Kompleksitas persoalan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di Kepulauan Tiworo menuntut adanya strategi kebijakan pengelolaan ruang yang lebih komprehensif. Isu pemanfaatan secara tidak berkelanjutan adalah faktor utama yang membutuhkan penanganan berupa formulasi strategi pengelolaan pulau kecil di Kepulauan Tiworo. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi kebijakan pengelolaan ruang pulau-pulau kecil yang berkelanjutan. Metode yang digunakan untuk menilai keberlanjutan dan sensitivitas atribut adalah metode Rapid Appraisal for Land Use (Raplanduse). Strategi kebijakan pengelolaan dilakukan berdasarkan tingkat pengaruh dan ketergantungan atribut-atribut sensitif yang dianalisis dengan analisis prospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberlanjutan pemanfaatan ruang pulau-pulau kecil di Kepulauan Tiworo cukup bervariasi, mulai dari kategori baik, buruk, hingga kategori kurang berkelanjutan. Atribut sensitif dalam dimensi ekologi adalah material padatan tersuspensi, dan suhu permukaan laut. Dalam dimensi sosial atribut yang sensitif adalah kejadian konflik, dan sumber daya manusia. Dalam dimensi ekonomi adalah atribut tingkat pendapatan, ketersediaan modal usaha, dan produksi tangkapan. Dalam dimensi hukum dan kelembagaan atribut yang sensitif adalah atribut status kepemilikan lahan, dan zonasi kawasan. Kebijakan pengelolaan berdasarkan atribut-atribut sensitif tersebut meliputi peningkatan kapasitas adaptasi masyarakat, mengendalikan pemanfaatan lahan di wilayah DAS di daratan, mengembangkan diversifikasi usaha, menertibkan penggunaan ruang, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.