's life that is formed from the time of conception until the age of 12. Therefore, parents play a crucial role in shaping the inner child. If someone has a wounded inner child, it will manifest unconsciously throughout adulthood, both in actions and feelings. One thing a parent can do is regulate their child's emotions. An educational class for parents held at the Bandung City Blessing City Square Church aims to raise awareness regarding the importance of understanding the inner child and emotional regulation in children. The research method used is descriptive qualitative, where the author conducted a literature study to present the material for this educational class. Doing this activity resulted in participants giving positive responses, indicating that the class provided knowledge and skills that can be directly applied. Participants also suggested that educational courses should be conducted regularly and counselling should be available for parents to enhance their parenting abilities further.
PEMBEKALAN PELAYANAN BAGI CALON PELAYAN DAN PELAYAN DI GEREJA GBI GOSYEN BLESSING SURABAYA
Geovani, Loveilia;
Hermanto, Yanto Paulus
Jurnal PKM Setiadharma Vol. 5 No. 1 (2024): Jurnal PkM Setiadharma April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47457/jps.v5i1.458
The form of maturation of God's people is through service, and the Church needs God's servants to carry out Church service tasks. The younger generation needs to be involved because they need to be equipped and prepared for the continuity of the Church in the future. If they are not engaged, developed, and prepared for Christ, the world's ungodliness will attract them, and the Church has no future. Therefore, the aim of the Ecclesiastical Community Service in this research is to provide service provision for prospective ministers at GBI Gosyen Blessing. It is done so that those who have served do not fall into the wrong motivation for service and are competent in carrying out their Church service responsibilities. Those who have not yet served should start to be prepared and given an overview so that they will be stronger when serving. The qualitative research method uses data collection techniques such as observation, interview, literature study, and documentation. The implementation method is through seminars and simulations. The result of this activity was excellent because it practically increased the knowledge and skills that participants could put into practice directly. Church leaders also need to know the strategies for the movement of the Church in the future.
Is Premarital Guidance Important To Divorce?
Rachmat, Ronald;
Setiawan, Tjutjun;
Waty, Fries;
Lasmaria, Fitry Riny;
Hermanto, Yanto Paulus
Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal) Vol 4, No 4 (2021): Budapest International Research and Critics Institute November
Publisher : Budapest International Research and Critics University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33258/birci.v4i4.3284
Divorce in Christian families is seen as a wrong decision and against God's will. Although there are some views from church leaders worldwide regarding divorce, divorce in Christian marriages is not justified. However, based on data from the Indonesian statistical center, divorce cases in Indonesia from 2011 to 2016 have increased significantly. Looking at the facts of divorce cases and the factors that cause divorce, the church has made eftriedrcome or reduced the risk of divorce in Christian marriages. One form of this effort to overcome divorce is to provide premarital guidance for Christian couples who want to deci married. To marrythor will describe the importance of premarital guidance so that from this nation it can help the church to understand the importance of premarital guidance better and carry it out with sincerity and for prospective partners better to understand their respective duties and responsibilities before God so that when conflicts occur in their domestic life, they were able to cope without divorce.
Kontekstualisasi Injil Terhadap Suku Migani Papua
Senjaya, Styadi;
Hermanto, Yanto Paulus
Kharisma: Jurnal Ilmiah Teologi Vol 2, No 2 (2021): DESEMBER
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kharisma
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54553/kharisma.v2i2.71
The Migani tribal community, Papua is an area that needs to be reached by the Gospel. This research is to answer how the Gospel can be fully accepted and accepted by the Migani tribe in Papua with the discipleship method that is applied in everyday life. The research method used is a qualitative approach. The results of this study indicate that an understanding of Peagabega figures, Migani culture and sustainable discipleship are things that can be done in introducing the gospel. Thus the evangelist can enter according to the cultural context of the Migani tribe. Masyarakat suku Migani, Papua merupakan daerah yang perlu dijangkau Injil. Penelitian ini untuk menjawab bagaimana agar Injil dapat masuk dan diterima secara sepenuhnya oleh suku Migani di Papua dengan metode pemuridan yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Metode penelitian yang digunakan melalui pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman terhadap tokoh Peagabega, kebudayaan Suku Migani dan pemudridan yang berkelanjutan merupakan hal-hal yang bisa dilakukan dalam memperkanalkan Injil. Dengan demikian pengabar Injil dapat masuk sesuai konteks budaya suku Migani.
Mengatasi Degradasi Moral Anak Remaja Akibat Pengaruh Media Sosial
Waty, Fries;
Setiawan, Tjutjun;
Hermanto, Yanto Paulus
Kharisma: Jurnal Ilmiah Teologi Vol 3, No 1 (2022): JUNI
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kharisma
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54553/kharisma.v3i1.81
Adolescents 12-15 are an age group that is vulnerable to negative influences. In the process of searching for their identity, they are often carried away by a misleading spirit. This negative influence can be obtained from association with friends, the environment and also from social media where the technology of the digital era greatly affects many people, especially in this 12-15 year age group. Technological advances that should be useful can actually plunge this age group into the problem of pornography which if not handled properly will become an addiction and lead to moral degradation. This study examines the moral degradation experienced by adolescents aged 12-15 years which is the influence of social media in this age group exposed to pornographic content. The purpose of this research is how to overcome this problem so that it can be useful for parents, educators and church leaders. This study used a qualitative method with a literature study and used a survey instrument for adolescents aged 12-15 years. And the conclusion obtained is that the role of parents must be further intensified, such as education on the use of social media, education about sex, spiritual development. And also the support of educators, both formal at school and non-formal at church. Remaja usia 12-15 merupakan kelompok usia yang rentan terhadap pengaruh negatif. Dalam proses pencarian identitas diri yang mereka lakukan seringkali terbawa arus yang menyesatkan. Pengaruh negatif tersebut bisa didapat dari pergaulan dengan teman- temannya, lingkungan dan juga dari media sosial di mana teknologi era digital ini sangat mempengaruhi banyak orang, terlebih pada kelompok usia 12-15 tahun ini. Kemajuan teknologi yang semestinya membawa manfaat malah dapat menjerumuskan kelompok usia ini ke dalam masalah pornografi yang jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi adiksi dan membawa ke arah degradasi moral. Penelitian ini mengkaji tentang degradasi moral yang dialami oleh kalangan remaja usia 12-15 tahun yang diakibatkan pengaruh media sosial di mana kelompok usia ini terpapar konten pornografi. Adapun tujuan penelitian ini adalah bagaimana cara mengatasi hal tersebut sehingga dapat bermanfaat bagi kalangan orang tua, pendidik dan pemimpin gereja. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi pustaka dan menggunakan instrumen survei terhadap remaja usia 12-15 tahun. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa peran orang tua harus lebih diintensifkan lagi seperti edukasi pemakaian media sosial, edukasi tentang seks, pembinaan rohani. Juga dukungan para pendidik, baik yang formal di sekolah maupun non-formal di gereja.
Pelayanan Konseling Pastoral dengan Logoterapi: Sebuah Pendekatan pada Makna Hidup Penderita Systemic Lupus Erithematosus (SLE)
Ria, Natal;
Hermanto, Yanto Paulus
JURNAL TERUNA BHAKTI Vol 6, No 1: Agustus 2023
Publisher : SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN TERUNA BHAKTI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47131/jtb.v6i1.75
Pastors as counselors are essential in providing pastoral counseling assistance to people with lupus. This research aims to answer the church's challenge of pastoral counseling services and psychological approach methods for Odapus to have a meaningful life. The qualitative research is a literature review to answer how pastoral counseling services and Victor E. Frankl's logotherapy approach are used to give patients a more meaningful life. The discussion results explain that pastors must carry out pastoral counseling services such as fostering good relationships and creating trust, being open to problems, encouraging joint evaluation, and conclusions containing steps that must be taken. Viktor E. Frankl's logotherapy methods, such as Deflection, Paradoxical Intention, and Medical Ministry, are ways to help Odapus find meaning in life. From the discussion, it is concluded that the congregation's pastor needs to take steps to help the Odapus face their illness. Abstrak Gembala sebagai konselor berperan penting melakukan pendampingan konseling pastoral kepada penderita lupus. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab tantangan gereja bagaimana pelayanan konseling pastoral dan metode pendekatan psikologis odapus agar memiliki hidup yang bermakna. Adapun penelitian kualitatif berupa kajian pustaka untuk menjawab bagaimana pelayanan konseling pastoral dan pendekatan logoterapi Victor E.Frankl yang digunakan sehingga penderita memiliki hidup yang lebih bermakna ?. Hasil pembahasan menjelaskan bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan gembala adalah melakukan pelayanan konseling pastoral seperti: tahap membina hubungan baik dan menciptakan rasa percaya, terbuka terhadap masalah, mendorong evaluasi bersama serta kesimpulan berisi langkah yang harus diambil. Metode logoterapi Viktor E. Frankl seperti: dereflection, paradoxical intention, medical ministry merupakan cara untuk membantu odapus menemukan kebermak-naan hidup. Dari pembahasan maka diperoleh kesimpulan bahwa gembala sidang jemaat perlu melakukan langkah-langkah dalam menolong odapus menghadapi penyakitnya.
Psikoedukasi Emosi dalam Meningkatkan Social Awareness Pemuda Remaja Gereja di Era VUCA
Mengga, Ruth Caroline;
Ria, Natal;
Mengga, Maria Josephine;
Hermanto, Yanto Paulus
Real Coster : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 7, No 1: Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.53547/realcoster.v7i1.519
Life in the Vuca era demands sensitivity to rapid changes, including sensitivity in social relations because friction and harsh competition in life make social problems increase. This kind of thing is very likely to be experienced also by church youth. Due to biological factors, at the age of youth, teenagers are very vulnerable to emotional outbursts that can result in the disruption of their relationships with others. Understanding the Word of God about self-control needs to be accompanied by proper education so that the results are maximized it is very important to have emotional education to improve social awareness skills obtained by managing emotions correctly, to minimize conflict in the face of instability in the Vuca era. No emotion is useless, but emotions need to be managed so as not to damage. Therefore, emotional psychoeducation is needed to help recognize emotions and manage them properly. Emotional psychoeducation using quizzes and real-life illustrations and techniques for managing emotions will be very useful in responding to spontaneous emotions to avoid destructive emotional outbursts, including damaging social relationships. Keywords: emotion psychoeducation; social awareness; vuca; church youthAbstrakKehidupan di era Vuca menuntut kepekaan terhadap perubahan yang cepat, termasuk juga kepekaan dalam relasi sosial karena gesekan dan persaingan hidup yang keras membuat masalah sosial meningkat. Hal seperti ini sangat mungkin dapat dialami juga oleh pemuda remaja gereja. Karena faktor biologis, di usia pemuda remaja sangat rentan meledak secara emosi yang dapat mengakibatkan terganggunya relasi dirinya dengan orang lain. Pemahaman Firman Tuhan tentang penguasaan diri, perlu dibarengi dengan pendidikan yang tepat, agar hasilnya maksimal sehingga penting sekali pendidikan emosi untuk meningkatkan kemampuan social awareness yang didapat dengan pengelolaan emosi yang benar, sehingga dapat meminimalkan konflik dalam menghadapi ketidastabilan di era Vuca. Tidak ada emosi yang tidak berguna, tetapi emosi perlu dikelola agar tidak merusak. Sebab itu diperlukan psikoedukasi emosi yang bermanfaat membantu mengenali emosi serta dapat mengelolanya dengan baik. Psikoedukasi emosi dengan menggunakan kuis serta ilustrasi nyata dan teknik mengelola emosi akan sangat berguna dalam respon emosi spontan sehingga dapat menghidarkan diri dari ledakan emosi yang merusak, termasuk merusak relasi sosial.Kata Kunci: Psikoedukasi Emosi; Kepekaan Sosial; Vuca; Pemuda Remaja Gereja