Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PENYULUHAN STOP BABS UNTUK MENDUKUNG VERIFIKASI KABUPATEN BANYUMAS OPEN DEFECATION FREE (ODF) Teguh Widiyanto; Lagiono Lagiono; Nuryanto Nuryanto; Nur Utomo; Bahri Bahri
Jurnal LINK Vol 18, No 1 (2022): MEI 2022
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.594 KB) | DOI: 10.31983/link.v18i1.8557

Abstract

Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) masih banyak ditemukan di Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah kepemilikan jamban dan pengetahuan yang masih rendah. Tujuan penyuluhan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Desa Rempoh untuk stop BABS dalam mendukung verifikasi Kabupaten Banyumas Open Defecation Free (ODF). Penyuluhan dilaksanakan secara langsung (tatap muka), dan tidak langsung (pemasangan media promosi kesehatan). Penyuluhan langsung dilaksanakan melalui kunjungan rumah dan penyuluhan keliling (mobile). Penyuluhan tidak langsung dilaksanakan melalui pemasangan poster tema “Stop BABS” di tempat yang digunakan masyarakat untuk BABS (seperti sungai, kolam dan parit). Penyuluhan stop BABS melibatkan Dinkes Banyumas, Poltekkes Kemenkes Semarang, TNI/Polri/Satpol PP, Puskesmas Baturraden II, Kecamatan Baturraden, Pemerintah Desa, Bidan dan Kader. Hasil verifikasi Dinkes Provinsi Jawa Tengah diketahui dari 30 Kepala Keluarga yang diobservasi di Desa Rempoah, tidak ditemukan BABS (0%). Jamban yang digunakan sebesar 25 KK (83,3%) jamban sehat dan 5 KK (6,7%) jamban sharing. Rekomendasi bagi Puskesmas Baturraden II adalah melakukan monitoring berkelanjutan untuk melihat perubahan perilaku masyarakat stop BABS dan mengusulkan Desa Rempoah ODF.
ANALISIS PENURUNAN KADAR Fe (besi) AIR SUMUR GALI DENGAN PROSES AERASI, FILTRASI DAN KOMBINASINYA NURYANTO NURYANTO
Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan Vol 6 No 2 (2012): AKUATIK : Jurnal Sumberdaya Perairan
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Agriculture, Fisheries, and Biology, University of Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.739 KB)

Abstract

Nudge well is one of pure water supplying tools that is used by Indonesian to fulfill their needs. Disadvantage of using nudge well standard water from soil water is contain of high Fe. This research method was decreased the Fe concentration in water, using aeration process with pump, filtration with sand filter and combination. The result shown that Fe concentration rate in well water before and after, processing could reduce Fe 1,25 mg/l (29,32%), filtration 2,42 mg/l (57,04%) and their combination is 3,65 mg/l (85,83%). This research conclusion was the effective management could applying to inhabitants in diminish Fe concentration from well at Pelabuhan Pangkalbalam was the mixture between aeration processing and filtration
Analisis Pasar Sehat di Kabupaten Banyumas, 2022 Teguh Widiyanto; Nuryanto Nuryanto; Bayu Chondro Purnomo
Buletin Keslingmas Vol 42, No 1 (2023): BULETIN KESLINGMAS VOL.42 NO.1 TAHUN 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v42i1.9608

Abstract

Pasar menjadi salah satu   tempat   umum   yang   sering   dikunjungi   masyarakat.  Pasar yang tidak sehat berpotensi menjadi tempat penularan penyakit melalui media lingkungan seperti tanah, air, udara, vektor, pangan dan sarana bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemenuhan persyaratan pasar sehat di Kabupaten Banyumas. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan survey. Populasi adalah seluruh pasar yang ada di Kabupaten Banyumas. Sampel  sebanyak 5 pasar meliputi Banyumas, Sokaraja, Ajibarang, Wage dan Manis. Teknik pengambilan sampling secara purpose sampling. Pengumpulan data melalui wawancara dan observasi menggunakan kuesioner terstandar Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2020 tentang pasar sehat. Data diolah secara komputerisasi dan dianalisa dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil penelitian menunjukkan 2 pasar (40%) memenuhi persyaratan pasar sehat (Banyumas dan Manis), sedangkan 3 pasar (60%) tidak memenuhi persyaratan (Sokaraja, Ajibarang dan Wage). Sebagian besar komponen pemenuhan persyaratan yang tidak memenuhi syarat pasar sehat adalah bangunan (pasar/kios) ditemukan sampah, lorong pasar digunakan untuk berjualan, keterbatasan tempat sampah (belum terpisah), tempat cuci tangan tidak tersedia sabun baik di toilet maupun di tempat penjualan makanan/bahan pangan, pedagang siap saji belum dilakukan usap dubur (rectal swab), pengendalian vektor dan tikus belum rutin dilaksanakan, APAR tidak mudah dijangkau dan PHBS pedagang maupun pengunjung yang masih rendah (tidak mencuci tangan dan merokok). Dalam rangka mencegah penularan penyakit melalui media lingkungan yang ada di pasar.maka perlu adanya upaya perbaikan terutama pada pasar yang tidak memenuhi syarat.
EVALUASI LAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN SEBAGAI INTERVENSI SPESIFIK UNTUK MENDUKUNG AKSELERASI PENURUNAN STUNTING Lagiono Lagiono; Nuryanto Nuryanto; Hari Rudijanto; Muhammad Rifki Maulana; Fauzan Ma'ruf
Jurnal LINK Vol 19, No 1 (2023): MEI 2023
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/link.v19i1.9428

Abstract

Akselerasi penurunan stunting dilaksanakan melalui intervensi spesifik, salah satunya melalui upaya perbaikan kualitas kesehatan lingkungan. Sarana penyediaan air bersih, jamban dan sanitasi bangunan berkontribusi secara tidak langsung terhadap kejadian stunting. Tujaun penelitian adalah untuk mengevaluasi program kesehatan lingkungan sebagai intervensi spesifik untuk mendukung akselerasi penurunan stunting di Kabupaten Banyumas. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan survei. Data digunakan dari 9 Puskesmas dengan teknik pengambilan sampling secara purposive sampling melalui wawancara dan penelusuran dokumen. Layanan kesehatan lingkungan sebagai intervensi spesifik untuk mendukung akselerasi penurunan stunting di 9 Puskesmas sudah berjalan cukupn baik. Meskipun demikian terdapat hambatan dalam pelaksanaannya antara lain sebagian besar pengelola belum mengikuti pelatihan stunting, belum ada anggaran khusus serta capaian layanan penyediaan air bersih masih dibawah rata-rata capaian Kabupaten Banyumas. Perlunya peningkatan capaian penyediaan air bersih melalui pemberdayaan masyarakat sebagai upaya penurunan stunting.
Analisis Pemodelan Capaian Sarana Sanitasi Dasar Rumah dengan Kejadian Stunting pada Balita Nuryanto Nuryanto; Lagiono Lagiono
Buletin Keslingmas Vol 42, No 3 (2023): BULETIN KESLINGMAS VOL.42 NO.3 TAHUN 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v42i3.10497

Abstract

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu dari 12 provinsi yang mempunyai prevalensi stunting tertinggi pada balita. 19 kab/kota diantaranya memiliki kategori kuning (20-30%), termasuk Kab. Banyumas sebesar 21,6%. Tujuan penelitian untuk menganalisis pemodelan capaian sarana sanitasi dasar rumah dengan kejadian stunting pada Balita. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan crossectional study. Penelitian dilakukan di 33 Puskesmas dari 40 Puskesmas yang ada. Teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi. Analisis data menggunakan uji regresi linear sederhana dan regresi linear ganda. Capaian sarana sanitasi dasar rumah di Kab. Banyumas tahun 2021 meliputi Sarana Penyediaan Air Bersih/SPAB (Mean=75,4%; Median=81,5%; Min-Max=30,6%-96,0% dan Standard Deviasi (SD) =17,4%), Sarana Pembuangan Tinja/SPT (Mean=76,8%; Median=77,7%; Min-Max=53,5%-94,3% dan SD=11,8%), Sarana Pembuangan Sampah/SPS (Mean=60,1%; Median=63,7%; Min-Max=0%-91,4% dan SD=27,4%), Sarana Pembuangan Limbah Cair/SPLC (Mean=46,7%; Median= 46,0%; Min-Max=0%-92,0% dan SD=27,4%) dan kejadian stunting (Mean=11,2%; Median=11,7%; Min-Max=3,7%-17,2% dan SD=3,6%). Hasil uji regresi linear sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear capaian sarana penyediaan air bersih (p-value=0,02) dan sarana pembuangan tinja (p-value=0,04) dengan kejadian stunting pada balita. Persamaan model regresinya adalah stunting=22,879-0,068*SPAB-0,086*SPT, artinya bahwa semakin meningkatnya capaian sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja maka diprediksi akan semakin menurunkan kejadian stunting pada balita di Kab. Banyumas
Implementasi Target Capaian sebagai Upaya Peningkatan Jumlah Layanan Klinik Sanitasi Nuryanto Nuryanto; Fauzan Ma'ruf; Bayu Chondro Purnomo
Buletin Keslingmas Vol 43, No 1 (2024): BULETIN KESLINGMAS VOL. 43 NO. 1 TAHUN 2024
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v43i1.11300

Abstract

Analisis kualitas proses layanan kesehatan lingkungan yang dilakukan di salah satu puskesmas Kab. Banyumas menggunakan pendekatan QIP (Quality Improvement Process) menunjukkan bahwa layanan klinik sanitasi belum menjangkau seluruh pasien yang didiagnosis penyakit berbasis lingkungan. Implementasi target capaian merupakan salah satu rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan jumlah layanan klinik sanitasi yang diberikan kepada pasien/masyarakat. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh implementasi target capaian terhadap jumlah layanan klinik sanitasi meliputi konseling, inspeksi dan intervensi yang diberikan kepada masyarakat. Jenis penelitian pre-experiment dengan pendekatan one-shot case study. Penelitian dilakukan di salah satu Puskesmas di wilayah Kab. Banyumas. Teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi. Data yang terkumpul, kemudian diolah dan dianalisis secara statistik menggunakan uji Paired T-test serta disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Jumlah layanan klinik sanitasi sebelum adanya upaya perbaikan melalui implementasi target capaian (bulan Januari s.d Juni 2023) sebanyak 25 layanan (mean=4), sedangkan sesudah implementasi (Juli s.d Desember 2023) menunjukkan rata-rata sebesar 56 layanan (mean=9). Jumlah pasien yang berkunjung ke klinik sanitasi untuk mendapatkan konseling, inspeksi dan intervensi mengalami peningkatan sebelum dan sesudah upaya perbaikan yaitu sebesar 1,24%. Sebagian besar pasien tersebut didiagnosis penyakit ISPA (Inspeksi Saluran Pernafasan Atas) yaitu 71,6 %. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh implementasi target capaian terhadap jumlah layanan klinik sanitasi meliputi konseling, inspeksi dan intervensi yang diberikan kepada pasien (p-value 0,05). 
Analisis Kualitas Proses Layanan Kesehatan Lingkungan Dengan Pendekatan Quality Improvment Process (QIP) Nuryanto Nuryanto; Fauzan Ma’aruf; Bayu Chondro Purnomo
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 23, No 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.23.2.215-225

Abstract

Latar belakang: Layanan kesehatan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan supaya tidak berdampak pada penyakit/gangguan kesehatan. Penyelenggaraan layanan tersebut melalui berbagai proses. Proses kualitas layanan kesehatan lingkungan di Puskesmas A masih ditemukan kendala, sehingga memerlukan upaya perbaikan untuk meningkatkan kualitas layanan dengan menggunakan metode Quality Improvement Process (QIP). Penelitian bertujuan untuk menganalisis kualitas proses layanan kesehatan lingkungan dengan pendekatan QIP.Metode: Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Penelitian dilakukan di Puskesmas A Kabupaten Banyumas. Teknik pengumpulan data melalui FGD dan studi dokumentasi. Focus Group Discussion (FGD) melibatkan Kepala Puskesmas dan 4 orang pengelola program kesehatan lingkungan untuk mengidentifikasi, menentukan prioritas, menemukan akar masalah dan menyusun upaya perbaikan.Hasil: Prioritas area permasalahan kualitas proses layanan kesehatan lingkungan di Puskesmas A adalah layanan klinik sanitasi belum menjangkau seluruh pasien yang menderita penyakit berbasis lingkungan. Akar masalah kualitas proses layanan klinik sanitasi adalah belum adanya jadwal pembagian tugas dan pendelegasian, kurangnya koordinasi antara petugas sanitarian dengan layanan pengobatan, belum ada sosialisasi kepada pasien/masyarakat, belum menerapkan layanan jemput bola, belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP), kurang lengkapnya pengisian kuesioner, pengolahan data secara manual, penolakan kunjungan rumah dan tidak adanya target capaian layanan. Untuk menyelesaikan akar masalah kualitas proses layanan klinik sanitasi antara lain: perlu membuat jadwal jaga secara rutin, pendelegasian kepada sanitarian lain jika berhalangan, menerapkan layanan jemput bola, membuat media KIE (poster/x-banner), membuat SOP layanan, melakukan sosialisasi dan entry data yang terintegrasi dengan kegiatan konseling menggunakan Aplikasi Klinik Sanitasi Pintar (AKSI PINTAR).Simpulan: Permasalahan kualitas proses layanan klinik sanitasi berdampak pada kualitas layanan yang diberikan kepada pasien/masyarakat. Upaya perbaikan kualitas proses layanan perlu dilakukan untuk menyelesaikan permasalaahan berdasarkan akar masalah yang ditemukan. ABSTRACTTitle: Analysis Quality Process of Environmental Health Service using the Quality Improvement Process (QIP) ApproachBackground: Environmental health services aim to improve environmental quality so that it does not have an impact on disease/health problems. The provision of these services goes through various processes. The process of quality of environmental health services at Community Health Center A still finds obstacles, so it requires improvement efforts to improve service quality using the Quality Improvement Process (QIP) method. The research aims to analyze the quality of environmental health service processes using the QIP approach.Method: This type of research is descriptive with a survey approach. The research was conducted at the A Primary Health Center, Banyumas Regency. Data collection techniques through Focus Group Discussion (FGD) and documentation studies. Focus Group Discussion involves the Head of the Primary Health Center and  4 Sanitarians to identify, determine priorities, find the root of the problem and develop improvement efforts.Result:  The analysis shows that the priority problem area for the quality of the environmental health service process at the A Primary Health Center is that sanitation clinic services have not reached all patients diagnosed with environmental-based diseases. The root cause of problems with the quality of the sanitation clinic service process at the A Primary Health Center is the absence of a schedule for division of tasks and delegation, lack of coordination between sanitarian officers and officers in treatment services, no outreach to patients/community, no pick-up service implemented, no SOP for clinic services. sanitation, incomplete filling out of questionnaires, manual data processing, refusal of home visits, and lack of service achievement targets. The root cause of the quality of the sanitation clinic service process can be resolved through: the needs to make a routine duty schedule, delegate to other sanitarians if they are unable to do so, implement a pick-up service, create media of education (posters/x-banners), create Standard Operating Procedures for sanitation clinic services, carry out socialization and data entry integrated with counseling activities using the SIPINTAR application.Conclusion: The problem quality process of sanitation clinic services have an impact on the quality of services provided to patients/community. Efforts to improve the quality of service processes need to be made to resolve problems based on the root causes found.
Distribution and Contamination Level of Cuprum (Cu) and Plumbum (Pb) in Bulk Sediments of the Bangka Island Umroh, Umroh; Sari, Suci Puspita; Fabiani, Verry Andre; Ariyanto, Dafit; Siswanto, Aries Dwi; Nuryanto, Nuryanto
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 28, No 3 (2023): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.28.3.278-288

Abstract

The distribution and enrichment of heavy metals in sediments will affect the life of the organisms that lives in it. The purpose of this study is to explain the enrichment and contamination levels of heavy metals Cu and Pb in bulk sediments in the northern and southern parts of Bangka Island. This research was conducted in August - September 2019, using a purposive sampling method. Heavy metal analysis using the Inductively Coupled Plasma - Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES) instrument. The results showed that the concentration of the heavy metal Pb in the sediment bulk of northern Bangka Island (Kelabat Bay) was higher than that of South Bangka Island. The concentration of heavy metal Cu at 8 (eight) sites is still below the quality standard (18.7 mg.kg-1) even if the heavy metal Pb at stations 3, 4, and 5 in the waters of the northern half of Bangka Island (Kelabat Bay) is reported to have exceeded the quality standard limit (30.2 mg.kg-1). The highest level of enrichment of heavy metal Pb occurs at station 4 with a value of EF_62.88, and is categorized as very high enrichment and a contamination factor (CF) value of 2.24 (medium category). This condition is due to station 4 being located in Kelabat Bay (semi-enclosed area) with unstable water conditions due to the influence of many activities. The results of this study can be used as input for local governments for the management of water areas on Bangka Island.
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Identifikasi, Penentuan Prioritas Dan Penyusunan Upaya Perbaikan Permasalahan Kesehatan Lingkungan Nuryanto, Nuryanto; Widiyanto, Teguh; Lagiono, Lagiono; Bahri, Bahri
Jurnal LINK Vol 20, No 2 (2024): NOVEMBER 2024
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/link.v20i2.10590

Abstract

Beberapa permasalahan kesehatan lingkungan dapat menjadi potensi penularan penyakit, namun tidak dapat dilakukan intervensi secara keseluruhan, mengingat keterbatasan sumber daya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka identifikasi dan penentuan prioritas dapat dilakukan sebagai langkah awal dalam penyelesaian permasalahan kesehatan lingkungan. Tujuan kegiatan adalah untuk meningkatkan pengetahuan kader kesehatan dalam mengidentifikasi, menentukan prioritas dan menyusun upaya perbaikan permasalahan kesehatan lingkungan dalam rangka pencegahan penyakit berbasis lingkungan. Metode dan Sasaran kegiatan adalah kader kesehatan sebanyak 32 orang dengan Kegiatan dilaksanakan melalui koordinasi, sosialisasi, pendampingan (identifikasi, penentuan prioritas dan penyusunan upaya perbaikan) serta evaluasi. Analisis data menggunakan uji t-test dependent untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan kader kesehatan sebelum dan sesudah kegiatan pemberdayaan masyarakat. Hasil Identifikasi dan penentuan prioritas masalah kesehatan lingkungan di Desa Karangmangu ditemukan 5 besar permasalahan kesehatan lingkungan prioritas yang perlu dilakukan perbaikan antara lain sampah rumah tangga belum dilakukan pengolahan, terdapat rumah tangga yang belum mengakses sarana sanitasi dasar, rendahnya penerapan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), terdapat rumah tangga yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan kurangnya kesadaran dalam pemberantasan sarang nyamuk. Perlu adanya upaya perbaikan terhadap 5 prioritas masalah kesehatan lingkungan secara berkelanjutan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Karangmangu.
Evaluasi Sistem Informasi Kesehatan Lingkungan Menggunakan Model CIPP Nuryanto, Nuryanto; Lukmitarani, Ratih; Utami, Bunga Nuur Primayu
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 23, No 3 (2024): Oktober 2024
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.23.3.362-373

Abstract

Latar belakang: Capaian sistem informasi kesehatan lingkungan di Kabupaten A meliputi kelengkapan dan ketepatan laporan masih rendah. Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya kualitas data dan informasi yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem informasi kesehatan lingkungan di Kabupaten Adengan menggunakan model CIPP.Metode: Jenis penelitian kualitatif dengan applied qualitative research methods. Evaluasi menggunakan model CIPP (Context, Input, Process dan Product). Teknik sampling yang digunakan purposive sampling. Informan sebanyak 16 orang antara lain Sanitarian (10 orang), Kepala Puskesmas (4 orang), Koordinator Kesehatan Lingkungan di Dinkes Kabupaten A (1 orang) dan Koordinator Sumber Daya Manusia Kesehatan di Dinkes Kaupaten A (1 orang). Teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi dan in-depth interview. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis melalui tahapan: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Fokus analisis CIPP meliputi: Contect (latar belakang, tujuan dan analisis SWOT); Input (pemenuhan sumberdaya);  Process (pelaksanaan sistem informasi); serta Product (Capaian sistem informasi).Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan sistem informasi kesehatan lingkungan di Kabupaten A antara lain: keterbatasan sanitarian, rangkap jabatan, aplikasi mengalami error/maintenance, keterbatasan alat pengolahan data, aplikasi belum terintegrasi dan belum memfasilitasi keseluruhan layanan kesehatan lingkungan serta lemahnya monitoring. Kelengkapan dan ketepatan waktu pelaporan masing-masing sebesar 47,5% dan 57,5%.Simpulan: Sistem informasi kesehatan lingkungan di Kabupaten A ditemukan permasalahan yang berdampak pada rendahnya kualitas data dan informasi. Perlu pemenuhan kebutuhan sumbardaya, membangun aplikasi berbasis web secara terintegrasi serta memperkuat monitoring dengan melakukan validasi data/informasi dari puskesmas. ABSTRACTTitle: Evaluation Of Environmental Health Information System  Using The CIPP ModelBackground: The achievements of the environmental health information system in District A, including the completeness and accuacy of reports, are still low. This condition has an impact on the low quality of the data and information produced. This study aims to evaluate the environmental health information system in District A using the CIPP model Methods: A type of qualitative research with applied qualitative research methods. Evaluation uses the CIPP (Context, Input, Pocess and Product) model. The sampling technique used is purposive sampling. There were 16 informants, including Sanitarians (10 people), Head of Primary Health Centers (4 people), Environmental Health Coordinator at the District Health Office of A (1 person) and Health Human Resources Coordinator at the District Health Office of A (1 person). Data collection techniques through documentation studies and in-depth interviews. The data that has been collected is then analyzed through stages: data reduction, data presentation and conclusion drawn. The focus of the CIPP analysis includes: Contect (background, objectives and SWOT analysis); Input (fulfillment of resources); Process (implementation of information systems); and Product (Information system achievements).Results: The results of the study showed that there were problems in the environmental health information system in District A ncluding: limited sanitation, dual positions, application experiencing errors/maintenance, limitations of data processing tools, applications that have not been integrated and have not facilitated all environmental health services and weak monitoring. The completeness and timeliness of reporting were 47.5% and 57.5%, respectively.Conclusion: The environmental health information system in District A has several problems that have an impact on the low quality of data and information.. It is necessary to meet the needs of community resources, build an integrated web-based application and strengthen monitoring by validating data/information from Prmary Health Centers.