Utami, Bunga Nuur Primayu
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Evaluasi Sistem Informasi Kesehatan Lingkungan Menggunakan Model CIPP Nuryanto, Nuryanto; Lukmitarani, Ratih; Utami, Bunga Nuur Primayu
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 23, No 3 (2024): Oktober 2024
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.23.3.362-373

Abstract

Latar belakang: Capaian sistem informasi kesehatan lingkungan di Kabupaten A meliputi kelengkapan dan ketepatan laporan masih rendah. Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya kualitas data dan informasi yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem informasi kesehatan lingkungan di Kabupaten Adengan menggunakan model CIPP.Metode: Jenis penelitian kualitatif dengan applied qualitative research methods. Evaluasi menggunakan model CIPP (Context, Input, Process dan Product). Teknik sampling yang digunakan purposive sampling. Informan sebanyak 16 orang antara lain Sanitarian (10 orang), Kepala Puskesmas (4 orang), Koordinator Kesehatan Lingkungan di Dinkes Kabupaten A (1 orang) dan Koordinator Sumber Daya Manusia Kesehatan di Dinkes Kaupaten A (1 orang). Teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi dan in-depth interview. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis melalui tahapan: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Fokus analisis CIPP meliputi: Contect (latar belakang, tujuan dan analisis SWOT); Input (pemenuhan sumberdaya);  Process (pelaksanaan sistem informasi); serta Product (Capaian sistem informasi).Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan sistem informasi kesehatan lingkungan di Kabupaten A antara lain: keterbatasan sanitarian, rangkap jabatan, aplikasi mengalami error/maintenance, keterbatasan alat pengolahan data, aplikasi belum terintegrasi dan belum memfasilitasi keseluruhan layanan kesehatan lingkungan serta lemahnya monitoring. Kelengkapan dan ketepatan waktu pelaporan masing-masing sebesar 47,5% dan 57,5%.Simpulan: Sistem informasi kesehatan lingkungan di Kabupaten A ditemukan permasalahan yang berdampak pada rendahnya kualitas data dan informasi. Perlu pemenuhan kebutuhan sumbardaya, membangun aplikasi berbasis web secara terintegrasi serta memperkuat monitoring dengan melakukan validasi data/informasi dari puskesmas. ABSTRACTTitle: Evaluation Of Environmental Health Information System  Using The CIPP ModelBackground: The achievements of the environmental health information system in District A, including the completeness and accuacy of reports, are still low. This condition has an impact on the low quality of the data and information produced. This study aims to evaluate the environmental health information system in District A using the CIPP model Methods: A type of qualitative research with applied qualitative research methods. Evaluation uses the CIPP (Context, Input, Pocess and Product) model. The sampling technique used is purposive sampling. There were 16 informants, including Sanitarians (10 people), Head of Primary Health Centers (4 people), Environmental Health Coordinator at the District Health Office of A (1 person) and Health Human Resources Coordinator at the District Health Office of A (1 person). Data collection techniques through documentation studies and in-depth interviews. The data that has been collected is then analyzed through stages: data reduction, data presentation and conclusion drawn. The focus of the CIPP analysis includes: Contect (background, objectives and SWOT analysis); Input (fulfillment of resources); Process (implementation of information systems); and Product (Information system achievements).Results: The results of the study showed that there were problems in the environmental health information system in District A ncluding: limited sanitation, dual positions, application experiencing errors/maintenance, limitations of data processing tools, applications that have not been integrated and have not facilitated all environmental health services and weak monitoring. The completeness and timeliness of reporting were 47.5% and 57.5%, respectively.Conclusion: The environmental health information system in District A has several problems that have an impact on the low quality of data and information.. It is necessary to meet the needs of community resources, build an integrated web-based application and strengthen monitoring by validating data/information from Prmary Health Centers. 
Perbedaan Bilangan Peroksida Minyak Goreng pada Penjual Gorengan di Tepi Jalan Raya Baturaden Tahun 2024 Amaliyah, Nurul; Lukmitarani, Ratih; Utami, Bunga Nuur Primayu
Buletin Keslingmas Vol 44, No 3 (2025): BULETIN KESLINGMAS VOL. 44 NO. 3 TAHUN 2025
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v44i3.13117

Abstract

Kabupaten Banyumas terkenal dengan olahan tempe yang menjadi ciri khas seperti mendoan dan menjadi makanan khas sehari-hari bagi masyarakat. Maraknya pedagang gorengan di sepanjang Jalan Raya Baturadden dapat meningkatkan jumlah masyarakat yang beresiko mengalami gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi makanan yang digoreng dengan minyak yang sudah mengalami ketengikan seperti stroke, jantung, darah tinggi. Tujuan penelitian menganalisis perbedaan bilangan peroksida minyak goreng pada Penjual Gorengan di Tepi Jalan Raya Baturraden Tahun 2024. Jenis penelitian kuantitatif dengan metode analitik dengan rancangan crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penjual gorengan di tepi Jalan Raya Baturraden dengan objek penelitian minyak goreng. Sampel ditentukan menggunakan rumus fredererr yaitu (t-1) (r-1) ≥ 15 dimana t = 2 perlakuan (kadar bilangan peroksida sebelum dan sesudah digunakan untuk menggoreng) dan r adalah pengulangan sehingga dari rumus tersebut diperoleh r =16 dan n = 32 dengan satu sampel dibutuhkan minyak goreng sebanyak 100 ml sehingga total minyak goreng yang dibutuhkan 32 x 100 ml = 3200 ml. menggunakan uji statistic Paired T-Test karena data terdistribusi normal. Hasil penelitian karakteristik responden usia antara 35-55 tahun (67%), responden laki-laki (56%) dan responden memiliki tingkat pendidikan menengah atas (56%), bilangan peroksida pada minyak goreng yang belum digunakan tidak memenuhi syarat (10 mek O2/kg) sebanyak 56%, semua bilangan peroksida pada minyak goreng setelah digunakan sebanyak 3 kali tidak memenuhi syarat (100%). Kesimpulan terdapat perbedaan bilangan peroksida sebelum dan sesudah digunakan 3 kali pemakaian dengan p value=0,000 dan korelasi 0,895. Saran sebaiknya tidak menggunakan minyak untuk menggoreng lebih dari 3 kali pemakaian.