Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis preferensi pasangan generasi Z dalam memanfaatkan media digital sebagai alat pendidikan anak di Desa Sangubanyu, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif berdesain studi kasus, penelitian ini dilaksanakan pada Januari-April 2025. Temuan menunjukkan bahwa platform seperti YouTube dan Instagram menjadi pilihan utama, digunakan selama 30-45 menit per sesi sebanyak tiga kali sehari. Konten edukatif seperti video dari channel "Nusa dan Rara," CoComelon Bahasa Indonesia, serta animasi pendek di Instagram banyak dipilih karena sifatnya yang interaktif, atraktif, dan mudah dipahami oleh anak-anak. Para orang tua mengakui bahwa penggunaan media ini dapat meningkatkan kemampuan berbicara, mengenal huruf hijaiyah, serta memahami nilai-nilai moral melalui kisah para nabi. Namun, penggunaan media digital membawa tantangan, seperti risiko kecanduan gadget yang dapat mengganggu aktivitas fisik, kesehatan mata, dan interaksi sosial anak. Pengeluaran bulanan untuk paket data internet juga menjadi beban tambahan bagi keluarga pedesaan. Dengan mengacu pada teori 7 Habits of Highly Effective People , temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pasangan generasi Z mulai menerapkan habit seperti be proactive dalam memilih konten edukatif, begin with the end in mind dalam menentukan tujuan pendidikan anak, serta put first things first dalam mengatur waktu penggunaan gadget. Meskipun demikian, masih diperlukan pembinaan lebih lanjut agar kebiasaan efektif lainnya seperti think win-win dan synergize dapat terbentuk dalam pola asuh berbasis digital. Kontribusi penelitian ini terletak pada pemahaman mendalam tentang pola penggunaan media digital oleh generasi Z di pedesaan, serta rekomendasi praktis bagi pendidikan anak untuk merencanakan penggunaan konten digital secara bijak. Rekomendasi ini meliputi pembatasan waktu akses, pemilihan konten berkualitas, dan pencarian alternatif pendidikan yang tidak sepenuhnya bergantung pada teknologi sehingga manfaatnya dapat dioptimalkan tanpa mengorbankan kesejahteraan anak.