Tengguna, Leonirma
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Depresi dan Penyakit Jantung Tengguna, Leonirma; -, Andri
Cermin Dunia Kedokteran Vol 42, No 2 (2015): Bedah
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.101 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v42i2.1041

Abstract

Penyakit kardiovaskuler dan depresi adalah dua masalah kesehatan umum pada jutaan orang di seluruh dunia. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa depresi adalah faktor risiko penyakit jantung yang signifikan pada kasus baru dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. Berbagai penelitian telah mempelajari mekanisme hubungan depresi dengan penyakit jantung, termasuk ketidakseimbangan aksis hipotalamus-pituitari-adrenal, gangguan irama jantung, inflamasi, hiperkoagulabilitas, dan efek perilaku. Morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler masih sering dikaitkan dengan pengobatan depresi. Memahami dampak dan mekanisme hubungan depresi dan penyakit jantung akan membantu pengembangan terapi yang bertujuan mengurangi prognosis buruk yang disebabkan kedua penyakit komorbid ini.Cardiovascular disease and depression are two of the most common health problem that affect millions of people worldwide. Studies have shown that depression is a significant risk factor for newly diagnosed heart disease and increases morbidity and mortality in established heart disease. Hypotheses and mechanisms that linked depression and heart disease include hypothalamic-pituitaryadrenal axis imbalance, heart rhythm disorder, inflammation, hypercoagulability, and psychosocial factors. Treatment of depression is still associated with morbidity and mortality of cardiovascular disease. Understanding the impact and mechanisms behind the association of depression and heart disease may allow development of treatments aimed at reducing bad outcomes caused by these comorbid illnesses.
Perdarahan Saluran Cerna pada Anak Tengguna, Leonirma
Cermin Dunia Kedokteran Vol 44, No 10 (2017): Pediatrik
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.895 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v44i10.714

Abstract

Perdarahan saluran cerna pada bayi dan anak perlu mendapatkan perhatian khusus karena keluhan bervariasi mulai dari ringan hingga mengancam nyawa. Gejala umum adalah hematemesis, melena, dan hematokezia. Diagnosis banding dikelompokkan berdasarkan usia pasien, lokasi dan karakteristik perdarahan, serta gejala penyerta. Pendekatan diagnostik yang teliti diperlukan untuk mengidentifikasi sumber perdarahan serta menghasilkan penatalaksanaan yang tepat.Gastrointestinal bleeding in infants and children is an alarming because the symptoms vary from mild to life-threatening. The most common signs are hematemesis, melena, and hematochezia. Differential diagnosis is based on the age of the patient, the localization and characteristics of bleeding with accompanying symptoms. Detailed diagnosis is necessary to identify the etiology of the bleeding and its treatment.
Diabetes Monogenik pada Anak Tengguna, Leonirma
Cermin Dunia Kedokteran Vol 44, No 1 (2017): Nutrisi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.516 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v44i1.805

Abstract

Sebagian besar diabetes monogenik pada awalnya salah terdiagnosis sebagai diabetes melitus (DM) tipe 1 atau tipe 2. Hal ini akan menyebabkan kurang sesuainya penatalaksanaan dan edukasi. Prevalensi anak dengan diabetes monogenik adalah 1 – 4% dari seluruh kasus diabetes pediatri. Konfirmasi diagnosis dengan uji genetik molekuler. Penegakan diagnosis diabetes monogenik tidak hanya meningkatkan kualitas hidup pasien, tetapi juga dapat mengoreksi diagnosis dan terapi anggota keluarga lain yang juga menderita diabetes serta memungkinkan konseling genetik.The majority of monogenic diabetes are initially misdiagnosed as type 1 or type 2 diabetes mellitus (DM) that will lead to inappropriate treatment and education. The prevalence of monogenic diabetes are 1 – 4% of pediatric diabetes cases. Diagnosis is confirmed by molecular genetic test. Diagnosis of monogenic diabetes will not only improve the patient's quality of life, but also often correcting the diagnosis and treatment for other diabetic family members as well as allowing appropriate genetic counseling. 
Sindrom Balint Karmila, Hanna; Tengguna, Leonirma
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 11 (2018): Neurologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.469 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v45i11.563

Abstract

Sindrom Balint disebabkan lesi bilateral pada perbatasan lobus parieto-oksipital dengan trias gejala utama simultanagnosia, ataksia optik, dan apraksia okular. Berbagai faktor penyebab adalah stroke, trauma kepala, tumor otak. Sindrom Balint terkadang salah didiagnosis sebagai kelainan visus; diperlukan pendekatan teliti agar penatalaksanaan tepat.Balint syndrome is a disorder of simultanagnosia, optic ataxia, and ocular apraxia that typically results from bilateral parieto-occipital lesions. Many causal factors are stroke, traumatic brain injury, tumor, etc. Balint syndrome sometimes is misdiagnosed as disorder of visual acuity; detailed approach is necessary to identify the etiology and provide the best treatment.