Beko Hendro
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Distingsi Studi Hadis di PTKIN UIN Raden Fatah Palembang Adriansyah NZ; Beko Hendro
Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama Vol 21 No 2 (2020): Jurnal Ilmu Agama : Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/jia.v21i2.7420

Abstract

Along with the change in nomenclature regarding the Naming of Islamic Religious Colleges, Faculties, Departments at Islamic Universities in the Decree of the Minister of Religion Number 36 of 2009, then the Decree of the Minister of Religion was strengthened by the Decree of the Director General of Islamic Education Number 3389 of 2013 where the scientific study of Hadith made into two study programs, namely the Science of the Koran and Tafsir (IAT / IQT) and the Science of Hadith (ILHA). In further developments, the study of hadith at the State Islamic Religious College (PTKIN) Indonesia has a pattern, variety and characteristics according to their respective peculiarities. The various types and forms of courses offered in hadith studies indicate a continuous dynamic. After conducting a study and discussion of the distinction of hadith studies in the Hadith Science Study Program curriculum of Raden Fatah State Islamic University Palembang and its relevance to the Distinction of Higher Education at Raden Fatah State Islamic University Palembang, the authors conclude that there is a relationship and connection between the distinction of UIN Raden Fatah Palembang and the study. hadith contained in the Hadith Science Study Program curriculum, namely the Malay Islamic Civilization Distingsi. This relevance is evidenced by at least four courses contained in the Hadith Science Study Program curriculum that support the Higher Education Distinction of Raden Fatah State Islamic University, Palembang. The four courses are; 1) Malay Islamic Studies, 2) Tahfiz Hadith Arbain Imam al-Tarmasi, 3) Study of the Archipelago Hadith and 4) Living Hadith. Judging from the hadith study map, there are three domains of hadith study, namely ulumul hadith (theoretical), hadith (understanding) and the study of hadith characters / books. The four subjects mentioned above describe the scope of all hadith studies connected to the distinction of the Raden Fatah State Islamic University of Palembang, namely Malay Islamic Civilization. In another part, some of the researches of Hadith Science Study Program lecturers also strengthen the existence of the distinction of Malay Islamic Civilization contained in the works of Hadith Science Study Program lecturers.
MA’RIFAT AHKAM AL-QUR’AN: TELAAH PEMIKIRAN AL-ZARKASYI DALAM AL-BURHAN FI ‘ULUM AL-QUR’AN Beko Hendro
Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama Vol 22 No 1 (2021): Jurnal Ilmu Agama : Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/jia.v22i1.9020

Abstract

Artikel ini mendiskusikan pemikiran Imam al-Zarkasyi dalam kitab al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an berkaitan dengan kaidah istimbat (pengalian) hukum dalam al-Qur’an. Dengan menggunakan metode deskriptif analitis dan pendekatan ulumul qur’an serta ushul fiqh, didapatkan temuan bahwa menurut al-Zakasyi mengali hukum dalam al-Qur’an paling tidak ada dua poin penting yang harus diperhatikan. Pertama, klasifikasi hukum menurut al-Zarkasyi dibagi menjadi dua; (1) hukum yang langsung bisa dipahami tanpa ada keterlibatan ayat lain; dan (2) hukum yang mengharuskan adanya ayat lain untuk memahaminya. Kedua, terkait kaidah istinbat hukum, al-Zarkasyi membaginya menjadi enam; (1) Memahami siyaq al-nafi yang bersifat umum; (2) Istifham; (3) Syuruth; (4) Larangan; (5) Bentuk kata yang khusus tetapi ditujukan untuk umum; dan (6) Bentuk kata umum namun memiliki maksud khusus.
Tradisi Jajuluk (Pemberian Nama) Dalam Pernikahan Adat (Studi Living Hadis Pada Suku Komering di Kota Palembang) Adriansyah NZ; Beko Hendro; Mu'min Mu'min
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.681 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v6i2.13310

Abstract

Abstract: There is a tradition in South Sumatra that is guided by the Prophet's hadith about giving good names to his descendants. It is the Komering Tribe in Palembang who are trying to bring it to life by making it a tradition, which is commonly called the jajuluk tradition. This paper specifically examines the jajuluk tradition in traditional weddings in the city of Palembang. By using the cultural anthropology method of Clifford Geerz and the living hadith approach, it was concluded that the Prophet’s hadith about giving a good name by the Komering Palembang tribe was developed into a tradition with the name jajuluk. They are of the view that jajuluk contains six meanings, namely jajuluk as prayer, jajuluk as identity, reviving ancestral names, as a symbol or sign of being married, strengthening family ties, and meaning friendship. These six meanings of jajuluk prove that every tradition rooted in society has its own specialties in the local area and must be preserved. Abstrak: Terdapat sebuah tradisi di Sumatera Selatan yang berpedoman pada hadis Nabi tentang pemberian nama baik bagi anak-keturunannya. Adalah Suku Komering di Palembang yang berusaha menghidupkannya dengan menjadikan sebuah tradisi, yakni lazim disebut dengan tradisi jajuluk. Tulisan ini secara spesifik mengkaji tentang tradisi jajuluk dalam pernikahan adat di kota Palembang. Dengan menggunakan metode antropologi kebudayaan Clifford Geerz dan pendekatan living hadis, didapati kesimpulan bahwa hadis Nabi tentang pemberian nama yang baik, oleh suku Komering Palembang dikembangkan menjadi sebuah tradisi dengan nama jajuluk. Mereka berpandangan bahwa jajuluk itu mengandung enam makna, yaitu jajuluk sebagai doa, jajuluk sebagai identitas, menghidupkan nama leluhur, sebagai simbol atau tanda telah menikah, mempererat tali hubungan keluarga, dan bermakna silaturahmi. Keenam makna jajuluk ini membuktikan, bahwa setiap tradisi yang mengakar dalam masyarakat memiliki keistimewaan tersendiri di daerah setempat dan harus tetap dijaga kelestariannya. 
Kritik Sanad dan Matan Hadis dalam Shahih Muslim yang Dianggap Lemah Nasiruddin al-Albani Beko Hendro
Jurnal Studi Hadis Nusantara Vol 3, No 2 (2021): JSHN VOL 3 NO 2 DESEMBER 2021
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jshn.v3i2.9699

Abstract

This article discusseses the hadith on reading/memorizing the first ten verses of surah al-Kahfi in Saheeh Muslim which is considered dhaif by Nasiruddin al-Albani. Al-Albani did not explicitly mention the reason for the hadith. This research uses the methodology of criticism of isd and matan –naq ad-dakhili wa naq al-khariji-. In this study the authors found one of the informants from the sanad line that the Muslim Imam indicated was weak. It is Mu'az ibn Hisya'm who is judged by Ibn Mu'in. Predicate suduq one level below tsiqah.However, the quality of the narrator who suduq does not weaken the hadith, but it is hasan by considering other lines of transmission.
Makna Pluralisme Dalam Perspektif Islam dan Kristen: Dari Wacana Keberagaman Menuju Implementasi Beko Hendro
Jurnal Studi Agama Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Studi Agama
Publisher : Program Studi Studi Agama Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/jsa.v2i1.3052

Abstract

Pluralism is a modern study in theological discourse. Many followers of the world religions focus on this discussion, especially Muslims and Christians. The discourse offered by both Islam and Christianity in terms of pluralism contains the same value. Pluralism according to Islam originating from the Qur'an is a necessity. al-Qur'an stated that humans were created from a pair of men and women who in their development became diverse tribes and nations. The Sunnatullah is proof that Allah made humans as plural beings. While Christianity, which is represented by the Bible and cosmetics, believes that pluralism is reflected in the body of one with many members. Pluralists are not regarded as a barrier to unity, but are seen as something that enriches and complements each other. Through descriptive analytical and comparative methods it was found that both Islam and Christianity had a spirit of pluralism.
GAGASAN POLA BACA STUDI KEAGAMAAN; ANTARA INSIDER/OUTSIDER DAN MULTIDIMENSIONAL APPROACHES Hijrian Angga Prihantoro; Beko Hendro
Jurnal Studi Agama Vol 4 No 1 (2020): Jurnal Studi Agama
Publisher : Program Studi Studi Agama Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/jsa.v4i1.6161

Abstract

Studi keagamaan merupakan diskursus pengetahuan yang berkaitan dengan cara manusia membaca dan mengkaji ajaran agama atau laku keagamaan manusia beragama. Agama tentu tidak melulu tentang ritual peribadatan semata, melainkan juga tentang peradaban manusia. Keberadaan manusia yang terikat dalam ruang dan waktu mengindikasikan bahwa pengalaman dan pengetahuan manusia itu berbatas. Kesadaraan keagamaan dalam diri dan/atau masyarakat beragama meniscayakan perbedaan pemikiran dan tingkah laku dalam frame intelektual dan interaksi sosialnya. Maka problem filsafati yang muncul adalah dapatkah manusia, berdasarkan pengalamannya, benar-benar mampu memahami pengalaman manusia beragama lain yang sepenuhnya berbeda? Serta bagaimana agar kajian keagamaan tetap menjaga objektivitas dari subjektivitas pengkajinya? Berdasaran standpoint ini, perspektif Insider/Outsider memainkan peran penting, namun dalam konteks kehidupan beragama yang heterogen, plural dan multikultural tidak berhenti pada pola baca kuadrik dimensional sehingga membutuhkan pendekatan yang jauh lebih komprhensif. Pada titik ini, multidimensional approaches sebagai pola baca studi keagamaan yang ideal memiliki pijakan paradigmatiknya di mana ia berupaya untuk mengentitaskan agama yang sakral agar dapat dipahami oleh manusia secara netral. Kata Kunci: studi agama, perspektif orang dalam / orang luar, pendekatan multidimensi
PEMAHAMAN HADIS TAWASSUL: ANALISIS PRO-KONTRA TAWASSUL DENGAN DZAT SESEORANG Eko Zulfikar; Beko Hendro
Jurnal Studi Hadis Nusantara Vol 5, No 1 (2023): JSHN VOL 5 NO 1 JUNI 2023
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jshn.v5i1.15034

Abstract

This paper examines the pros and cons of opinions regarding the hadith regarding tawassul with one's essence. This paper uses a qualitative method. This paper concludes that opinions that are against tawassul to the essence of the pious and to the lovers of Allah, are considered the same as the attitude of disbelievers when worshiping idols which they consider an intermediary to Allah. Therefore, this counter group considers it an act of shirk and bid'ah. While the group that allows tawassul has many arguments that in general they have high respect for pious people. So the midpoint of these pros and cons, namely love for pious people, is appropriate, because through them Muslims can get to know religion, so that opinions that are against tawassul become refuted.