Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pendekatan Rasional dalam Dakwah Masyarakat Modern Konteks Indonesia Suwari; Dedy Pradesa
INTELEKSIA: Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 1 No 1 (2019)
Publisher : STID Al-Hadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (759.19 KB) | DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v1i1.10

Abstract

Studi ini dilatarbelakangi fenomena dakwah tidak rasional yang terjadi dimasyarakat Indonesia kontemporer, terutama dalam penyajian pesan dakwah danmetode dakwahnya. Padahal Islam mengajarkan rasional, sehingga dakwah perludidekati secara rasional. Terlebih saat ini sebagian besarnya adalah masyarakatmodern era globalisasi. Studi ini memfokuskan pada penyajian pesan dan metodedakwah dengan pendekatan rasional dalam dakwah mayarakat modern konteksIndonesia. Metodologi yang digunakan pustaka kualitatif. Hasil studi menunjukkankarakteristik masyarakat modern Indonesia sejalan dengan ciri manusia modern,namun beragam. Modernisme yang dilaksanakan ternyata membawa dampakpositif dan negatif, sehingga menjadi problematika sosial. Berpijak pada asumsitersebut maka pesan dakwah pada masyarakat modern haruslah disajikan secararasional, dengan pertanggungjawaban, dan berpijak pula pada ilmu pengetahuanterkait. Pesan dakwah perlu disajikan secara sistematis dan terkurikulum. Prioritasisi pesannya adalah pada persoalan ketauhidan, nilai berpikir dan ilmupengetahuan, kebangsaan, serta menjawab berbagai persoalan kehidupan yangsenantiasa berkembang, bukan hanya membahas fikih, ibadah, dan yangberorientasi masa lalu. Adapun metode dakwahnya dapat menggunakan berbagaialternatif metode, yang terpenting adalah membuka ruang dialog, sertamenghindari doktrin dan pemaksaan. Implementasi metode dakwah harusmemperhatikan etika dakwah, diantaranya tidak dengan segala cara, penghujatan,dan kekerasan, melainkan menampilkan dakwah yang santun dan sejuk, dengantetap mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.
Dakwah Pasca Pandemi dengan Karakter Entrepreneurship Ahmad Hidayat; Dedy Pradesa
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 4 No 1 (2022)
Publisher : STID Al-Hadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v3i2.235

Abstract

Pandemi Covid-19 yang berdampak pada sektor dakwah menuntut subjek dan lembaga dakwah untuk bisa beradaptasi dan bangkit pasca pandemi, yang sebelumnya mengalami penurunan bahkan kemandegan. Untuk bisa bangkit dan memulai lagi usaha dakwah dibutuhkan mentalitas yang kuat yang ada pada nilai-nilai karakter entrepreneurship. Oleh karenanya studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan karakter entrepreneurship bagi subjek dan lembaga dakwah dalam menghadapi situasi pandemi dan pascanya, serta bagaimana menginternalisasikannya pada subjek dakwah. Metodologi studi adalah kualitatif, data dikumpulkan berdasarkan sumber kepustakaan serta observasi dakwah di masa pandemi. Hasil studi menjelaskan bahwa karakter entrepreneurship memiliki peran siginfikan bagi kebangkitan dakwah pasca pandemi. Dengan mindset yang visioner, berorientasi untuk maju, dan berpikir kreatif dan inovatif menjadi syarat agar subjek dan lembaga dakwah bisa bertahan dan tumbuh. Mindset tersebut akan melahirkan sikap kerja keras, kegigihan, pantang menyerah, berani memulai lagi usaha dari awal sebagai modal kesuksesan dakwah. Internalisasi nilai-nilai karakter entrepreneurship berpijak dari persoalan yang banyak dihadapi subjek dakwah yaitu terkait masalah ­mindset. Melalui tiga tahap internalisasi yaitu transformasi, transaksi, dan transinternalisasi nilai-nilai entrepreneurship akan bisa merubah mindset subjek dakwah sehingga menerima dan menyadari pentingnya, yang pada akhirnya akan mewujud pada sikapnya.
Komodifikasi dan Efek Eksternalitas Program Dakwahtainment Islam Itu Indah Dedy Pradesa; Yunda Presti Ardilla
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 2 No 1 (2020)
Publisher : STID Al-Hadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.982 KB) | DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v2i1.85

Abstract

Tulisan ini mengeksplorasi gejala komodifikasi dan efek eksternalitas dalam tayangan program dakwahtainment Islam Itu Indah Trans TV. Program tersebut memiliki rating tinggi dan mampu bertahan hingga tahun kesepuluh. Tayangan dakwahtainment di televisi komersil tentu tidak terlepas dari proses komodifikasi dan efek eksternalitas. Pijakan teori yang digunakan adalah teori komodifikasi menurut Vincent Mosco yang dilengkapi Idi Subandy Ibrahim dan Bachruddin Ali Akhmad, serta teori efek eksternalitas siaran televisi menurut Edward S. Herman. Metodologi studi adalah kualitatif dengan pendekatan analisis semiotik. Data dikumpulkan melalui dokumentasi dan observasi tayangan di televisi, media sosial YouTube, dan Instagram, dengan sampel 91 episode tayangan (Desember 2019- Februari 2020). Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi signifikasi struktur tanda dalam tayangan dakwahtainment meliputi (a) konten komunikasi seperti judul materi dakwah, klasifikasi pesan dakwah, tagline acara; (b) khalayak, terdiri dari jemaah di studio dan di rumah, serta tingkat rating, dan share program; (c) tenaga kerja, terkait pilihan dai sebagai narasumber, host, dan bintang tamu; (d) nilai-nilai agama yang diwakili substansi isi pesan dakwahnya. Hasil studi menunjukkan bahwa gejala komodifikasi terjadi dalam empat kategori yaitu komodifikasi konten komunikasi, khalayak, pengisi acara (tenaga kerja), dan nilai-nilai keagamaan. Efek eksternalitas yang dihasilkan ada yang bermuatan positif, namun lebih banyak muatan negatifnya.
Landasan Dakwah Multikultural: Studi Kasus Fatwa MUI tentang Pengharaman Pluralisme Agama Kristianto, Aris; Dedy Pradesa
INTELEKSIA: Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 2 No 1 (2020)
Publisher : STID Al-Hadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.964 KB) | DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v2i1.96

Abstract

Studi ini berangkat dari gagasan dakwah multikultural yang relevan dengan konteks Indonesia. Sebagai sebuah pendekatan dakwah berbasis multikultural perlu memiliki landasan yang tepat dalam pelaksanaannya, karena konsep multikultural bersinggungan dengan konsep pluralisme teologis yang ternyata maknanya tidak tunggal. Sisi lain MUI sebagai Lembaga yang mengeluarkan fatwa Nomor 7 Tahun 2005 tentang keharaman pluralisme. Di sinilah perlunya pengkajian fatwa MUI tentang pengharaman pluralisme teologis sebagai landasan dakwah multikultural. Studi ini berfokus pada menelaah fatwa MUI tentang pengharaman pluralisme agama dan keabsahan makna khusus pluralisme agama, serta implikasi fatwa tersebut bagi pelaksanaan dakwah multikultural. Metodologi studi secara kualitatif deskriptif dengan pendekatan kepustakaan. Analisis berpijak pada konsep pluralisme, karakteristik dakwah multikultural, serta kelembagaan MUI dan fatwanya. Hasil studi menunjukkan bahwa pemaknaan pluralisme yang digagas MUI absah sebab berangkat dari pengertian awal pemahaman masyarakat, sehingga fatwa tersebut dapat diterima kebenarannya. Implikasi fatwa tersebut terletak pada tiga hal, yaitu perlunya pengembangan materi antipluralisme dan promultikultural, pengembangan strategi dakwah berbasis kultural dan mengedepankan kerukunan, penyikapan perbedaan dengan dialog dan toleransi aktif untuk hidup Bersama.
Pengambilan Keputusan Khalifah Umar Bin Khattab dalam Pemberian Tunjangan Wajib Dedy Pradesa
Tanzhim: Jurnal Dakwah Terprogram Vol 2 No 1 (2024)
Publisher : STID Al Hadid Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55372/tanzhim.v2i1.21

Abstract

THE DECISION MAKING OF UMAR BIN KHATTAB CALIPH IN PROVIDING MANDATORY GRANTS. This study examines Caliph Umar bin Khattab's decision making in providing mandatory grants and establishing diwan institutions. During Umar's caliphate, he faced many new situations as a result of the expansion of Islamic territory, which gave rise to problems and required the caliph to make decisions. One of them is related to the amount of wealth that goes to the Caliphate. The focus of this study's problem is how Caliph Umar's decision-making process in this case was approached within the framework of a decision-making system. Decision making systems refer to input, process, and output. This study used qualitative methodology with related historical literature data sources. The results of the study showed that in making decisions, Umar based the problem input data and the context of the war situation. Decision making process starts from problem diagnosis, determining criteria and targets as a basis, developing alternatives, selecting, evaluating and determining the best alternative. In the process, Umar involved other members of the organization for deliberation and proposed solutions. As an output, Umar established wealth management in a new way, namely in the form of mandatory grants for Islamic troops and their families, as well as those who had fought previously. The list of recipients of grants with different amounts is based on their contribution and relationship with the Prophet. The list is managed in an institution called diwan.