Anggita Bunga Anggraini
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Jl. dr. Semeru No. 63 Bogor, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

SITUASI PATEN OBAT ANTI DIABETES, ANTI HIPERTENSI, ANTI MALARIA DAN ANTI TUBERKULOSIS DI INDONESIA Utami, Basundari Sri; Tuti, Sekar; Anggraini, Anggita Bunga; Faatih, Mukhlissul; Siswanto, Siswanto; Trihono, Trihono
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 24, No 2 Jun (2014)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.483 KB)

Abstract

AbstrakIndonesia merupakan negara berpenduduk keempat terbanyak setelah Cina, India dan Amerika. Indonesia sedang mengalami transisi epidemiologi, dimana terjadi peningkatan penyakit tidak menular (PTM), sementara penyakit menular (PM) seperti malaria, tuberkulosis dan demam dengue prevalensinya masih tinggi. Tingginya morbiditas merupakan lahan yang bagus untuk melaksanakan obat anti PM dan anti PTM yang mendapat paten karena pangsa pasarnya yang sangat luas. Sayangnya potensi pasar yang masih luas ini hanya ditangkap oleh luar negeri. Data dari Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) pada tahun 2010 menunjukkan pemohon paten dalam negeri yang mendapatkan persetujuan perlindungan paten (granted) hanya 4,6% sedangkan dari luar negeri sebanyak 92,03%. Hal yang sangat ironis bagi Indonesia yang merupakan negara dengan potensi bahan dasar obat alam dan keanekaragaman hayati terbanyak ketiga setelah Brazil dan Cina. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi situasi paten obat yang terdaftar di Direktorat Paten, Ditjen HKI, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dalam 7 tahun terakhir (tahun 2005 sampai 2011) untuk PM (malaria dan tuberkulosis) dan PTM (hipertensi dan diabetes). Metode observasional dengan penelusuran dokumen paten dari alamat web instansi terkait. Hasilnya Indonesia hanya mendaftarkan 4,9% dari seluruh paten yang didaftarkan di Dirjen HKI dari tahun 2005 sampai dengan 2011, sebagai berikut untuk obat anti-hipertensi 3,4% dari 89 paten, anti-diabetes hanya 4,8% dari 250 paten, anti malaria 21,1% dari 18 paten anti-tuberkulosis 7,1% dari 14 paten. Sebagian besar paten yang didaftarkan oleh pendaftar Indonesia merupakan paten obat ekstrak herbal atau komposisinya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah paten obat untuk PTM dan PM di Indonesia masih didominasi paten luar negeri.Kata Kunci : Situasi paten, obat, Ditjen HKI, IndonesiaAbstractIndonesia is the fourth most populous country after China, India and America. There has been an epidemiological transition. While the prevalence of infectious diseases such as malaria, tuberculosis and dengue fever is still high, the incidence of non-communicable diseases is increasing. High rates of morbidity becomes good opportunity to develop medicine for infectious diseases as well as non-communicable diseases to get patent because of a very large market share. Unfortunately, the vast market potential is only captured by foreign countries. Data from the Directorate General of Intellectual Property Rights (IPR DG) in 2010 showed that domestic patent applicants who get approval (granted) were only 4.6% while overseas were 92.03%. This situation is very ironic, since Indonesia is a country with potential basic ingredient of natural medicines and the third highest biodiversity after Brazil and China. The aim of this study was to evaluate patent situation of medicine registered in IPR DG, Law & Human Rights Ministry in the last 7 years (2005 to 2011) for infectious diseases (malaria and tuberculosis) and non communicable (hypertension and diabetes). This study used observational method by tracing patent documents from web addresses of the relevant agencies. It showed that Indonesia only registered 4.9% patent from all patents registered in IPR DG from 2005 to 2011. Indonesia only registered 3.4% from 89 patents for anti-hypertension, 4.8% from 250patents for anti-diabetic, and 21.1% from 18 patents for anti-malaria, and 7.1% from 14 patents for antituberculosis. Most of the patents filled or registered by Indonesian registrant is a patent medicine of herbs’ extract or its composition, it was concluded that medicine patents for non-communicable diseases and infectious diseases in Indonesia are dominated by foreign country.Keywords : Patent situation, medicine, IPR-DG, Indonesia
ASSESSING INDIVIDUAL PERCEPTION IN UTILIZATION OF NON-COMMUNICABLE DISEASES POST (NCDS POST) USING A HEALTH BELIEF MODEL (HBM) APPROACH Faatih, Mukhlissul; Siregar, Riswal Hanafi; Su'udi, Amir; Despitasari, Mieska; Wirasmi, Sundari; Anggraini, Anggita Bunga; Syachroni, Syachroni; Marsini, Rani; Latifa, Rivana
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol. 33 No. 3 (2023): MEDIA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34011/jmp2k.v33i3.1662

Abstract

Fasilitas Posbindu PTM telah menjadi komponen penting dalam kebijakan kesehatan. Penelitian mengungkapkan bahwa hal tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi peserta dengan pemanfaatan Posbindu PTM. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dan dilakukan di lima provinsi di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuesioner pada bulan Agustus-Oktober 2021. Analisis dilakukan dengan uji statistik beda mean. Kami melibatkan 420 peserta dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar peserta rentan terhadap PTM (52,6%). Peserta menilai seseorang yang menderita PTM memberikan dampak yang serius (53.6%), mengelola dan memeriksa kesehatan di Posbindu PTM mempunyai manfaat dalam mencegah PTM (62.6%), seseorang yang menderita PTM menimbulkan dampak yang serius (71.4%), melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan secara rutin khususnya pencegahan PTM (69,0%), mempunyai kemampuan, pengendalian, dan mempunyai cara untuk mencegah PTM (65,2%). Hasil uji beda rata-rata menunjukkan bahwa rata-rata rangking seluruh penilaian persepsi HBM peserta yang aktif mengikuti kegiatan Posbindu PTM lebih tinggi dibandingkan peserta yang kurang aktif (p<0,05). Pemanfaatan aktif Posbindu PTM mempunyai hubungan dengan persepsi peserta khususnya terhadap tingkat keparahan suatu penyakit, kerentanan seseorang terhadap penyakit, manfaat mengetahui risiko kesehatan, hambatan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan, petunjuk tindakan, dan efikasi diri pasien terhadap penyakitnya.