Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

RELASI SOSIAL ANTAR CONTENT CREATOR TIKTOK PADA KALANGAN ANAK MUDA DI KOTA MEDAN Nandini Siregar, Adinda; Khair Amal, Bakhrul
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 12, No 1 (2025): NUSANTARA : JURNAL ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v12i1.2025.263-272

Abstract

Penelitian ini adalah untuk mengetahui proses terbentuknya hubungan sosial antar Content Creator melalui aplikasi Tiktok sebagai media sosialnya, mendeskripsikan bentuk hubungan sosial yang terjadi antar Content Creator pada aplikasi Tiktok sebagai media sosialnya, untuk mengetahui apa saja dampak yang dihasilkan dari adanya hubungan sosial antar Content Creator Tiktok . Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, adapun lokasi penelitian pada penelitian ini adalah di Kota Medan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan sosial antar Content Creator Tiktok Pada Kalangan Anak Muda meliputi (1) Aplikasi Tiktok menjadi media pembentuk hubungan sosial antar Content Creator Tiktok di Kota Medan yaitu adanya kolaborasi, duet dan stitch, komunitas dan hashtag, engagement. (2) bentuk hubungan sosial yang terjadi antar Content Creator Tiktok Pada Kalangan Anak Muda yaitu adanya kompetisi, dukungan dan sorakan, kerjasama pemasaran, event dan pertemuan, reaksi dan respon. (3) dampak dari adanya hubungan sosial antar Content Creator Tiktok pada kalangan anak muda yaitu adanya mendukung kreativitas, akses terhadap informasi, dapat membangun komunitas, pembelajaran dan pertumbuhan profesional.
Umang Folklore in Karo Society Around Umang Tanjung Pulo Cave of Karo District Hidayati, Dyah; Hidayat, Hidayat; Khair Amal, Bakhrul
Interdisciplinary Social Studies Vol. 2 No. 10 (2023): Special Issue
Publisher : International Journal Labs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55324/iss.v2i10.503

Abstract

Background: Karo people know Umang folklore for generations. Umang folklore is also framed in an archaeological object known as the Umang cave. The locus of this research is the area around Tanjung Pulo Umang cave, Tiganderket district, Karo regency, North Sumatra Province. The issue raised is whether Umang folklore is still known in this location, and whether the folklore is still relevant today. Aim: This research explored issues such as whether the Umang folklore is still known by the people around the Tanjung Pulo Umang cave and is the Umang folklore still relevant to the lives of the people around the Tanjung Pulo Umang cave today. Methods: This research is descriptive qualitative with an ethnographic approach. The methods used in data collection are observations, interviews, and literature studies. Findings: Umang folklore is still known around Tanjung Pulo Umang cave but is limited to people aged 40 years and over. And now the folklore is considered irrelevant anymore because of the progress of the times, education, religion, and technology.
TRADISI TURUN KARAI MASYARAKAT PESISIR DI KOTA SIBOLGA Yunita Nasution, Muzdhalifah; Khair Amal, Bakhrul
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 12, No 11 (2025): NUSANTARA : JURNAL ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v12i11.2025.4409-4415

Abstract

Tradisi Turun Karai dilaksanakan setelah bayi berusia 40 hari dan ibu telah selesai dari masa nifas serta keduanya telah suci dari hadas. Pelaksanaan tradisi ini melibatkan proses mengayunkan bayi dan memberikan nama anak, yang disertai dengan nyanyian berupa bait-bait pantun dalam bahasa pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna tradisi Turun Karai dalam kehidupan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat pesisir di Kota Sibolga dan untuk mengetahui eksistensi tradisi Turun Karai di Kota Sibolga pada masyarakat tradisional dan modern. Teori yang digunakan adalah teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons. Metode yang digunakan dalam metode ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.. Penelitian ini dilakukan di Kota Sibolga. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tradisi turun karai merupakan siklus kelahiran, memperkenalkan si anak untuk pertama kalinya menginjakkan kaki ke tanah. Didalam Tradisi turun karai juga terdapat beberapa nasehat- nasehat yang disampaikan dalam berupa nyanyian ayun-ayun tajak dimana ditujukan kepada sang anak yang usianya 40 hari setelah kelahirannya. Adapun nilai kearifan lokal pada tradisi Turun Karai, ialah nilai religius, sosial dan solidaritas,estetika, moral dan toleransi, pendidikan dan pelestarian budaya. Meskipun tradisi turun karai ini telah berlangsung lama, eksistensinya di era modern menghadapi berbagai tantangan. Globalisasi dan perkembangan teknologi informasi membawa perubahan dalam pola pikir dan gaya hidup masyarakat, terutama pada generasi muda. Hal ini dapat menyebabkanm berkurangnya minat dan pemahaman terhadap tradisi lokal seperti tradisi turun karai ini. Upaya pelestarian terus dilakukan oleh para tetua adat dan komunitas budaya setempat untuk memastikan tradisi ini tetap hidup dan diwariskan kepada generasi berikutnya
HATOBANGON: MEDIATOR PENYELESAIAN KONFLIK RUMAH TANGGA DAN PENCEGAH PERCERAIAN DI DESA BATUHULA KECAMATAN BATANGTORU Pratiwi, Amanda; Khair Amal, Bakhrul
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 12, No 7 (2025): Nusantara : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v12i7.2025.2799-2804

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor penyebab terjadinya konflik rumah tangga di Desa Batuhula, mengetahui alasan masyarakat memilih Hatobangon sebagai mediator penyelesaian konflik rumah tangga dan mencegah perceraian di Desa Batuhula, dan mengetahui alasan masyarakat memilih Hatobangon sebagai mediator penyelesaian konflik rumah tangga dan pencegah perceraian di Desa Batuhula. Penelitian ini menggunakan metode  kualitatif dengan pendekatan deskriptif dalam bidang penelitian sosial. Lokasi penelitian dilakukan di  desa Batuhula Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui  obsevasi,  wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor utama dari konflik rumah tangga yang terjadi di desa Batuhula disebabkan oleh keadaan ekonomi.  Dalam penyelesaian konflik rumah tangga Hatobangon berperan sebagi wadah bagi pasangan suami istri untuk menceritakan penyebab masalah yang terjadi. Selain itu, Hatobangon juga memiliki peran penting dalam proses mediasi penyelesaian konflik rumah tangga yaitu sebagai penasehat. Hatobangon yang memiliki karakteristik bijaksana dan dekat dengan masyarakat menjadikan lembaga adat ini dipilih oleh masyarakat untuk menjadi mediator penyelesaian konflik rumah tangga di desa Batuhula.
FUNGSI DALIHAN NA TOLU DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL: STUDI KASUS PILKADES 2021 DI DESA LUMBAN JULU, TAPANULI UTARA Lumbantoruan, Asima; Khair Amal, Bakhrul
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 12, No 7 (2025): Nusantara : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v12i7.2025.2713-2717

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami peran sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu dalam dinamika politik lokal pada Pilkades tahun 2021 di Desa Lumban Julu, Kabupaten Tapanuli Utara. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik purposive sampling, pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dalihan Na Tolu menjadi landasan sosial dan politik yang mempengaruhi strategi kampanye serta pilihan politik masyarakat. Namun, ditemukan pergeseran nilai di mana pihak boru tidak selalu mendukung hula-hula sesuai adat, mencerminkan kesadaran politik individu. Analisis menggunakan teori konflik Ralf Dahrendorf menegaskan bahwa ketegangan dalam distribusi kekuasaan mendorong perubahan sosial. Kesimpulannya, Dalihan Na Tolu tetap berfungsi sebagai perekat sosial-politik sekaligus beradaptasi dengan nilai demokrasi modern dalam transformasi politik lokal.
RELASI SOSIAL ANTAR CONTENT CREATOR TIKTOK PADA KALANGAN ANAK MUDA DI KOTA MEDAN Nandini Siregar, Adinda; Khair Amal, Bakhrul
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 12, No 1 (2025): NUSANTARA : JURNAL ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v12i1.2025.263-272

Abstract

Penelitian ini adalah untuk mengetahui proses terbentuknya hubungan sosial antar Content Creator melalui aplikasi Tiktok sebagai media sosialnya, mendeskripsikan bentuk hubungan sosial yang terjadi antar Content Creator pada aplikasi Tiktok sebagai media sosialnya, untuk mengetahui apa saja dampak yang dihasilkan dari adanya hubungan sosial antar Content Creator Tiktok . Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, adapun lokasi penelitian pada penelitian ini adalah di Kota Medan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan sosial antar Content Creator Tiktok Pada Kalangan Anak Muda meliputi (1) Aplikasi Tiktok menjadi media pembentuk hubungan sosial antar Content Creator Tiktok di Kota Medan yaitu adanya kolaborasi, duet dan stitch, komunitas dan hashtag, engagement. (2) bentuk hubungan sosial yang terjadi antar Content Creator Tiktok Pada Kalangan Anak Muda yaitu adanya kompetisi, dukungan dan sorakan, kerjasama pemasaran, event dan pertemuan, reaksi dan respon. (3) dampak dari adanya hubungan sosial antar Content Creator Tiktok pada kalangan anak muda yaitu adanya mendukung kreativitas, akses terhadap informasi, dapat membangun komunitas, pembelajaran dan pertumbuhan profesional.
LARANGAN PERKAWINAN MARPARIBAN PADA ETNIS BATAK TOBA DI GEREJA KATOLIK St. SANTO THOMAS DESA TANJUNG BERINGIN Ardi Silalahi, Carolus; Khair Amal, Bakhrul
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 12, No 6 (2025): Nusantara : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v12i6.2025.%p

Abstract

Perkawinan marpariban termasuk dalam kategori terhalang dikarenakan berada pada tingkat keempat dalam hubungan darah menyamping. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apa alasan Gereja Katolik St. Santo Thomas melegalkan perkawinan marpariban dan menganalisis bagaimana tanggapan umat katolik di Gereja Katolik St. Santo Thomas terhadap tindakan melegalkan perkawinan marpariban. Teori yang digunakan ialah teori Struktural Fungsionalisme Robert K. Merton Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Gereja Katolik St Santo Thomas Tanjung Beringin. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pernikahan marpariban dalam adat Batak Toba mengacu pada hubungan pernikahan antara dua individu yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat, seperti antara sepupu. Dalam adat Batak Toba, pernikahan pariban dianggap tabu atau dilarang dalam konteks kekerabatan darah yang erat, karena hal ini dianggap dapat melanggar norma-norma sosial dan budaya yang ada. Gereja menetapkan halangan hubungan darah untuk melindungi atau memperjuangkan nilai moral yang sangat mendasar. Umat Katolik mengikuti hierarki dan ajaran gereja dalam menanggapi legalisasi perkawinan marpariban. Ketaatan terhadap institusi gereja menjadi faktor utama dalam menerima keputusan terkait perkawinan tersebut. Meskipun dalam konteks budaya lokal perkawinan marpariban dianggap sah, Gereja Katolik melarang perkawinan marpariban karena dianggap sebagai perkawinan sedarah. Adapun Implikasi sosial dan etika dari adanya legalisasi perkawinan marpariban dapat berpengaruh pada struktur kekerabatan dan ikatan sosial dalam komunitas Batak Toba. Jika diatur dengan baik melalui dispensasi, dialog dan diskusi.