Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KONTROVERSI SISTEM PEMILIHAN PRESIDEN SECARA LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG DITINJAU DARI SILA KE EMPAT PANCASILA Saleh, Asri Muhammad; Shaleh, Ali Ismali; Adyatma, Ilham
Mimbar Keadilan Vol 15 No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Faculty of Law, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30996/mk.v15i1.6082

Abstract

Democracy is a spirit that reflects that the people hold the highest authority in a country. Indonesia has implemented two Presidential Election systems, namely indirectly and directly (after the Reformation period). However, the phenomenon that is happening right now, the direct election of the President and Vice-President has turned out to be polemic because many parties consider it to conflict with the fourth precepts of the Pancasila. The fourth precepts value of Pancasila is interpreted as an implementation of the Presidential Election system which must be represented through the MPR institution. Related to the problem above the problem to be answered is the controversy over the presidential election system directly and indirectly in terms of the four precepts of the Pancasila. The problem was answered using the method normative legal research and analyzed qualitatively by describing, then comparing data with statutory provisions and the opinions of constitutional law experts. In this study, it was concluded that there was no contradiction between the Pancasila and the 1945 Constitution in the implementation of the Presidential election system implemented in Indonesia, both the direct and indirect presidential election system. Every democratic process based on the principle of people's sovereignty is carried out through consensus and agreement through a constitutional system based on Pancasila values. This happened in the direct Presidential election system which is the desire of the people conveyed to their representatives in the DPR.
The Meaning of Musabaqah Hif?il Qur'an for Students Who Memorize the Qur'an Nurrohim, Ahmad; Adyatma, Ilham
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 16th University Research Colloquium 2022: Bidang Pendidikan, Humaniora dan Agama
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini dilatarbelakangi dari permasalahan bahwasannya pelaksanaan Musabaqoh Hifdzil Qur’an (MHQ) masih sering menjadi perdebatan di kalangan masyarakat.Banyak masyarakat yang kontra mengenai pelaksanaan ini dikarenakan bahwaayat Al-Qur’an tidak harus diperlombakan. Bahkan para ulama maupun tokohagama pun banyak yang kontra terhadap pelaksanaan perlombaan ini, denganberalasan bahwa pembacaan Al-Qur’an atau memperlombakan al-Qur’anadalah kegiatan yang bersifat duniawi, tetapiwalaupun banyak terdapat kontra pada pelaksanaan MHQ dalam hal ini sesungguhnya MHQ dapat memberikan makna kepada para peserta lomba, salah satunya dengan meningkatnya kualitas hafalan Al-Qur’an serta merupakan sarana syiar Islam. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana makna musabaqah hifdzil qur’an bagi santri penghafal Qur’an, yang merupakan peserta didik program layanan khusus penghafal al-Qur’an Kuliyatu Tahfidzil Qur’an (KTQ) Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam, Sukoharjo. Hasil penelitian menunjukkan 100% peserta menjawab bahwa dengan mengiktui MHQ memiliki makna tersendiri, salah satunya adalah peningkatan terhadap kualitas hafalan Al Qur’an bagi santri yang mengikuti lomba. Keikutsertaan perlombaan MHQ dapat memberikan manfaat dan nilai positif yang dirasakan oleh para peserta didik KTQ Assalaam seperti banyaknya mengetahui ilmu-ilmu Al-Qur’an yang belum pernah diketahui sebelumnya, bertambahnya semangat jiwa kompetisi bagi santri, kemudian adanya pembinaan secara intensif, dan kemajuan dalam segi kualitas hafalan. Terbukti para peserta didik yang ditunjuk mengikuti MHQ dalam berbagai tingkat menunjukkan keaktifan dan kemajuan dalam kualitas hafalan mereka. Berbeda dengan peserta didik yang belum diberi kesempatan untuk mengikuti MHQ, dalam peningkatan hafalan Al-Qur’an sebab mereka yang menghafal tanpa adanya event hanya monoton dan tidak adanya pengalaman yang mengarahkan mereka sehingga tidak dapat mengetahui kesalahan dalam bacaan maupun hafalan al-Qur’annya, serta tidak adanya evaluasi dalam hafalan..