Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Clinical Manifestations of Ocular Tuberculosis -, Elvira
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 1 (2018): Dermatologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (998.426 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v45i1.150

Abstract

Tuberkulosis  (TB)  adalah  infeksi  kronik  oleh Mycobacterium  tuberculosis.  Bakteri  ini  dapat  menginfeksi  mata  dengan  cara  invasi  langsung setelah penyebaran hematogen yang sejalan dengan inflamasi lokal atau melalui reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Manifestasi klinis TB okular dapat menyerupai berbagai bentuk uveitis, tergantung lokasi, respons inang, dan tingkat virulensi bakteri. Diagnosis definitif membutuhkan konfirmasi Mycobacterium  tuberculosis dari jaringan atau cairan okular. Tes kulit tuberkulin dan interferron-gamma  release  assays  (IGRA) dapat  digunakan untuk diagnosis pasien tanpa manifestasi sistemik. Diagnosis dan terapi yang terlambat dapat mengakibatkan kebutaan. Artikel ini akan membahas tentang diagnosis dan terapi TB okular.
Retinopati Diabetes -, Elvira; Suryawijaya, Ernes Erlyana
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46, No 3 (2019): Nutrisi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (999.923 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v46i3.514

Abstract

Retinopati diabetes (RD) merupakan kelainan retina pada pasien diabetes melitus dan menjadi penyebab utama kebutaan pada usia produktifdi negara Barat. Kejadian RD pada populasi diabetes meningkat seiring durasi penyakit. Selain pengendalian gula darah, tindakan invasif berupafotokoagulasi laser, injeksi anti-VEGF, atau tindakan bedah, mungkin diperlukan sesuai derajat keparahan RD. Skrining pada pasien DM diperlukan agar mendapat penanganan yang cepat dan tepat. Artikel ini membahas patofisiologi dan tatalaksana retinopati diabetes.Diabetic retinopathy (DR) is a retinal disorder in patients with diabetes mellitus and one of the leading causes blindness in Western world,particularly among working-age individuals. The incidence of DR was increased along with the duration of disease. Along with blood sugarcontrol, invasive procedures such as laser photocoagulation, anti-VEGF injection, or surgery may be needed. Eye screening in diabetic patientis needed to provide prompt treatment. The pathophysiology and treatment of diabetic retinopathy will be discussed. 
Neovaskularisasi Koroid Miopia -, Elvira; Wijaya, Victor Nugroho
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 10 (2016): Anti-aging
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.322 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v43i10.874

Abstract

Neovaskularisasi Koroid (NVK) merupakan salah satu komplikasi miopia dan miopia maligna yang mengancam penglihatan. Risiko NVK meningkat seiring dengan peningkatan angka kejadian miopia. Sampai saat ini belum ada definisi standar NVK pada miopia atau miopia maligna. Pasien NVKm dapat mengeluh gangguan visus, metamorfopsia dan skotoma. Fluorescein angiography dan optical tomography dapat digunakan untuk diagnosis NVKm. Tatalaksana NVKm terus berkembang, anti-VEGF memperbaiki, mengendalikan penyakit dan diharapkan dapat memperbaiki tajam penglihatan.Choroid neovascularization (CNV) is a vision-threatening complication of myopia and malignant myopia. CNV risk is increased along with the increased myopia prevalence. There is no standard definition of CNV in myopia or in malignant myopia. Patient with mCNV may complaint visual disturbances, metamorphopsia, and scotoma. Fluorescein angiography and optical tomography examination may aid mCNV diagnosis. Anti-VEGF may control the disease and expected to correct visual acuity.
Acne: Pathophysiology and Management -, Elvira
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46, No 1 (2019): CME - Continuing Medical Education
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.897 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v46i1.531

Abstract

Acne is a common multifactorial inflammatory condition of the pilosebaceous follicle. Topical therapy is the first-line therapy with adjunct systemic therapy if results are unsatisfactory. Oral antibiotic, oral contraception pill or isotretinoin are indicated for inflammatory acne. Since the use topical and systemic treatments might be limited in some patients, several laser and other light sources have been developed to treat acne by decreasing the level of P. acnes or decreasing the function of the sebaceous unit. This article reviews the management strategy of acne.Acne merupakan kondisi inflamasi multifaktorial dari folikel polisebaseus. Kalsifikasi acne berdasarkan derajat keparahan ringan, sedang dan berat. Terapi topikal menjadi pilihan utama dengan tambahan terapi sistemik bila hasil belum maksimal. Terapi topikal satu jenis obat dan kombinasi seperti benzoyl peroxide, antibiotik dan retinoid telah dijual bebas. Antibiotik oral, pil kontrasespi atau isotretinoin diindikasikan unutk acne yang disertai inflamasi. Karena beberapa pasien tidak toleran dengan terapi topikal dan sistemik, terapi cahaya dan laser dikembangkan untuk menurunkan jumlah P. acnes dan menurunkan fungsi kelenjar sebaseus. Artikel ini membahas strategi penanganan acne. 
Penyakit Mata Kering -, Elvira; Wijaya, Victor Nugroho
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 3 (2018): Muskuloskeletal
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.095 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v45i3.189

Abstract

Penyakit mata kering (PMK) adalah penyakit multifaktorial air mata dan permukaan mata dengan gejala tidak nyaman, gangguan penglihatan dan ketidakstabilan tear film yang berpotensi merusak permukaan mata. Sekitar 5%-34% penduduk di dunia menderita mata kering, angka kejadiannya meningkat seiring usia. Penyakit mata kering diklasifikasikan berdasarkan etiopatologinya, yaitu mata kering defisiensi aqueous (MKDA) dan mata kering evaporasi (MKE). Gejala mata kering dapat mempengaruhi aktivitas dan menurunkan kualitas hidup, meningkatkan gejala depresi, dan gangguan mood. Terapi terbatas mengurangi gejala.
Sindrom Nistagmus Infantil -, Elvira; Wibawa, Made Dwi Surya; Surasmiati, Ni Made Ayu
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 10 (2020): Optalmologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.608 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v47i10.1082

Abstract

Nistagmus berasal dari bahasa Yunani, nystagmos yang berarti mengangguk dan kata nystazein yang berarti mengantuk. Nistagmus merupakan gerakan involunter dan osilasi ritmik mata yang dapat fisiologis ataupun patologis. Angka kejadian nistagmus diperkirakan 24 per 10.000 populasiumum. Nistagmus infantil motorik atau sindrom nistagmus infantil (SNI) merupakan tipe nistagmus infantil yang paling sering.Onset dan manifestasi klinis dapat membantu diagnosis; pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan pada usia diatas 6 bulan. Beberapa terapi di antaranya terapi optikal, terapi obat, terapi pembedahan untuk meningkatkan tajam penglihatan dan terapi pembedahan untuk merelokasi Null Zone ke posisi primer.Nystagmus, adopted from Greek nystagmos, means nodding and nystazein means sleepy. Nystagmus is involuntary movement and oscilation of the eye;may be physiologic or pathologic. Th incidence is about 24 in 10.000 population. Motor infantile nystagmus or infantile nystagmus syndrome is the most common type of infantile nystagmus. Diagnosis is based on onset and clinical manifestations; additional examination is for baby older than 6 months. Therapy is to improve visual acuity and surgery to relocate Null Zone to primary position.