Akari Edy
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jl. Prof. Soemantri Brodjonegoro, No.1, Bandar Lampung 35145

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI MENTIMUN (Cucumis sativus L.) Erfian Aulia Rasyid; Kus Hendarto; Yohannes C Ginting; Akari Edy
Jurnal Agrotek Tropika Vol 8, No 1 (2020): Jurnal Agrotek Tropika Vol 8, Januari 2020
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1354.712 KB) | DOI: 10.23960/jat.v8i1.3687

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahuipengaruh pemberian pupuk kandang ayam dan kompos jerami serta aplikasi pupuk hayati Bio Max Grow (BMG) pada pertumbuhan dan dan produksi tanaman mentimun. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran pada Oktober 2018 – Januari 2019.Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial (4x2) dengan tiga kelompok dan terdapat 8 kombinasi perlakuan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam 15 ton/ha mampu meningkatkan pertumbuhan produksi yang ditunjukkan oleh jumlah daun, jumlah cabang, panjang buah, dan diameter buah.Pemberian pupuk hayati BMG memberikan hasil terbaik dengan dosis 20 ml/L dibandingkan tanpa pemberian pada jumlah daun dan cabang tanaman.Produksi timun tertinggi diperoleh pada dosis pupuk kandang ayam 0–15 ton/ha jika disertai aplikasi pupuk hayati 20ml/l daripada tanpa pupuk hayati.
PENGARUH PERLAKUAN PRA-KULTUR TERHADAP EFISIENSI REGENERASI IN VITRO LIMA VARIETAS KEDELAI Yesi Safitri; Akari Edy; Setyo Dwi Utomo
Agrin Vol 17, No 1 (2013): Agrin
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.agrin.2013.17.1.199

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perlakuan pra-kultur (imbibisi atau pengecambahan)terhadap efisiensi regenerasi in vitro lima varietas kedelai. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium KulturJaringan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, dari bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012.Percobaan ini disusun dalam rancangan acak kelompok yang terdiri atas 6 ulangan. Perlakuan disusun secarafaktorial (5x2); faktor pertama adalah varietas kedelai sebagai sumber eksplan (Anjasmoro, Willis, Kaba,Sinabung, dan Seulawah); dan faktor kedua adalah perlakuan pra-kultur (imbibisi dan pengecambahan). Setiapsatu satuan percobaan terdiri atas lima eksplan yang dikulturkan dalam satu botol. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa rata-rata jumlah tunas adventif per eksplan (RJTA) nyata dipengaruhi oleh perlakuan prakultur;tetapi tidak nyata dipengaruhi oleh varietas dan interaksi antara varietas dan perlakuan pra-kultur. RJTAperlakuan imbibisi yaitu 15,4 tunas per eksplan nyata lebih tinggi daripada perlakuan pengecambahan yaitu 12,9tunas per eksplan. Presentase eksplan yang menghasilkan tunas adventif (PEMTA) pada 30 hari setelah tanamperlakuan imbibisi dan pengecambahan tidak berbeda nyata jika digunakan eksplan varietas Wilis, Sinabung,dan Seulawah. Jika menggunakan eksplan varietas Anjasmoro, PEMTA perlakuan imbibisi nyata lebih tinggidaripada pengecambahan; sebaliknya pada varietas Kaba, perlakuan pengecambahan nyata lebih tinggi daripadaimbibisi. Pada perlakuan imbibisi, PEMTA varietas Anjasmoro (87%) nyata lebih tinggi daripada Kaba (67%);sebaliknya pada perlakuan pengecambahan, PEMTA Anjasmoro (67%) nyata lebih rendah daripada Kaba(87%). Disimpulkan bahwa prosedur regenerasi menggunakan pra-kultur imbibisi atau germinasi termasukefisien.Kata kunci: buku kotiledon, kedelai, imbibisi, pengecambahan, organogenesisABSTRACTThe objective of this study was to evaluate effect of pre-culture treatment on the efficiency of in vitroregeneration of five soybean cultivars. The study was conducted in tissue culture laboratory, College ofAgriculture,University of Lampung from November 2011 – March 2012. The experiment was arranged incompletely-randomized block design with six replications. Treatments consisted of two factors; the first wassoybean cultivars as the source of explants (Anjasmoro, Willis, Kaba, Sinabung, dan Seulawah; the second waspre-culture treatment (imbibitions for 20 hours and germination for 6 days). The results showed that the meansof adventive shoots per explants (MASPE)) was significanty affected by pre-culture treatment; but not affectedby the cultivars and the interaction of the two factors. MASPE of imbibitions treatment (15,4 shoots perexplants) was significantly higher than than that of germination (12,9 shoot per explants). The percentage ifexplants producing adventive shoots (PEPAS) observed on 30 days after planting was notsignificantly differentfor the explants of cultivar Wilis, Sinabung, and Seulawah. If using Anjasmoro as the source of explants, PEPASof imbibitions treatment was significanty higher than that of germination; on the other hand, if using Kaba thegermination treatment was significantly higher than that of imbibiton. At imbibiton treatment, PEPASAnjasmoro (87%) was significantly higher than that of Kaba (67%); on the other hand, at germinationtreatment, PEPAS Anjasmoro (67%) was significantly lower than that of Kaba (87%). It was concluded that thisprocedure of in vitro regeneraton using imbibiton or germination was efficient.Key words: cotyledonary node, soybean, imbibition, germination organogenesis