Gangguan muskuloskeletal akibat kerja merupakan salah satu gangguan kesehatan yang sering dialami pekerja lebih dari 50 % komunitas kerja yang dapat menyebabkan keterbatasan dalam beraktivitas. Gangguan ini juga dapat dialami oleh pegawai rumah sakit akibat faktor individu dan pekerjaan. Tujuan studi ini adalah untuk menentukan hubungan antara faktor risiko individu dan pekerjaan terhadap keluhan gangguan muskuloskeletal akibat kerja. Jenis penelitian ini merupakan cross sectional pada pekerja dengan jumlah sampel minimal 59 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, formulir body discomfort map dan brief survey dalam menilai risiko ergonomi. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan keluhan gangguan muskuloskeletal akibat kerja adalah jenis kelamin OR 3,36 IK 95% (1,16-9,69), risiko ergonomi tinggi OR 6,00 IK 95% (2,05-17,59) dan risiko ergonomi sedang OR 8,9 IK 95% (2,39-33,47). Variabel jenis kelamin, risiko ergonomi, usia, merokok dan kebiasaan olahraga sekitar 30 % dari proporsi keluhan gangguan muskuloskeletal dengan faktor prediktif yang signifikan adalah usia (p value = 0,034) dan risiko ergonomi (p value = 0,015) dalam analisis multivariat. Prevalensi gangguan muskuloskeletal pada pegawai rumah sakit terjadi sekitar 70 %. Tingginya angka kejadian ini perlu untuk dilakukan evaluasi pengendalian risiko ergonomi pada tempat kerja. Beberapa langkah pengendalian risiko ergonomi sesuai dengan hirarki pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan bantuan alat yang diperlukan dalam angkat angkut, pemeriksaan muskuloskeletal secara berkala, edukasi postur kerja ergonomi, dan peregangan di tempat kerja.