Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perbandingan Efek Penambahan antara Klonidin (50 μg) dan Fentanyl (25 μg) sebagai Adjuvan Bupivacain Hiperbarik 0,5% 12,5 mg Intrathekal sebagai Anestesi Spinal Setiawan, Yosy Budi; Sarosa, Pandit; Widodo, Untung
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 2 No 3 (2015): Volume 2 Number 3 (2015)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v2i3.7217

Abstract

Latar belakang. Penambahan obat adjuvan pada anestesi spinal mempunyai beberapa tujuan, salah satunya adalah untuk memperpanjang durasi blok sensorik (analgesia) subarachnoid block (SAB). Klonidin merupakan salah satu obat adjuvan dalam anestesi spinal yang mempunyai efek memperkuat analgesi pada teknik blokade neuroaksial dengan cara berikatan pada reseptor adrenergik α-2 postsinaps kornu dorsalis medulla spinalis. Keuntungan klonidin di antaranya tidak menyebabkan depresi pernafasan dan pruritus, namun dapat menyebabkan hipotensi dan bradikardi. Fentanil mempunyai efek analgesi, sedasi, depresi pernafasan, dapat menyebabkan penurunan kesadaran pada dosis tinggi, serta efek samping berupa pruritus.Tujuan penelitian. Untuk mengetahui perbandingan efek penambahan klonidin 50 μg dan fentanyl 25 μg sebagai adjuvan bupivacain 0,5% hiperbarik 12,5 mg intratekal pada anestesi spinal meliputi: onsetanestesi spinal, lama kerja blok sensorik dan motorik serta efek samping seperti hipotensi, bradikardi, mual dan muntah.Metode penelitian. Rancangan penelitian menggunakan uji klinis acak terkontrol dengan pembutaan ganda. Subyek penelitian 80 pasien, usia 18-66 tahun, berat badan 40-75 kg, status fi sik ASA I & II. Pengamatan dilakukan terhadap onset SAB, durasi blok sensorik dan motorik SAB dengan metode Pinprick dan skala Bromage, serta terjadinya efek samping. Analisis data menggunakan independent samples t-testdan chi- square, bermakna bila p < 0,05, dengan tingkat kepercayaan 95%.Hasil penelitian. Diperoleh onset analgesia maksimal klonidin dibanding fentanil (8,30 ± 1,471vs 8,10 ± 1,566 menit); regresi 2 segmen (104,22 ± 22,903 vs 79,32 ± 15,714), regresi sampai segmen S2 (251,25 ± 28,233 vs 181,62 ± 33,174), dan lama kerja blok motorik (229,38 ± 35,377 vs 160,38 ± 36,557). Secara statistik terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05; p = 0,001) regresi 2 segmen, regresi sampai segmen S2, dan lama kerja blok motorik antara kelompok klonidin dan kelompok fentanil. Tidak ada perbedaan efek samping berupa hipotensi, bradikardi, dan mual-muntah pada kelompok klonidin 50 μg dan kelompok fentanyl 25 μg.Kesimpulan. Penambahan klonidin 50 μg pada bupivacain hiperbarik 0,5% 12,5 mg dapat memperpanjang blok sensorik dan motorik, serta meminimalisir efek samping dibandingkan penambahan fentanyl 25 μg pada bupivacain hiperbarik 0,5% 12,5 mg sebagai anestesi spinal.
Penatalaksanaan Anestesi Colostomy pada Pasien Atresia Ani dengan Tetralogi of Fallot (TOF) Artika, I Gusti Ngurah Rai; Pratomo, Bhirowo Yudo; Setiawan, Yosy Budi
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 3 No 3 (2016): Volume 3 Number 3 (2016)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v3i3.7260

Abstract

Insiden kejadian penyakit jantung kongenital berkisar antara 0,3% - 1,2% pada neonates. Tetralogi of fallot (TOF) merupakan penyakit jantung congenital tipe sianotik yang paling banyak didapatkan, dimana kelainannya terdiri dari defek septum ventrikel (VSD), overriding aorta, stenosis pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan (RVH). Pengelolaan anestesi pada anak dengan kelainan jantung kongenital untuk operasi non jantung memiliki suatu hal khusus yang harus diperhatikan sesuai dengan defek yang terjadi, agar tidakmemperberat kondisi penderita. Pada kasus berikut dilaporkan penatalaksanaan anestesi pada anak usia enam bulan dengan tetralogi of Fallot yang menjalani operasi kolostomi.
Efektivitas Dexamethasone 8 MG IV untuk Mencegah PONV Pasca Operasi General Anestesi Di RS PKU Muhammadiyah Gamping Zandheva, Divya; Setiawan, Yosy Budi
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v10i9.61477

Abstract

Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) merupakan komplikasi tersering dirasakan terhadap pasien yang operasi secara general anestesi. Insiden peristiwa PONV dekat 25-30% serta bisa menggapai 70% pada penderita dengan risiko besar. Dexametasone adalah glukokortikoid dengan efek mineralokortikoid sedikit dan yang umum digunakan perioperatif untuk mengurangi mual muntah pasca operasi dan memiliki efek menguntungkan sebagai analgesia pasca operasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas premedikasi Dexametasone 8 mg IV untuk mencegah PONV (Post Operative Nausea and Vomitting) terhadap pasien pasca operasi sedang dan besar secara general anestesi di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Desain pada penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental double blind dan metode penelitian Randomized Controlled Trial (RCT), dilaksanakan di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Penelitian dilakukan pada bulan November - Desember 2022. Subyek penelitian adalah 40 pasien secara general anestesi yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Penelitian dilaksanakan dengan pemberian Dexametasone secara intravena dengan persetujuan calon responden dan penelitian ini menggunakan kuesioner instrument untuk mengukur PONV yaitu menggunakan Rhodes Index Nausea Vomiting and Retching (RINVR).. Hasil penelitian dianggap signifikan apabila nilai p-value <0,05. Dari 40 responden yang diteliti, terbagi dua kelompok penelitian yaitu kelompok intervensi sebanyak 20 respnden (50%) dan kelompok tidak intervensi 20 responden (50%). Berdasarkan tingkat Post Operative Nausea and Vomitting (PONV), terdapat 26 responden (65%) yang tidak merasakan mual dan muntah dan 14 responden (35%) yang merasakan mual dan muntah. Analisis bivariate menyatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat PONV pada responden yang diberikan dan tidak diberikan tambahan injeksi Dexametasone 8 mg terhadap pasien pasca operasi sedang besar secara general anestesi di RS PKU Muhammadiyah Gamping, dengan nilai significancy yang menunjukkan nilai p=0,008 atau <0,005. Premedikasi Dexametasone 8 mg IV efektif untuk mencegah PONV terhadap pasien pasca operasi secara general anestesi di RS PKU Muhammadiyah Gamping
Differences in the Incidence of Urinary Retention in Spinal Anesthesia Between Lidocaine 2% 60mg and Buvipacaine 0.5% 10 Mg in Postoperative Patients at RS PKU Muhammadiyah Gamping Nurcartenzia, Reinascita; Setiawan, Yosy Budi
Jurnal Health Sains Vol. 6 No. 2 (2025): Journal Health Sains
Publisher : Syntax Corporation Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/jhs.v6i2.1553

Abstract

The most common regional anesthesia procedure used in various operations, especially operations on the lower abdomen and lower extremities, is spinal anesthesia. Urinary retention is a urination disorder, where the flow of urine is weak, not flowing smoothly, and there is a feeling of something remaining and dissatisfaction when urinating, resulting in discomfort. Urinary retention is one of the common complications that occurs after spinal anesthesia. This study aims to determine the comparison of the incidence of urinary retention after spinal anesthesia with lidocaine 2% 60mg and bupivacaine 0.5% 10mg. the test results showed that the p-value = 0.500 (p>0.05), so H1 was rejected and H0 was accepted, which means there is no significant relationship between the incidence of urinary retention and the anesthetic drugs lidocaine or bupivacaine. There is no significant difference regarding the incidence of urinary retention during spinal anesthesia between lidocaine 2% 60 mg and bupivacaine 0.5% 10 mg in postoperative patients at PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.