Articles
ANTARA KESEHATAN MENTAL DAN PENDIDIKAN KARAKTER: PANDANGAN KEISLAMAN TERINTEGRASI
Nurrohim, Ahmad
ATTARBIYAH: Journal of Islamic Culture and Education Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : ATTARBIYAH: Journal of Islamic Culture and Education
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (539.392 KB)
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan titik integrasi antara kesehatan jiwa dan pendidikan karakter. Dinamika studi keilmuan islam dituntut mengembangkan paradigma penyatuan ilmu keislaman dengan ilmu eksakta maupun ilmu humaniora. Penelitian ini berusaha memberikan sumbangsih di bidang ilmu pendidikan dengan mengintegrasikan dengan ilmu kesehatan mental dan ilmu tafsir. Integrasi ilmu kesehatan mental diharapkan memberikan kemapanan dalam konsepsi memahami dinamika manusia. Integrasi dengan ilmu tafsir dimaksudkan untuk menemukan orisinalitas konsep dalam islam. Harapannya, penelitian ini mampu menemukan konsep komprehesif, holistik, mendalam dan aplikatif dalam dunia pendidikan, sehingga mampu memperkaya keilmuan pendidikan di satu sisi dan memberikan solusi terbaik persoalan kemanusiaan di sisi lain. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka berjenis kualitatif. Sumber informasi penelitian ini adalah Al-Qurâan, Al-Hadis dan karya sarjana-sarjana di bidang ilmu kesehatan mental dan pendidikan karakter. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek tazkiyah nafs merupakan titik integrasi antara kesehatan jiwa dan pendidikan karakter, dalam kerangka membangun individu sehat dan berkarakter. This library research aimed to find the point of integration between mental health and character education. The dynamics of Islamic study is presecuted to develop the paradigm unity of Islamic study, exact sciences and humanities. This research try to contribute pedagogic by intergrating mental health science with Tafseer. Hopefully the intergration of mental health science gives the steady in conception in understanding of human dynamics. Integration with Tafseer meant to find originality in Islam. So this research is able to find the concept of comprehensive, holistic, in depth and applicable in the world of education.This is a qualitative research that used informaton from Al-Qurâan, Al-Hadis, books of mental health experts and character education experts. The documentation method was used to collect the data of research. This research try to reveal and to taâshil the understanding of mental, mental health and tazkiyah nafs then aplicate this understanding into character education. The result of the research indicates that tazkiyah nafs is the point of integration between mental health and character education for building healthy and characteristic individual. Kata kunci: mental, sehat mental, tazkiyah nafs
ḤIKMAH DALAM AL-QUR’AN: STUDI TEMATIK TERHADAP TAFSIR AL-MIZĀN
Nurrohim, Ahmad;
Nur Sidik, Ihsan
Profetika Jurnal Studi Islam Vol. 20, No. 2, Desember 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23917/profetika.v20i2.9954
?ikmah adalah lafazh yang terdapat di dalam Al-Qur?an, disebutkan sebanyak 18 kali di dalam 12 surahnya. ?ikmah merupakan kata yang di dalamnya terkandung makna yang mendalam. Hikmah sebagai lafazh Al-Qur?an memiliki implikasi teologis terhadap struktur makna kata, yang secara konseptual menjadikan definisi ?ikmah bersifat transendental. Tab??ab??i adalah seorang mufassir sekaligus filosof yang memiliki minat dan perhatian tinggi kepada persoalan-persoalan mistik dan filsafat. Tulisan ini bermaksud menggali makna ?ikmah perspektif Tab??ab??i, dalam kitab tafsirnya al-Miz?n fi Tafsir al-Qur?an. Tulisan ini berbasis penelitian kualitatif, dengan pendekatan filosofis, yang data penelitian dikumpulkan dengan metode dokumentasi dan dianalisa dengan analisa isi (content analysis). Hasil penelitian adalah kata ?ikmah memiliki dimensi arti berbeda-beda dalam setiap ayat-ayatnya. makna itu dapat dikategorikan menjadi tiga dimensi, yaitu: (a) secara ontologis, hikmah adalah anikmat Allah;(b) pemahaman mendalam agama adalah makna epistimologis hikmah; dan (c) hikmah sebagai ajaran kebaikan sebagai makna aksiologis.
PAKAIAN MUSLIMAH DALAM AL-QURAN: ANTARA TAFSIR HASBI ASH-SHIDDIEQY DAN QURAISH SHIHAB
Nurrohim, Ahmad;
Jannah, Hany Raudhatul
Suhuf Vol 32, No 1 (2020): MEI
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Tema pakaian muslimah selalu menarik dikaji. Perbedaan cara pandang dan pola fikir sering menghangatkan perdebatan tersebut di berbagai kalangan. Islam sendiri, dengan al-Qur’an, memiliki peran sentral dalam mengatur pola berpakaian Muslim ataupun Muslimah. Tulisan ini hendak mengkaji persamaan dan perbedaan penafsiran Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy dan Muhammad Quraish Shihab dalam karya tafsir mereka, Tafsir al-Quranul Majid an-Nûrdan Tafsir al-Misbah, terkait pakaian muslimah. Tulisan ini berbasis penelitian kualitatif dengan pendekatan tafsir. Data penelitian yang terdokumentasi dianalisa dengan metode analisa tafsir komparatif (tafsir muqaran). Penelitian yang dilakukan dibatasi pada dua ayat: Q.S. an-Nuur [24]: 31 dan Q.S. al-Ahzab [33]:59. Hasil penelitian ini adalah Hasbi ash-Shiddieqy dan Quraish Shihab memiliki kesamaan definisi khimÄr dan jilbÄb; dankeduanya berbeda pendapat dalam persoalan status hukum jilbÄb dan khimÄr bagi Muslimah.
TARJIH HADIS: STUDI KASUS TERHADAP PESANTRENVIRTUAL.COM
Nurrohim, Ahmad;
Arungga Sweta, Andri;
Yudha Pratama, Kukuh;
Romadhona, Azizah;
Khanifah Zahroh, Nuur;
Tamami, Riza;
Sya`banurrahman, Rifqi
RIWAYAH Vol 5, No 2 (2019): Riwayah : Jurnal Studi Hadis
Publisher : ilmu hadis
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21043/riwayah.v5i2.6400
Moderasi islam menjadi penting dalam menyuguhkan Islam damai di tengah arus radikalis. Tindakan Muslim, yang berbasis pada struktur kepribadian, selalu memiliki justifikasi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis. Pemahaman terhadap Al-Hadis berperan penting dalam pembentukan cakrawala tindakan Muslim, sehingga di sini teks terlihat tidak lebih esensial dari pemahaman teks itu sendiri. Meneliti website pesantrenvirtual.com, yang menisbatkan diri sebagai forum belajar islam damai, menjadi penting dalam rangka menemukan pola pemahaman moderat dalam praktek Muslim. Tulisan ini hendak menggali bentuk tarjih hadis dalam website pesantrenvirtual.com. Penelitian itu berjenis kualitatif dengan pendekatan hermeneutik. Data penelitian yang terdokumentasi dianalisa dengan metode analisa isi. Hasil penelitian ini adalah bentuk tarjih fikih dalam website pesantrenvirtual.com adalah tarjih fikih hadis, yang berpola:(a) menguatkan salah satu fikih, (b) menggabung semua fikih; dan (c) menemukan alternatif; sedangkan pemahaman Islam damai adalah pemahaman Islam yang berperspektif keseimbangan temporal dalam menterapi problematika kehidupan.
Al-Tarjih fi Al-Tafsir: antara Makna Al-Qur’an dan Tindakan Manusia
Nurrohim, Ahmad
HERMENEUTIK Vol 13, No 2 (2019): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, IAIN Kudus
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21043/hermeneutik.v13i2.6385
The reflective paper aimed to describe the urgency of the tarjih in the Qur'an interpretation. This study departs from anxiety about role of interpretation in enlighting human actions. The study based on that the Qur’an messages, its commentaries and the human actions should realize circular relations that enlighten each other and continue the dynamics of humanity. It focuses on the urgency of tarjih to enlighten human actions and how the tarjih method developed by interpreters. It is a qualitative descriptive writing by referring various related references, especially in the field of interpretation which is analyzed by the content analysis method. Its result is that the interpretation has an urgent role at theoretical and practical levels in Qur'an understanding. In addition, there are four ways in the tarjih of Qur’an interpretations, namely: tarjih with the Qur'an, tarjih with al-hadith, tarjih with language, and tarjih with context.
ANTARA KESEHATAN MENTAL DAN PENDIDIKAN KARAKTER: PANDANGAN KEISLAMAN TERINTEGRASI
Ahmad Nurrohim
ATTARBIYAH: Journal of Islamic Culture and Education Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : IAIN Salatiga
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.18326/attarbiyah.v1i2.273-302
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan titik integrasi antara kesehatan jiwa dan pendidikan karakter. Dinamika studi keilmuan islam dituntut mengembangkan paradigma penyatuan ilmu keislaman dengan ilmu eksakta maupun ilmu humaniora. Penelitian ini berusaha memberikan sumbangsih di bidang ilmu pendidikan dengan mengintegrasikan dengan ilmu kesehatan mental dan ilmu tafsir. Integrasi ilmu kesehatan mental diharapkan memberikan kemapanan dalam konsepsi memahami dinamika manusia. Integrasi dengan ilmu tafsir dimaksudkan untuk menemukan orisinalitas konsep dalam islam. Harapannya, penelitian ini mampu menemukan konsep komprehesif, holistik, mendalam dan aplikatif dalam dunia pendidikan, sehingga mampu memperkaya keilmuan pendidikan di satu sisi dan memberikan solusi terbaik persoalan kemanusiaan di sisi lain. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka berjenis kualitatif. Sumber informasi penelitian ini adalah Al-Qur’an, Al-Hadis dan karya sarjana-sarjana di bidang ilmu kesehatan mental dan pendidikan karakter. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek tazkiyah nafs merupakan titik integrasi antara kesehatan jiwa dan pendidikan karakter, dalam kerangka membangun individu sehat dan berkarakter. This library research aimed to find the point of integration between mental health and character education. The dynamics of Islamic study is presecuted to develop the paradigm unity of Islamic study, exact sciences and humanities. This research try to contribute pedagogic by intergrating mental health science with Tafseer. Hopefully the intergration of mental health science gives the steady in conception in understanding of human dynamics. Integration with Tafseer meant to find originality in Islam. So this research is able to find the concept of comprehensive, holistic, in depth and applicable in the world of education.This is a qualitative research that used informaton from Al-Qur’an, Al-Hadis, books of mental health experts and character education experts. The documentation method was used to collect the data of research. This research try to reveal and to ta’shil the understanding of mental, mental health and tazkiyah nafs then aplicate this understanding into character education. The result of the research indicates that tazkiyah nafs is the point of integration between mental health and character education for building healthy and characteristic individual. Kata kunci: mental, sehat mental, tazkiyah nafs
PAKAIAN MUSLIMAH DALAM AL-QURAN: ANTARA TAFSIR HASBI ASH-SHIDDIEQY DAN QURAISH SHIHAB
Ahmad Nurrohim;
Hany Raudhatul Jannah
Suhuf Vol 32, No 1 (2020): MEI
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Tema pakaian muslimah selalu menarik dikaji. Perbedaan cara pandang dan pola fikir sering menghangatkan perdebatan tersebut di berbagai kalangan. Islam sendiri, dengan al-Qur’an, memiliki peran sentral dalam mengatur pola berpakaian Muslim ataupun Muslimah. Tulisan ini hendak mengkaji persamaan dan perbedaan penafsiran Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy dan Muhammad Quraish Shihab dalam karya tafsir mereka, Tafsir al-Quranul Majid an-Nûrdan Tafsir al-Misbah, terkait pakaian muslimah. Tulisan ini berbasis penelitian kualitatif dengan pendekatan tafsir. Data penelitian yang terdokumentasi dianalisa dengan metode analisa tafsir komparatif (tafsir muqaran). Penelitian yang dilakukan dibatasi pada dua ayat: Q.S. an-Nuur [24]: 31 dan Q.S. al-Ahzab [33]:59. Hasil penelitian ini adalah Hasbi ash-Shiddieqy dan Quraish Shihab memiliki kesamaan definisi khimār dan jilbāb; dankeduanya berbeda pendapat dalam persoalan status hukum jilbāb dan khimār bagi Muslimah.
MAKNA KAFIR DALAM TAFSIR MUHAMMADIYAH: STUDI ANALISIS KOMPARATIF
Nurrohim Ahmad;
An-Najmi Fikri R
Profetika: Jurnal Studi Islam Vol. 22, No. 1, Juni 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23917/profetika.v22i1.14774
The controversy of kafir term for non-Muslims was debated in 2019. The debate originated from Nahdlatul Ulama National Conference that discussed kafir term is considered to contain theological violence (insult). The kafir interpretation raises various perspectives and views from Islamic institutions as Muhammadiyah. As a moderate Islamic organization in Indonesia, Muhammadiyah has its own interpretation to explain kafir in the Al-Qur'an. The institutional interpretation books written by Muhammadiyah collectively include Tafsir Al-Qoer'an Djoez ke Satoe and Tafsir At-Tanwir. This study aims to compare the meaning of kafir in the two Muhammadiyah interpretations. The data were collected using the documentary method and analyzed using the comparative analysis method. The results showed that the interpretation of the word kafir in the Muhammadiyah institutional interpretation books experienced a positive expansion from the theological meaning to the linguistic meaning.
ḤIKMAH DALAM AL-QUR’AN: STUDI TEMATIK TERHADAP TAFSIR AL-MIZĀN
Ahmad Nurrohim;
Ihsan Nur Sidik
Profetika: Jurnal Studi Islam Vol. 20, No. 2, Desember 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23917/profetika.v20i2.9954
Ḥikmah adalah lafazh yang terdapat di dalam Al-Qur’an, disebutkan sebanyak 18 kali di dalam 12 surahnya. Ḥikmah merupakan kata yang di dalamnya terkandung makna yang mendalam. Hikmah sebagai lafazh Al-Qur’an memiliki implikasi teologis terhadap struktur makna kata, yang secara konseptual menjadikan definisi ḥikmah bersifat transendental. Tabāṭabā’i adalah seorang mufassir sekaligus filosof yang memiliki minat dan perhatian tinggi kepada persoalan-persoalan mistik dan filsafat. Tulisan ini bermaksud menggali makna ḥikmah perspektif Tabāṭabā’i, dalam kitab tafsirnya al-Mizān fi Tafsir al-Qur’an. Tulisan ini berbasis penelitian kualitatif, dengan pendekatan filosofis, yang data penelitian dikumpulkan dengan metode dokumentasi dan dianalisa dengan analisa isi (content analysis). Hasil penelitian adalah kata ḥikmah memiliki dimensi arti berbeda-beda dalam setiap ayat-ayatnya. makna itu dapat dikategorikan menjadi tiga dimensi, yaitu: (a) secara ontologis, hikmah adalah anikmat Allah;(b) pemahaman mendalam agama adalah makna epistimologis hikmah; dan (c) hikmah sebagai ajaran kebaikan sebagai makna aksiologis.
Pemaknaan Hadis-Hadis Isbal oleh Kelompok Salafi Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an Harun As-Syafi’i, Yogyakarta: Analisis Teori Resepsi
Yeti Dahliana;
Ahmad Nurrohim;
Alfiyatul Azizah
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (783.426 KB)
|
DOI: 10.15575/diroyah.v5i2.11856
The figure of Prophet Muhammad is a guide and role model of the whole matters of life for the Muslims. It was starting from religious to domestic matters. Likewise, with the problem of clothing, the Prophet has been guided through his sunnah, written in the hadith. Today, some Muslims attempt to reviving the sunnah and embodying it in their life. The phenomenon of reviving the sunnah with jargon back to the Quran and Sunnah has seemed familiar to us. This paper tries to explore how the Salafi of Pondok Pesantren Tahfidz al-Qur’an Harun as-Syafi’i, Karangkajen, Yogyakarta recepties and embodies the isbal hadiths in their daily life. This research uses a qualitative descriptive method with a living hadith approach. In this research, the Salafi has the high spirit of reviving and embodying every sunnah of the Prophet. Thus, the sunnah is not only mute text, but it becomes the living hadith (in this case is non-isbal clothes). The Salafi, understanding this hadith, was obliged to Muslims wearing non-isbal clothes. This manner reflects two models of reception, namely exegetical reception and functional reception