Pane, Exson
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Kisah Nuh Dan Terjadinya Air Bah Di Bumi: Tindakan Kasih Karunia Allah Berdasarkan Kejadian 6-9 Pane, Erikson; Sagala, Rudolf Weindra; Pane, Exson; Sinaga, Janes
Manna Rafflesia Vol. 9 No. 1 (2022): Oktober
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.33 KB) | DOI: 10.38091/man_raf.v9i1.269

Abstract

The purpose of the study is for everyone to understand the meaning of why God sent down the flood in the days of Noah's life, so that everyone can live righteously in this day and age. The story of Noah and the occurrence of the flood is to tell how God saved life on earth when the people who lived in it grew evil from time to time. God told Noah to build the Ark according to the details that God gave as a means of salvation when the flood destroyed life on earth. The flood was God's way of reconstructing the earth and life on it without re-creating, by saving Noah and his family as pious people at that time. This research was conducted with a qualitative method by collecting data from various bibliography such as Bibles, books and journal manuscripts. Through this research, it is hoped that everyone will understand God's love and plan for His people, even in the event of a disaster.
Pandangan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Terhadap Budaya Sabu “Pebale Rau Kattu Do Made” di Daerah NTT Udju, Daniel; Pane, Exson
Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v4i2.551

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memberi pemahaman yang jelas kepada anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) dengan menganalisis pandangan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh terhadap budaya Sabu, khususnya dalam konteks tradisi lokal yang dikenal sebagai "Pebale Rau Kattu Do Made." Dengan Metode penelitian kualitatif deskriptif, penelitian ini mengeksplorasi interaksi antara keyakinan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dan aspek-aspek budaya khas Sabu. Metode penelitian melibatkan wawancara mendalam dengan tokoh adat dan anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang tinggal di Sabu, serta observasi terhadap ritual dan praktik keagamaan yang terkait dengan "Pebale Rau Kattu Do Made." Data yang terkumpul dianalisis dengan mempertimbangkan perspektif teologis Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dan konteks budaya lokal Sabu. Temuan penelitian ini dapat memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh berinteraksi dengan dan merespons budaya Sabu, serta sejauh mana elemen-elemen budaya tersebut diintegrasikan atau disesuaikan dengan ajaran dan nilai-nilai gereja. Implikasi dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pemahaman tentang dinamika antara agama dan budaya di lingkungan multikultural.
Pandangan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Terhadap Budaya Sabu “Pebale Rau Kattu Do Made” di Daerah NTT Udju, Daniel; Pane, Exson
Angelion Vol 4 No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v4i2.551

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memberi pemahaman yang jelas kepada anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) dengan menganalisis pandangan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh terhadap budaya Sabu, khususnya dalam konteks tradisi lokal yang dikenal sebagai "Pebale Rau Kattu Do Made." Dengan Metode penelitian kualitatif deskriptif, penelitian ini mengeksplorasi interaksi antara keyakinan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dan aspek-aspek budaya khas Sabu. Metode penelitian melibatkan wawancara mendalam dengan tokoh adat dan anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang tinggal di Sabu, serta observasi terhadap ritual dan praktik keagamaan yang terkait dengan "Pebale Rau Kattu Do Made." Data yang terkumpul dianalisis dengan mempertimbangkan perspektif teologis Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dan konteks budaya lokal Sabu. Temuan penelitian ini dapat memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh berinteraksi dengan dan merespons budaya Sabu, serta sejauh mana elemen-elemen budaya tersebut diintegrasikan atau disesuaikan dengan ajaran dan nilai-nilai gereja. Implikasi dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pemahaman tentang dinamika antara agama dan budaya di lingkungan multikultural.
Pandangan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Terhadap Budaya Sabu "Pebale Rau Kattu Do Made" di  Daerah NTT Udju, Daniel; Pane, Exson
Angelion Vol 4 No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v4i2.551

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memberi pemahaman yang jelas kepada anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) dengan menganalisis pandangan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh terhadap budaya Sabu, khususnya dalam konteks tradisi lokal yang dikenal sebagai "Pebale Rau Kattu Do Made." Dengan Metode penelitian kualitatif deskriptif, penelitian ini mengeksplorasi interaksi antara keyakinan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dan aspek-aspek budaya khas Sabu. Metode penelitian melibatkan wawancara mendalam dengan tokoh adat dan anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang tinggal di Sabu, serta observasi terhadap ritual dan praktik keagamaan yang terkait dengan "Pebale Rau Kattu Do Made." Data yang terkumpul dianalisis dengan mempertimbangkan perspektif teologis Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dan konteks budaya lokal Sabu. Temuan penelitian ini dapat memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh berinteraksi dengan dan merespons budaya Sabu, serta sejauh mana elemen-elemen budaya tersebut diintegrasikan atau disesuaikan dengan ajaran dan nilai-nilai gereja. Implikasi dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pemahaman tentang dinamika antara agama dan budaya di lingkungan multikultural.
Kesalehan Artifisial Dan Kesombongan Spiritual Dalam Pengkhotbah 7:16 Serta Implikasinya Terhadap Praktik Keagamaan Jemaat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Taman Harapan Seretan Timu Karwur, Hendrik Ayub; Pane, Exson
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 11 No 5.A (2025): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study explores the theological and practical meaning of the statement "Do not be overly righteous" in Ecclesiastes 7:16—an admonition often viewed as paradoxical within biblical wisdom literature. The research focuses on exegetical analysis of the original Hebrew text, historical-literary context of the Book of Ecclesiastes, and its implications for the understanding of righteousness within the context of the Seventh-day Adventist Church at Taman Harapan Seretan Timu. The research uses a qualitative approach through literature study and textual analysis. The methods include exegetical analysis of biblical texts, linguistic evaluation of key Hebrew terms, historical-critical interpretation, and contextual theological reflection to identify the relevance of the verse in modern Christian life and spirituality. The findings reveal that the phrase "overly righteous" in Ecclesiastes 7:16 does not reject genuine righteousness but rather criticizes artificial, legalistic, and self-righteous religiosity. The author of Ecclesiastes (Qoheleth) warns against religious extremism and spiritual arrogance, which can be self-destructive both psychologically and spiritually. In the Adventist tradition, these insights affirm the necessity of balanced spirituality—avoiding both legalism and spiritual complacency. This study recommends that Christians, particularly within the SDAC, cultivate authentic and reflective righteousness rooted in grace and a living relationship with God. Such understanding enriches practical theology and supports the development of a contextual, inclusive, and relevant spiritual life in today’s world..