Aziz Azirin Asandhi
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Respons Kentang Olahan Klon 095 terhadap Pemupukan Nitrogen dan Kalium Asandhi, Aziz Azirin; Rosliani, Rini
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 3 (2005): September 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dosis pupuk nitrogen dan kalium sangat berpengaruh terhadap hasil dan mutu umbi kentang. Oleh karena itu dosis pupuk nitrogen dan kalium yang selama ini direkomendasikan untuk kentang sayur perlu ditinjau kembali. Untuk maksud tersebut percobaan pemupukan telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan adalah kombinasi dosis pupuk nitrogen, yaitu 225 kg N/ha, 180 kg N/ha (standar RIV 1995) dan 135 kg N/ha dengan dosis dan sumber pupuk kalium, yaitu 150 kg K2O/ha dan 200 kg K2O/ha dari KCl, 150 kg K2O/ha, dan 200 kg K2O/ha dari K2SO4. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk nitrogen yang dikombinasikan dengan kalium tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan, hasil, dan kadar gula reduksi tanaman kentang olahan klon 095. Dengan demikian pemberian pupuk N pada tanaman kentang klon 095 dapat dikurangi dari 180 kg/ha menjadi 135 kg/ha dan dapat dikombinasikan dengan pupuk kalium 150 kg K2O/ha baik berasal dari KCl maupun K2SO4 kadar 150 kg K2O/ha.Response of processing potato clone 095 to nitrogen and potash fertilizers application. Dosage of nitrogen and potash fertilizers significantly affect yield and quality of potato tubers. Therefore, fertilizers dosages that was recommended for table potato need to be reconsidered for processing potato. For that purpose, an experiment of fertilizers application has been conducted at experimental farm of IVEGRI by using randomized complete block design with three replicates. The treatments were combination between nitrogen dosages, i.e. 225 kg/ha, 180 kg/ha, and 135 kg/ha with dosage and source of potash fertilizer of 150 kg K2O/ha and 200 kg K2O/ha from KCl, 150 kg K2O/ha, and 200 kg K2O/ha from K2SO4. The results showed that application of nitrogen combined with potash did not affect the growth, yield, and reducing sugar content of processing potato clone 095. Therefore, the dosage of nitrogen fertilizer for processing potato clone 095 can be reduced from 180 kg/ha to 135 kg N/ha and could be combined with potash fertlizer at 150 kg K2O/ha either from KCl or K2SO4 at 150 kg K2O/ha.
Optimasi Pupuk dalam Usahatani LEISA Bawang Merah di Dataran Rendah Asandhi, Aziz Azirin; Nurtika, Nunung; Sumarni, Nani
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 3 (2005): September 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Usahatani bawang merah telah dianggap menggunakan input bahan kimia sintetik terlalu tinggi, sehingga perlu dicari teknologi alternatif yang lebih ramah lingkungan dengan mengganti sebagian input kimia sintetik dengan bahan alami, seperti bahan organik. Untuk itu, diadakan kegiatan penelitian di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana dari bulan Juni sampai dengan September 2003 menggunakan bawang merah varietas bangkok warso yang ditanam dengan jarak 17x17 cm. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan macam pupuk organik dan dosis pupuk NPK untuk meningkatkan hasil sayuran dalam usahatani Leisa di dataran rendah. Rancangan percobaan menggunakan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuannya adalah kombinasi jenis pupuk organik (Oo = tanpa pupuk organik, O1= kompos ampas tebu dan O2 = bokasi jerami) dengan dosis pupuk NPK (Po = 0 kg/ha; P1 = 375 kg/ha; P2 = 750 kg/ha; P3 = 1.125 kg/ha, dan P4 = 1.500 kg/ha). Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada tanaman yang tidak diberi bahan organik, penggunaan pupuk NPK (15-15-15) kadar 375 kg/ha sudah meningkatkan bobot basah dan bobot kering bawang merah secara nyata. Pada tanaman yang diberi bahan organik ampas tebu, pemupukan NPK (15-15-15) dosis 375 kg/ha sudah memberikan kenaikan hasil bawang merah baik bobot basah maupun bobot kering secara nyata. Sedang penggunaan bahan organik bokasi jerami dengan pupuk NPK (15-15-15) dosis 375 kg/ha hanya meningkatkan bobot basah hasil bawang merah secara nyata.Optimization of vegetable production input in lowland under LEISA system. Production of shallot has been considered to use high chemical synthetic input, so there is a need to look for an alternative technology which is more environmentally safe by replacing some chemicals input with natural product such as organic matters. The experiment has been conducted in Kemukten, Kersana, Brebes from June up to September 2003 by using shallot variety bangkok warso that was planted at planting distance of 17x17 cm. The objective of this experiment was to find out kind of organic manure and dosage of NPK to increase yield of shallot under LEI SA system. The experimental arranged in a randomized complete block design with three replications. The treatments were the combination between kind of organic matters without organic matter, sugarcane waste, and fermented rice straw) with dosages of NPK (0 kg/ha; 375 kg/ha; 750 kg/ha; 1,125 kg/ha; and 1,500 kg/ha). The results showed that shallot plantation without organic matters combined with 375 kg/ha NPK (15-15-15) could improve fresh and dry crops weight significantly. The application of sugarcane waste in combination with 375 kg/ha NPK (15-15-15), significantly increased fresh and dry weight of the harvested crops, while application of fermented rice straw organic matters in combination with 375 kg/ha NPK (15-15-15) just improved the yield in term of fresh crops weight significantly.
Pengendalian Kutu Kebul dan Nematoda Parasitik Secara Kultur Teknik pada Tanaman Kentang Setiawati, Wiwin; Asandhi, Aziz Azirin; Marwoto, Budi; Sumantri, A; Hermawan, -
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 4 (2005): Desember 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bemisia tabaci dan Meloidogyne spp. merupakan OPT penting pada tanaman kentang. Pengendalian secara kultur teknik merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah OPT tersebut. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang sejak bulan Juni sampai dengan Nopember 2002. Tujuan penelitian adalah mengetahui efektivitas pengendalian B. tabaci dan Meloidogyne spp. secara kultur teknik pada tanaman kentang agar aman dikonsumsi dan ramah lingkungan. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan 4 ulangan. Sebagai petak utama adalah pengelolaan tanah yang terdiri atas tanpa solarisasi dan tanpa subsoiling serta solarisasi dan subsoiling. Sebagai anak petak adalah sistem tanam, yang terdiri atas kentang monokultur, kentang–bawang daun, kentang–tagetes, dan kentang–lobak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian OPT secara kultur teknik (pengelolaan tanah dan sistem tanam) dapat menekan populasi OPT penting pada tanaman kentang. Tumpangsari antara kentang-bawang daun, kentang–tagetes, dan kentang–lobak dapat menekan serangan hama B. tabaci, M. persicae, P. operculella, dan T. palmi, serta nematoda Meloidogyne spp. pada tanaman kentang, sementara perlakuan subsoiling dan solarisasi serta tumpangsari antara tanaman kentang dengan tagetes dapat menekan populasi hama B. tabaci, M. persicae, P. operculella, dan T. palmi, masing–masing sebesar 46,25; 78,65; 31,48, dan 35,38%. Di samping itu, perlakuan subsoiling dan solarisasi serta tumpangsari antara tanaman kentang dengan tagetes dapat menekan populasi nematoda Meloidogyne spp. dan nematoda lainnya seperti Rotylenchulus sp, Helicotylenchus sp, Tylenchulus sp., Xiphynema sp., dan Trichodorus sp pada tanaman kentang, dengan hasil panen cukup tinggi yang berkisar antara 9,36–10,05 t/ha. Pengelolaan tanah dan penggunaan tanaman yang bersifat antagonis dan perangkap di dalam sistem tumpangsari, ternyata dapat mengurangi kepadatan populasi OPT pada tanaman kentang.Cultural practices control technique of whitefly and parasitic nematode on potato. Bemisia tabaci and Meloidogyne spp. are important pests on potato. Cultural practices are alternative control to these pests. The study was conducted at Indonesian Vegetables Research Institute (IVEGRI) from June to November 2002. The purpose of this experiment was to determine effectiveness of cultural practices control technique for B. tabaci and Meloidogyne spp. nematode which environmental and food safety concern. Split plot design was used in this experiment with 4 replications. Soil management was used as main plot, consisted of without solarization and without subsoiling; and solarization and subsoiling. Cropping system used as subplot were potato monocrop, potato–buncing onion, potato–marigold and potato–radish. The results showed that cultural practices control (soil management and cropping system) could reduce population of pests on potato. Population of pests such as B. tabaci, M. persicae, P. operculella, T. palmi, and nematode were lower on cropping system between potato–buncing onion, potato–marigold, and potato–radish. The use of subsoiling, solarization and cropping system between potato and marigold could reduce population of B. tabaci, M. persicae, P. operculella, T. palmi up to 46.25, 78.65, 31.48, and 35.38% respectively. The used of subsoiling, solarization, and cropping system between potato and marigold suppressed population of Meloidogyne spp. and other nematoda such as Rotylenchulus sp., Helicotylenchus sp., Tylenchulus sp., Xiphynema sp., and Trichodorus sp. on potato and gave the highest yield up to 9.36–10.05 t/ha compared with other treatments. Soil management and the used of antagonistic or trap crop in cropping system could effectively retard the population of pest and deseases on patato.
Respons Kentang Olahan Klon 095 terhadap Pemupukan Nitrogen dan Kalium Aziz Azirin Asandhi; Rini Rosliani
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 3 (2005): September 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v15n3.2005.p%p

Abstract

Dosis pupuk nitrogen dan kalium sangat berpengaruh terhadap hasil dan mutu umbi kentang. Oleh karena itu dosis pupuk nitrogen dan kalium yang selama ini direkomendasikan untuk kentang sayur perlu ditinjau kembali. Untuk maksud tersebut percobaan pemupukan telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan adalah kombinasi dosis pupuk nitrogen, yaitu 225 kg N/ha, 180 kg N/ha (standar RIV 1995) dan 135 kg N/ha dengan dosis dan sumber pupuk kalium, yaitu 150 kg K2O/ha dan 200 kg K2O/ha dari KCl, 150 kg K2O/ha, dan 200 kg K2O/ha dari K2SO4. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk nitrogen yang dikombinasikan dengan kalium tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan, hasil, dan kadar gula reduksi tanaman kentang olahan klon 095. Dengan demikian pemberian pupuk N pada tanaman kentang klon 095 dapat dikurangi dari 180 kg/ha menjadi 135 kg/ha dan dapat dikombinasikan dengan pupuk kalium 150 kg K2O/ha baik berasal dari KCl maupun K2SO4 kadar 150 kg K2O/ha.Response of processing potato clone 095 to nitrogen and potash fertilizers application. Dosage of nitrogen and potash fertilizers significantly affect yield and quality of potato tubers. Therefore, fertilizers dosages that was recommended for table potato need to be reconsidered for processing potato. For that purpose, an experiment of fertilizers application has been conducted at experimental farm of IVEGRI by using randomized complete block design with three replicates. The treatments were combination between nitrogen dosages, i.e. 225 kg/ha, 180 kg/ha, and 135 kg/ha with dosage and source of potash fertilizer of 150 kg K2O/ha and 200 kg K2O/ha from KCl, 150 kg K2O/ha, and 200 kg K2O/ha from K2SO4. The results showed that application of nitrogen combined with potash did not affect the growth, yield, and reducing sugar content of processing potato clone 095. Therefore, the dosage of nitrogen fertilizer for processing potato clone 095 can be reduced from 180 kg/ha to 135 kg N/ha and could be combined with potash fertlizer at 150 kg K2O/ha either from KCl or K2SO4 at 150 kg K2O/ha.
Pengendalian Kutu Kebul dan Nematoda Parasitik Secara Kultur Teknik pada Tanaman Kentang Wiwin Setiawati; Aziz Azirin Asandhi; Budi Marwoto; A Sumantri; - Hermawan
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 4 (2005): Desember 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v15n4.2005.p%p

Abstract

Bemisia tabaci dan Meloidogyne spp. merupakan OPT penting pada tanaman kentang. Pengendalian secara kultur teknik merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah OPT tersebut. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang sejak bulan Juni sampai dengan Nopember 2002. Tujuan penelitian adalah mengetahui efektivitas pengendalian B. tabaci dan Meloidogyne spp. secara kultur teknik pada tanaman kentang agar aman dikonsumsi dan ramah lingkungan. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan 4 ulangan. Sebagai petak utama adalah pengelolaan tanah yang terdiri atas tanpa solarisasi dan tanpa subsoiling serta solarisasi dan subsoiling. Sebagai anak petak adalah sistem tanam, yang terdiri atas kentang monokultur, kentang–bawang daun, kentang–tagetes, dan kentang–lobak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian OPT secara kultur teknik (pengelolaan tanah dan sistem tanam) dapat menekan populasi OPT penting pada tanaman kentang. Tumpangsari antara kentang-bawang daun, kentang–tagetes, dan kentang–lobak dapat menekan serangan hama B. tabaci, M. persicae, P. operculella, dan T. palmi, serta nematoda Meloidogyne spp. pada tanaman kentang, sementara perlakuan subsoiling dan solarisasi serta tumpangsari antara tanaman kentang dengan tagetes dapat menekan populasi hama B. tabaci, M. persicae, P. operculella, dan T. palmi, masing–masing sebesar 46,25; 78,65; 31,48, dan 35,38%. Di samping itu, perlakuan subsoiling dan solarisasi serta tumpangsari antara tanaman kentang dengan tagetes dapat menekan populasi nematoda Meloidogyne spp. dan nematoda lainnya seperti Rotylenchulus sp, Helicotylenchus sp, Tylenchulus sp., Xiphynema sp., dan Trichodorus sp pada tanaman kentang, dengan hasil panen cukup tinggi yang berkisar antara 9,36–10,05 t/ha. Pengelolaan tanah dan penggunaan tanaman yang bersifat antagonis dan perangkap di dalam sistem tumpangsari, ternyata dapat mengurangi kepadatan populasi OPT pada tanaman kentang.Cultural practices control technique of whitefly and parasitic nematode on potato. Bemisia tabaci and Meloidogyne spp. are important pests on potato. Cultural practices are alternative control to these pests. The study was conducted at Indonesian Vegetables Research Institute (IVEGRI) from June to November 2002. The purpose of this experiment was to determine effectiveness of cultural practices control technique for B. tabaci and Meloidogyne spp. nematode which environmental and food safety concern. Split plot design was used in this experiment with 4 replications. Soil management was used as main plot, consisted of without solarization and without subsoiling; and solarization and subsoiling. Cropping system used as subplot were potato monocrop, potato–buncing onion, potato–marigold and potato–radish. The results showed that cultural practices control (soil management and cropping system) could reduce population of pests on potato. Population of pests such as B. tabaci, M. persicae, P. operculella, T. palmi, and nematode were lower on cropping system between potato–buncing onion, potato–marigold, and potato–radish. The use of subsoiling, solarization and cropping system between potato and marigold could reduce population of B. tabaci, M. persicae, P. operculella, T. palmi up to 46.25, 78.65, 31.48, and 35.38% respectively. The used of subsoiling, solarization, and cropping system between potato and marigold suppressed population of Meloidogyne spp. and other nematoda such as Rotylenchulus sp., Helicotylenchus sp., Tylenchulus sp., Xiphynema sp., and Trichodorus sp. on potato and gave the highest yield up to 9.36–10.05 t/ha compared with other treatments. Soil management and the used of antagonistic or trap crop in cropping system could effectively retard the population of pest and deseases on patato.
Optimasi Pupuk dalam Usahatani LEISA Bawang Merah di Dataran Rendah Aziz Azirin Asandhi; Nunung Nurtika; Nani Sumarni
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 3 (2005): September 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v15n3.2005.p%p

Abstract

Usahatani bawang merah telah dianggap menggunakan input bahan kimia sintetik terlalu tinggi, sehingga perlu dicari teknologi alternatif yang lebih ramah lingkungan dengan mengganti sebagian input kimia sintetik dengan bahan alami, seperti bahan organik. Untuk itu, diadakan kegiatan penelitian di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana dari bulan Juni sampai dengan September 2003 menggunakan bawang merah varietas bangkok warso yang ditanam dengan jarak 17x17 cm. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan macam pupuk organik dan dosis pupuk NPK untuk meningkatkan hasil sayuran dalam usahatani Leisa di dataran rendah. Rancangan percobaan menggunakan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuannya adalah kombinasi jenis pupuk organik (Oo = tanpa pupuk organik, O1= kompos ampas tebu dan O2 = bokasi jerami) dengan dosis pupuk NPK (Po = 0 kg/ha; P1 = 375 kg/ha; P2 = 750 kg/ha; P3 = 1.125 kg/ha, dan P4 = 1.500 kg/ha). Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada tanaman yang tidak diberi bahan organik, penggunaan pupuk NPK (15-15-15) kadar 375 kg/ha sudah meningkatkan bobot basah dan bobot kering bawang merah secara nyata. Pada tanaman yang diberi bahan organik ampas tebu, pemupukan NPK (15-15-15) dosis 375 kg/ha sudah memberikan kenaikan hasil bawang merah baik bobot basah maupun bobot kering secara nyata. Sedang penggunaan bahan organik bokasi jerami dengan pupuk NPK (15-15-15) dosis 375 kg/ha hanya meningkatkan bobot basah hasil bawang merah secara nyata.Optimization of vegetable production input in lowland under LEISA system. Production of shallot has been considered to use high chemical synthetic input, so there is a need to look for an alternative technology which is more environmentally safe by replacing some chemicals input with natural product such as organic matters. The experiment has been conducted in Kemukten, Kersana, Brebes from June up to September 2003 by using shallot variety bangkok warso that was planted at planting distance of 17x17 cm. The objective of this experiment was to find out kind of organic manure and dosage of NPK to increase yield of shallot under LEI SA system. The experimental arranged in a randomized complete block design with three replications. The treatments were the combination between kind of organic matters without organic matter, sugarcane waste, and fermented rice straw) with dosages of NPK (0 kg/ha; 375 kg/ha; 750 kg/ha; 1,125 kg/ha; and 1,500 kg/ha). The results showed that shallot plantation without organic matters combined with 375 kg/ha NPK (15-15-15) could improve fresh and dry crops weight significantly. The application of sugarcane waste in combination with 375 kg/ha NPK (15-15-15), significantly increased fresh and dry weight of the harvested crops, while application of fermented rice straw organic matters in combination with 375 kg/ha NPK (15-15-15) just improved the yield in term of fresh crops weight significantly.