Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

The Indonesian Migrant Workers in The Shackles of Agamben's Biopolitics Point of View Rustamaji, Muhammad; Sitompul, Shalih Mangara; Khoiruddin, Aldi Rizki; Tilman, Alarico Mendonca
Jurnal Hukum Vol 41, No 3 (2025): Jurnal Hukum
Publisher : Unissula

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/jh.41.3.626-650

Abstract

The migration of Indonesian workers in search of better economic opportunities is a global phenomenon. However, behind the narratives of remittances and national development lies a grim reality of human rights abuses and systemic exploitation. While various frameworks, such as human rights. This study analyzes the persistent violence against Indonesian Migrant Workers (IMWs) in Malaysia—particularly shootings by the Malaysian Maritime Enforcement Agency—through Giorgio Agamben’s biopolitical framework. It reveals a novel application of Homo Sacer, bare life, and state of exception concepts to show how sovereign power systematically strips undocumented IMWs of political recognition (Bios), reducing them to mere biological existence (Zoe) and legitimizing extrajudicial killings without accountability. This research used normative legal research and deductive reasoning, the findings demonstrate that these acts are not incidental law enforcement excesses but a deliberate biopolitical strategy embedded in Malaysia’s state apparatus. By exposing the legal “grey zone” that enables such dehumanization, this research advances the theoretical link between Agamben’s political philosophy and migrant protection, urging a fundamental rethinking of legal and diplomatic responses to dismantle the biopolitical logic that normalizes violence, exclusion and negates the presumption of innocence. Through Agamben's optic, the shooting of Indonesian Migrant Workers by Malaysian Maritime Enforcement Agency or Royal Malaysia Police is not just a case of ordinary human rights violations, but also a manifestation of how the modern state creates homo sacer.
MENGADILI PERKARA NE BIS IN IDEM Khoiruddin, Aldi Rizki; Rustamaji, Muhammad; Faisal, Faisal
Jurnal Yudisial Vol. 16 No. 1 (2023): NIETIG
Publisher : Komisi Yudisial RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29123/jy.v16i1.570

Abstract

Asas ne bis in idem membuat pengadilan dilarang dua kali menjatuhkan putusan terhadap perkara yang sama. Hal ini agar putusan yang dijatuhkan tidak melanggar hak asasi manusia. Putusan Kasasi Nomor 957 K/PID.SUS/2018 adalah salah satu putusan terhadap perkara yang mengandung ne bis in idem, setelah ditemukannya dokumen BA-17 yang diterbitkan Kejaksaan Negeri Manado sebagai berita acara eksekusi putusan pada pengadilan tingkat pertama. Secara teoritis, perkara yang telah berkekuatan hukum tetap dilarang diadili kembali. Penelitian ini bertujuan untuk mengulas, apakah Putusan Nomor 957 K/PID.SUS/2018 merupakan putusan atas upaya hukum kasasi pada perkara ne bis in idem. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat preskriptif, dan terapan dengan pendekatan studi kasus (case study). Hasil temuan dari penelitian ini adalah adanya kekhilafan hakim dalam mengadili perkara ne bis in idem pada tingkat banding dan kasasi. Peninjauan kembali adalah upaya hukum yang dapat dilakukan untuk memperoleh secercah keadilan terhadap putusan hakim tersebut.