Literature essentially provides authors with the opportunity to explore freely without restrictive conventional rules. Freedom in writing literature provides a broader space for authors to express their thoughts and critique phenomena within society. Literary freedom ultimately allows literature to intersect with various social sectors, which often creates problems between authors and the public (readers). The use of symbols in literary works, which are rife with ambiguity, often creates a dualism of meaning for readers. The multi-interpretive nature of literature elicits varying responses from each reader, not always positive. Polemics, debates, and even clashes resulting from differing perspectives are commonplace in the literary world. Avoiding debates stemming from differing reader perspectives is difficult, but it can be achieved by observing ethics and maintaining societal norms. Literary freedom, in essence, does not free authors from their attachment to prevailing societal norms. Literary ethics exist, where social, cultural, religious, and other norms must be maintained throughout the creative process. Abstrak Hakikatnya sastra membuka peluang bagi pengarang untuk dapat bereksplorasi dengan bebas tanpa ada aturan konvensional yang membatasi. Kebebasan dalam bersastra membuka ruang yang lebih luas bagi pengarang untuk dapat berekspresi menyampaikan pikiran dan mengkritik suatu fenomena yang berada ditengah masyarakat. Kebebasan bersastra pada akhirnya membuka memungkinkan sastra untuk dapat bersinggungan dengan berbagai sektor sosial yang tidak jarang menimbulkan permasalahan antara pengarang dan masyarakat (pembaca). Penggunaan simbol-simbol pada karya sastra yang sarat dengan ambiguitas tidak jarang menimbulkan dualisme makna terhadap pembaca. Sifat sastra yang multitafsir menimbulkan respon berbeda-beda dari setiap pembaca yang tidak selalu positif. Polemik, perdebatan, hingga bentrok akibat perbedaan sudut pandang menjadi sesuatu yang lumrah dalam dunia kesastraan. Menghindari perdebatan dari perbedaan sudut pandang pembaca menjadi suatu yang sulit akan tetapi bisa diusahakan dengan memperhatika etika dan tetap mempertimbangkan norma yang berlaku di tengah masyarakat. Kebebasan bersastra pada hakikatnya tidak kemudian membebaskan pengarang dari keterikatannya terhadap norma-norma yang berlaku di tengah masyarakat. Terdapat etika bersastra di mana norma sosial, budaya, agama dan norma-norma lainnya harus terus tetap dijaga selama proses kreatif bersastra.