Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Steroid-induced diabetes mellitus in pemphigus vulgaris patient at Bali Mandara Hospital: a case report Aviana, Felicia; Birawan, I Made
Bali Dermatology and Venereology Journal Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : DiscoverSys Inc

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15562/bdv.v4i2.43

Abstract

Background: Pemphigus vulgaris (PV) is a blistering autoimmune disease of the skin and mucous membranes defined histologically by intraepidermal blister due to acantholysis. Systemic corticosteroids and immunosuppressive agents had greatly improved the prognosis of pemphigus. However, steroid use often leads to metabolic complications, such as diabetes mellitus. This case report describes steroid-induced diabetes mellitus in PV, where the side effect of long-term high dosages steroid used and the method to manage it can be used as a study case.Case report: A 31-year-old man complained of new blisters from almost the entire body. He had a history of PV 1 year ago and no history of diabetes mellitus in the patient or family. He had a medication history of methylprednisolone 8 mg every 8 hours. Dermatological status showed erythema macules, extensive erosion almost on the entire body, the Nikolsky sign (+), and the Asboe-Hansen sign (+). Blood laboratory result: random blood glucose 451 mg/dl, HbA1c 12.3%.  Histopathological examination: suprabasal blister, in which the basal cells still attached to the basement membrane show a “tombstone” appearance. The diagnosis was steroid-induced diabetes in pemphigus vulgaris. He was treated with steroids and insulin.Conclusion: Steroid use in PV treatment can lead to metabolic complications, such as diabetes mellitus. Regularly monitoring is needed to prevent complications due to steroid use.
Profil Penderita Morbus Hansen di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Bali Mandara Januari 2018-Desember 2020 Aviana, Felicia; Birawan, I Made; Sutrini, Ni Nyoman Ayu
Cermin Dunia Kedokteran Vol 49, No 2 (2022): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.316 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v49i2.1725

Abstract

Morbus Hansen (MH) merupakan salah satu penyakit terabaikan dan masih sering dijumpai di negara tropis dan subtropis, termasuk di Indonesia yang menduduki peringkat ketiga di dunia. Penelitian deskriptif retrospektif dilakukan untuk mengetahui profil penderita MH di PoliklinikKulit dan Kelamin RSUD Bali Mandara periode Januari 2018-Desember 2020. Didapatkan 55 penderita MH dengan 492 (1,6%) kunjungan dari 30587 total kunjungan; terdiri dari 39 (71%) laki-laki dan 16 (29%) perempuan, terbanyak dari kelompok usia 25-44 tahun (45,5%). Berdasarkan tipe MH, didapatkan tipe multibasiler (MB) sebesar 92,7%. Berdasarkan reaksi MH, didapatkan 14,5% pasien dengan reaksi erythema nodosum leprosum (ENL), tidak didapatkan pasien reaksi reversal. Mayoritas penderita MH di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Bali Mandara periode Januari 2018-Desember 2020 adalah laki-laki, kelompok usia 25-44 tahun, tipe multibasiler dengan reaksi erythema nodosum leprosum (ENL).
Efek Samping Steroid Sistemik pada Terapi Pemgus Vulgaris Aviana, Felicia; Birawan, I Made
Cermin Dunia Kedokteran Vol 48, No 9 (2021): Nyeri Neuropatik
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.257 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v48i9.1488

Abstract

Pemfigus vulgaris (PV) adalah penyakit autoimun vesikobulosa pada kulit dan membran mukosa yang secara histologi ditandai bula intraepidermal yang disebabkan oleh akantolisis. Steroid sistemik merupakan terapi utama PV. Artikel ini membahas efek samping terapi steroid parenteral pada pemfigus vulgaris.Pemphigus Vulgaris (PV) is an autoimmune blistering disease of skin and mucous membranes, histologically defined by intraepidermal blister due to acantholysis. Systemic steroid is the first-line treatment in PV. This article briefly discussedthe adverse effect of parenteral steroid in the treatment of pemphigus vulgaris.
Profil Penderita Vitiligo Di Poliklinik Kulit Dan Kelamin Rsud Bali Mandara Tahun 2023-2024 Pratiwi Purwa, Putu Ayu Ngurah; Birawan, I Made
Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia Vol. 5 No. 1 (2025): Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/cerdika.v5i1.2447

Abstract

Vitiligo merupakan penyakit kulit depigmentasi yang umum terjadi, dengan prevalensi global sekitar 0,5-2% dari populasi. Penyakit ini berdampak signifikan pada kualitas hidup penderitanya, baik secara fisik maupun psikososial. Di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Bali Mandara, peningkatan jumlah pasien vitiligo selama periode 2023-2024 menunjukkan perlunya kajian lebih mendalam mengenai profil penderita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik demografis, tipe lesi, lokasi lesi, serta pola penyebaran vitiligo pada pasien di fasilitas kesehatan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif dengan pendekatan kuantitatif. Data diperoleh dari rekam medis pasien vitiligo yang berkunjung ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Bali Mandara pada periode Januari 2023 hingga Oktober 2024. Analisis dilakukan terhadap variabel seperti usia, jenis kelamin, tipe lesi, lokasi lesi, dan jumlah lesi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 222 pasien vitiligo, sebagian besar adalah perempuan (60,36%) dengan kelompok usia 21-30 tahun sebagai yang paling dominan (33,78%). Tipe lesi yang paling umum adalah acrofacial (71,62%), dengan lokasi lesi utama pada wajah (63,51%). Mayoritas pasien memiliki lesi multiple (84,69%). Jumlah pasien meningkat dari 100 kasus pada tahun 2023 menjadi 122 kasus pada Januari hingga Oktober 2024. Penelitian ini memberikan implikasi penting bagi pengelolaan vitiligo, termasuk peningkatan layanan diagnostik, pengembangan terapi yang lebih efektif, serta program edukasi masyarakat untuk mengurangi stigma sosial terhadap penderita. Temuan ini diharapkan menjadi dasar bagi penelitian lanjutan dan pengambilan kebijakan dalam bidang dermatologi.