Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT ALUMINIUM PADA BETON RINGAN DENGAN TEKNOLOGI FOAM TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS Mardiyanto, Dwi; Gunawan, Purnawan; Wibowo, Wibowo
Matriks Teknik Sipil Vol 1, No 3 (2013): September 2013
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.688 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v1i3.37523

Abstract

Beton ringan dengan teknologi foam diperoleh dengan menambahkan foam agent (cairan busa) kedalam campuran beton. Bahan pembentuk foam agent dapat berupa bahan alami ataupun bahan buatan dengan tujuan untuk mengurangi berat jenis beton. Pemambahan foam agent bertujuan untuk mengurangi berat jenis beton. Kuat tarik, kuat tekan, dan modulus elastisitas beton ringan lebih rendah dibanding beton normal. Kekuatan beton ringan foam ini mempunyai kekuatan tekan antara 1 MPa sampai 15 MPa. Solusi untuk meningkatkan kuat tarik, kuat tekan, modulus elastisitas dan sifat getas yang dimiliki beton ringan yaitu dengan menambahkan serat aluminium. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan serat aluminium terhadap berat jenis, kuat tekan, kuat tarik, dan modulus elastisitas beton ringan foam berserat aluminium. Nilai kuat tekan rata-rata pada beton ringan foam tanpa serat sebesar 12,63 MPa, sedangkan pada beton ringan foam berserat aluminium dengan persentase serat 0,25%; 0,5%; dan 1% secara berurutan sebesar 15,59 MPa; 19,19 MPa; dan 16,63 MPa. Prosentase perubahan nilai kuat tekan terbesar yaitu pada penambahan kadar serat 0,5% sebesar 51,90% dibanding tanpa penambahan serat aluminium. Nilai kuat tarik belah rata-rata pada beton ringan foam tanpa serat sebesar 1,94 MPa, sedangkan pada beton ringan foam berserat aluminium dengan persentase serat 0,25%; 0,5%; dan 1% secara berurutan sebesar 2,56 MPa; 3,60 MPa; dan 3,16 MPa. Prosentase perubahan nilai kuat tarik belah terbesar yaitu pada penambahan kadar serat 0,5% sebesar 85,57% dibanding tanpa penambahan serat aluminium. Nilai modulus elastisitas rata-rata beton ringan berserat aluminium dengan persentase serat 0%, 0,25%, 0,5%, dan 1% secara berturut - turut adalah 13759 MPa; 15032 MPa; 16384 MPa; dan 16384 MPa. Prosentase perubahan nilai modulus elastisitas terbesar yaitu pada penambahan kadar serat 0,5% sebesar 19,08% dibanding tanpa penambahan serat aluminium. Sedangkan hasil perhitungan beton ringan berserat dengan rumus simple mixture rule berturut-turut adalah 17417 MPa; 18963 MPa dan 17908 MPa.
Application of the Problem Based Learning Model in Indonesian Language Learning in Elementary Schools Mardiyanto, Dwi; Wulandari, Retno Bety; Pratiwi, Veronica Unun; Nugrahaini, Farida
J-LELC: Journal of Language Education, Linguistics, and Culture Vol. 4 No. 1 (2024): J-LELC: Journal of Language Education, Linguistics, and Culture
Publisher : UIR PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/jlelc.2024.16114

Abstract

The implementation of PBL in Indonesian language learning is explained in the form of steps taken by teachers during learning as well as the problems experienced by teachers in connection with the implementation of the problem-based learning model. Problem-based learning provides opportunities for students to participate in improving communication skills, exploring information and data, collaborating in groups, and thinking critically about problems. This is because PBL often takes problems related to students' real lives. The method used in this research is descriptive qualitative type. Research data includes observations and interviews with teachers at schools. Data collection methods involve observation, interviews, and documentation. Analysis of research data was carried out using a qualitative descriptive approach through three simultaneous steps, namely data reduction, data presentation and drawing conclusions. The findings from this research indicate that the use of the PBL model in Indonesian language learning is able to provide a level of interactivity, creating simulations where students can work together and collaborate in dealing with problems that are similar or similar to real life situations.