RENYAAN, KASMAN
Unknown Affiliation

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

CITA RASA REMPAH PALA: Studi Sejarah Kuliner Abad XX di Banda Naira Bahar, Siti Anisa; Renyaan, Kasman
BANDA HISTORIA: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Studi Budaya Vol 1 No 1 (2023): BANDA HISTORIA: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Studi Budaya
Publisher : Universitas Banda Naira

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62176/bastoria.v1i1.284

Abstract

Tulisan ini menjelaskan tentang cita rasa rempah pala dalam sejarah kuliner di Banda Naira Abad XX. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah kuliner pala dan pemanfaatan pala sebagai bumbu masakan serta perkembangan aneka jenis kuliner pala di Banda Naira. Mengunakan metode sejarah dengan pendekatan oral histori yang dinarasikan secara deskriptif kualitatif. Data diperioleh dari studi literatur, observasi dan wawancara. Dari tahapan heuristik itu data lalu divervikasi melalui kritik sumber dan diinterertasi untuk menemukan fakta dan penjelasan berdasarkan objek studi. Selanjutnya dinarasikan dalam bentuk historigrafi. Hasil penelitian menemukkan, bahwa pemanfaatan pala sebagai kuliner di Banda Naira telah digunakan sejak lampau. Jauh sebelum orang Eropa datang ke Banda Naira mengenalkan dan mengonsumsi pala, orang Banda telah lebih dulu memakai pala sebagai kuliner pada masakan tradisonal. Dalam perkembangannya, budaya kuliner dan seni memasak orang Banda mendapat pengaruh Cina, Arab dan Eropa, terutama Belanda yang paling lama menetap di Banda Naira hingga paru abad ke-20. Inovasi kuliner Pala Banda pasca kemerdekaan Indonesia, terus berkembang bukan hanya dimanfaatkan untuk mengolah aneka jenis makan, seperti ikan kuah pala, ikan semur, ayam semur, ikan bumbu rujak, sayur iso, manto, bangket (kue kering), nastar (campuran selai pala) dan sebagainya, tetapi juga digunakan untuk berbagai jenis minuman, seperti sirup pala, jus pala, kopi pala serta snek manisan pala, dodol dan permen pala. Bebagai jenis kuliner seperti tersebut, hingga kini menjadi ciri khas dan sebagai oleh-oleh yang biasa dibeli dan dibawa ke luar oleh mereka yang berkunjung (wisatawan) di Banda Naira.
STUDI SOSIAL EKONOMI PETANI KAYU MANIS DESA TANAH RATA BANDA NAIRA TAHUN 1970-2022 SELANO, SUPARTONO; RENYAAN, KASMAN
BANDA HISTORIA: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Studi Budaya Vol 1 No 1 (2023): BANDA HISTORIA: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Studi Budaya
Publisher : Universitas Banda Naira

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62176/bastoria.v1i1.287

Abstract

Artikel ini menjelaskan tentang Studi Sosial Ekonomi Petni Kayu Manis di Tanah Rata Banda Naira 1970-2022. Penelitian ini mengunakan metode sejarah lisan, yakni keterangan langsung dari para petani sebagai aktor utama, dan studi literatur juga hasil observasi langsung seerta dokumentasi, dengan tahapan heuristik, kritik, interpertasi dan historiografi. Hasil penelitian menemukan bahwa sejarah budidaya kayu manis di Desa Tanah Rata, Banda Naira, Maluku Tengah, mulai digalangkan oleh warga petani pada tahun 1970-an. Fase ini merupakan awal tananam kayumanis dipelihara di lahan-lahan perkebunan warga, yang sebelumnya hanya dibiarkan tumbuh liar oleh para petani di sana. Memasuki usia menghasilkan (produktif) pada tahun 1980-an. Usaha budiya kayu manis pada fase ini belum banyak dilakukan warga petani di sana. Salah satu kendalanya adalah soal kelangkaan bibit tanaman ini. Sejauh yang ditemukan petani kayu manis tidak mengunakan pola patron dan klien. Pasalnya dalam proses pengarapan lahan hingga masa penen tidak mengunakan sistem kariawan. Petani langsung yang memanen hasil kayu manis miliknya di bantu oleh angota keluarganya. Kenyataan ini disebabkan oleh lahan petani untuk membudidaya kayu manis tidak begitu banyak. Artinya budidaya kayu manis hanya sebatas upaya mengisi lahan kosong di kebun yang ditanam di antara celah lahan pala dan perbatasan-perbatasan lahan ubi kayu. Penghasilan yang diperoleh dari usaha panen kayu manis digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti membeli beras dan bayar tagihan listrik, biaya sekolah anak dan bila sedikit lebih digunakan untuk memperbaiki rumah tempat tinggal para petani kayu manis.
BENTENG REVENGIE: Telaah Atas Program Revitalisasi Benteng Revenge sebagai Objek Wisata Sejarah di Pulau Ay, Kecamatan Banda Naira Gani, Fira; Renyaan, Kasman
BANDA HISTORIA: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Studi Budaya Vol 1 No 2 (2023): BANDA HISTORIA : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Studi Budaya
Publisher : Universitas Banda Naira

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62176/bastoria.v1i2.335

Abstract

Artikel ini menjelaskan tentang revitalisasi Benteng Revengie sebagai obejek wisata sejarah di Pulau Ay, Kepulauan Banda. Penelitian ini mengunakan metode sejarah bersifat deskriptif dengan tahapan heuristik, kritik, interpertasi dan historiografi. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menemukkan, bahwa Benteng Revengie di Pulau Ay merupakan warisan Kolonial Belanda yang di bangun pada 1616. Benteng Revengie berarti benteng kemarahan atau benteng pembalasan dendam adalah bukti sejarah monopoli perdagangan rempah (pala dan fuli) oleh Belanda di Pulau Ay abad ke-17. Revitalisasi Benteng Revengie sebagai objek wisata sejarah hingga kini belum dilakukan dengan maksimal. Kegiatan revitalisasi hanya sebatas perawatan kawasan benteng yang dikerjakan oleh juru pelihara. Upah kerja atas jasa pemeliharaan yang diterima faktanya juga belum memenuhi standar kelayakan dan kesejateraan bagi pekerjanya. Pasalnya beban biaya operasional perawatan kawasan benteng dalam kondisi tertentu harus ditanggung mandiri oleh juru pelihara benteng. Kurangnya kesadaran sejarah dari berbagai pihak yang berkepentingan, membuat citra benteng perlahan memudar dan tidak lagi memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan. Kondisi demikian menambah daftar hitam pengembangan situs sebagi objek parawisata di Pulau Ay, Banda Naira.
WANDAN DALAM MEMORI SEJARAH: Eksodus Orang Banda di Kepulauan Key Abad XVII dalam Ingatan Kolektif Masyarakat Banda Eli dan Banda Elat Abidin, Megawati; Renyaan, Kasman; Temarwut, Rahma
BANDA HISTORIA: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Studi Budaya Vol 2 No 1 (2024): BANDA HISTORIA : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Studi Budaya
Publisher : Universitas Banda Naira

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62176/bastoria.v2i1.378

Abstract

Artikel ini menjelaskan tentang Wandan dalam Memori Sejarah: Eksodus Orang Banda di Kepulauan Key Abad XVII dalam Ingatan Kolektif Masyarakat Banda Eli dan Banda Elat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menjelaskan penyebab dan proses eksodus orang Banda ke Kepulauan Kei Abad XVII serta penyesuaian kehidupan mereka setelah berada di Kepulauan Kei. Penelitian ini mengunakan metode sejarah dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan melalui tahapan heuristik, yakni mengumpulkan data memalui studi pustaka, arsip dan dokumentasi, wawancara. Data yang terkumpul lalu divervikasi melalui kritik sumber dan diinterpertasi untuk menemukan fakta atas kisah dan peristiwa sejarah yang dilukiskan, selanjutnya dirangkai dalam narasi sejarah berbentuk historiografi. Hasil penelitian menemukan, bahwa Wandan merupakan sebuah identitas budaya dan sejarah dari orang asli Banda, yang kini dapat dijumpai di Banda Eli dan Banda Elat Kepulauan Kei. Terdapat empat faktor yang mendorong eksodus itu Pertama, peristiwa meletusnya gunung Api Banda, Kedua terjadinya peperangan di Pulau Ay antara Belanda dan penduduk Ay pada 1615. Ketiga, demi mempertahankan akidah Islam dari pengaruh VOC Belanda, sehingga hijarah ke Pulau Key (Banda Eli dan Banda Elat). Keempat, peristiwa genosida Banda pada 1621. Kehadiran para eksodus Banda kala itu disambut baik oleh penguasa di sana. Mereka beradaptasi hidup rukun dan saling menghargai. Kini identias Wandan (orang Banda Eli dan Elat), terus hidup dan diabadikan melalui marga-marga yang menyerupai nama negeri mereka dahulu di Banda, di antaranya marga Latar, Lonthor, Selamon/Selamun, Roseinggin, Uar, Sairun dan beberapa magra lainnya yang bercirikan asli Banda di Kepulauan Kei.
MOHAMMAD HATTA AND RELIGIOUS-NATIONALISM EDUCATION IN BANDA EXILE Renyaan, Kasman
Erudio Journal of Educational Innovation Vol 11, No 2 (2024): Erudio Journal of Educational Innovation
Publisher : Faculty of Administrative Science, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article describes the thinking and consistency of a figure of the National Movement, Mohammad Hatta, during his exile in Banda Naira in 1963–1942. Research uses historical methods through heuristic, critical, interpretative, and historiographic stages. The main sources used were the work of the historian's books, other reference books, observations of objects in the house of his exile, and interviews with Banda Naira people. The study found that Mohammad Hatta, during Banda Naira's exile, remained critical (non-cooperative) of colonial policy. Hatta's routine on the spice island is filled with various activities to educate the community and the young generation of Banda, ranging from reading, writing, sports, attending public wedding invitations, speaking in mosques, forming youth organizations (PERBAMU), to playing the role of setting up the "School of Sore," which teaches many things about humanity, socialism, democracy, religion, morals, patriotism, and nationalism. Mr. Hatta's educational style has opened a veil of backwardness and stupidity to the Banda children, who live under the influence of Dutch hedonism. Hatta's thoughts, actions, and ignorance have shaped new knowledge for the generation of Banda. Traditional and Islamic religion in Banda Naira also influenced Hatta's mind to find the concept of building an independent Indonesia. As a legacy of Hatta's religious values and national spirit, the Banda community named the two people on the island (Hatta Island and Sjahrir Island), as well as a mosque called Hatta-Sjahrir in Banda Naira.
TRASPORTASI LAUT POK-POK: Sejarah Sosial Ekonomi Pelaut Boiyauw di Kepulauan Banda Anwar, Ahdi; Amsi, Najira; Renyaan, Kasman
BANDA HISTORIA: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Studi Budaya Vol 3 No 1 (2025): BANDA HISTORIA : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Studi Budaya
Publisher : Universitas Banda Naira

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62176/bastoria.v3i1.507

Abstract

This study examines the historical development of pok-pok, a traditional sea transportation, and its important role in shaping the social and economic life of the seafaring community in Boiyauw Village, Banda District, Central Maluku. Pok-pok has long been the main link between islands in the Banda Islands, helping daily activities while supporting the livelihoods of coastal communities. This study uses a historical method with a qualitative descriptive approach, collecting data through in-depth interviews, direct observations in the field, documentation and related literature reviews. Data are analyzed based on key themes to understand the historical, social, and economic roles of pok-pok in the region. The results of the study show that pok-pok is not just an ordinary means of transportation. Pok-pok plays an important role in maintaining the sustainability of the local economy, facilitating the mobility of workers, and strengthening social relations between communities on the surrounding islands. The use of pok-pok, which is still ongoing until now, proves the ability of local communities to survive and adapt to geographical challenges and the dynamics of economic change in the island environment.
PENGUATAN NILAI BUDAYA BUTON : Tradisi Adat Pisombo Kampung Kayu Merah Fakfak Ode, Wa Seni; La Muhamad, Idul; Renyaan, Kasman
BANDA HISTORIA: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Studi Budaya Vol 3 No 2 (2025): BANDA HISTORIA : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Studi Budaya
Publisher : Universitas Banda Naira

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62176/bastoria.v3i2.553

Abstract

This article elaborates on the strengthening of Buton cultural values through the Pisombo customary tradition in Kampung Kayu Merah, Fakfak, West Papua. The study aims to uncover and explain the forms of reinforcement of Buton cultural values inherited through the implementation of the Pisombo tradition, as well as to analyze this ritual in strengthening the identity and social cohesion of the Buton community in Fakfak. The research employs an ethnographic method with data collection techniques including observation, in-depth interviews, documentation, and Focus Group Discussions involving customary masters, community leaders, and the girls who are the main participants in the ritual process. A literature study was also conducted to trace various written sources related to the practice of Pisombo within the cultural heritage of Buton. The collected data were analyzed and interpreted to uncover the meanings and values contained in the tradition and then presented in the form of an ethnographic narrative. The results indicate that Pisombo is a rite of passage marking the transition of adolescent girls to adulthood, signified by their first menstruation. Pisombo functions as a space for cultural education, a mechanism of social control, and a means of transmitting values such as courtesy, personal purity, family responsibility, and community solidarity. Within the life of the Buton community in Fakfak, this tradition serves as an internal mechanism that maintains social cohesion and ensures the sustainable regeneration of Buton cultural values. These findings confirm that the Pisombo customary tradition remains relevant as a strategy for strengthening the identity and cultural resilience of the Buton community in the multiethnic city of Fakfak, which is open and highly respects cultural and religious diversity, in accordance with the life philosophy of “One Stove, Three Stones.”