Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON DENGAN SELF-ESTEEM PADA REMAJA PENGGUNA TIK TOK LUSIANA, VINA
KNOWLEDGE: Jurnal Inovasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Vol. 3 No. 4 (2023)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/knowledge.v3i4.2705

Abstract

TikTok has many features that can be used, one of which is the posting and browsing features. This activity can be a space to present oneself and see others. By presenting yourself on social media, you will get positive responses from other people which will increase the individual's self-esteem. Also, using TikTok can enable users to carry out social comparisons. The relationship between Social Comparison and Self-esteem on social media, several studies have revealed that there is a relationship between Social Comparison and Self-esteem, but there are also several studies that do not show the full relationship. Then, not much research has examined TikTok media. Therefore, researchers are interested in studying further about the relationship between Social Comparison and Self-esteem among teenage TikTok users, especially conducting a survey of high school students aged 16-19 years. In this research, correlation is used to see the relationship between the Social Comparison variable and Self-esteem. To analyze questionnaire data, several steps are carried out, namely: Validity, Reliability and Normality Tests. The results of this research show that the higher the Social Comparison, the lower the Self-esteem of SMAI Nurul Fikri Boarding School Lembang students who use TikTok. Likewise, the lower the Social Comparison, the higher the Self-esteem of SMAI Nurul Fikri Boarding School Lembang students. Based on the normality test, our data is normally distributed. Furthermore, based on the linearity test, we can conclude that the significance value is >0.05. So, based on the results of the hypothesis analysis, it was found that there is an influence between Social Comparison and Self-esteem among SMAI Nurul FIkri Boarding School Lembang students, especially among TikTok users ABSTRAKTikTok memiliki banyak fitur yang dapat digunakan, salah satunya fitur posting dan browsing. Aktivitas ini dapat menjadi ruang untuk menampilkan dirinya dan melihat orang lain. Dengan menampilkan diri di media sosial akan mendapatkan tanggapan positif dari orang lain yang akan meningkatkan Self-esteem individu, juga dengan menggunakan TikTok dapat memungkinkan penggunanya untuk melakukan Social Comparison. Hubungan antara Social Comparison dengan Self-esteem di media sosial, beberapa penelitian mengungkapkan terdapat hubungan antara Social Comparison dengan Self-esteem namun juga ada beberapa penelitian yang tidak menunjukan hubungan secara penuh. Kemudian, belum banyak penelitian yang meneliti media TikTok. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang bagaimana hubungan antara Social Comparison dengan Self-esteem pada remaja pengguna TikTok khususnya melakukan survey kepada siswa SMA dengan kisaran usia 16-19 tahun. Pada penelitian ini korelasi digunakan untuk melihat adanya hubungan antara variabel Social Comparison dengan Self-esteem. Untuk analisa data angket maka dilakukan beberapa langkah yaitu: Uji Validitas, Reabilitas dan uji normalitas. Hasil penelitian ini menunjukan semakin tinggi Social Comparison maka akan semakin rendah Self-esteem pada siswa SMAI Nurul Fikri Boarding School Lembang yang menggunakan TikTok tersebut. Begitupun sebaliknya semakin rendah Social Comparison maka akan semakin tinggi Self-esteem siswa SMAI Nurul Fikri Boarding School Lembang. Berdasarkan uji normalitas data kami berdistribusi normal. Selanjutnya berdasarkan uji linearitas kami dapat simpulkan bahwa nilai signifikansinya >0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Jadi berdasarkan hasil analisis hipotesa ditemukan bahwa adanya pengaruh antara Social Comparison dengan Self-esteem pada kalangan siswa SMAI Nurul FIkri Boarding School Lembang khususnya bagi pengguna tiktok.
PENGARUH SELF COMPASSION DENGAN BODY DISSATISFACTION PADA MAHASISWA ABI FISB IWU LUSIANA, VINA; SAPUTRA, BANYU
HEALTHY : Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 1 (2024)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/healthy.v3i1.2833

Abstract

Body Dissatisfaction problems are caused by wrong views and self-judgments. This assessment usually takes the form of a view that the individual has experienced weight gain which causes their body to deviate from the image of the "ideal body shape". So many teenagers like to compare themselves with other people, the ability of Self Compassion can reduce comparing behavior which can lead to dissatisfaction with body shape. Researchers are interested in knowing the relationship between Self Compassion because it is considered as one of the factors that can reduce Body Dissatisfaction seen from the demands of its developmental tasks. The initial hypothesis was that the higher the sense of Self Compassion, the smaller the sense of Body Dissatisfaction. Vice versa. If the sense of Self Compassion is smaller. then the feeling of Body Dissatisfaction will be greater. The research that will be applied to answer the hypothesis is quantitative research which aims to analyze the relationship between Self Compassion and Body Dissatisfaction. In this study, correlation was used to see the relationship between the variables Self Compassion and Body Dissatisfaction. To analyze questionnaire data, several steps are carried out, namely: Validity, Reliability and Normality Tests. Tests using linear regression analysis show that Self Compassion is able to significantly predict the Body Dissatisfaction variable. If we look at the results of the correlation test, the correlation between the variables Self Compassion and Body Dissatisfaction shows a figure of 0.83. This figure shows a perfect correlation. Based on the results of the regression test, the R Square value was obtained which explains the ability of the Self Compassion (X) variable in predicting the value of the Body Dissatisfaction (Y) variable of 0.0332 or 3.3% indicating the contribution made by Self Compassion with Body Dissatisfaction). For the F test, the significance value is 0.91 > 0.05, so it is accepted and H0 is rejected. The decision is that the probability number from the calculation results is 0.270, the probability number is 0.270 > 0.05, then H1 is accepted and H0 is rejected. So based on the results of the hypothesis analysis, it was found that there was no significant influence between the Self Compassion variable and a decrease in Body Dissatisfaction (Y) in ABI FISB IWU students. ABSTRAKPermasalahan Body Dissatisfaction disebabkan oleh pandangan serta penilaian diri yang keliru. Penilaian tersebut biasanya berupa pandangan bahwa individu telah mengalami kenaikan berat badan yang menjadikan tubuhnya menyimpang dari gambaran “bentuk tubuh ideal”. Sehingga banyak remaja yang suka membandingkan dirinya dengan orang lain, adanya kemampuan Self Compassion yang mampu mengurangi perilaku membanding-bandingkan yang dapat mengarah pada munculnya ketidakpuasan bentuk tubuh. Peneliti tertarik mengetahui hubungan antara Self Compassion karena dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat mengurangi Body Dissatisfaction dilihat dari tuntutan tugas perkembangannya. Hipotesis awal dianggap semakin tinggi rasa Self Compassion, maka rasa Body Dissatisfaction akan semakin kecil. Begitu pula sebaliknya. Apabila rasa Self Compassion lebih kecil. maka rasa Body Dissatisfaction akan semakin besar. Penelitian yang akan diterapkan untuk menjawab hipotesis adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara Self Compassion dengan Body Dissatisfaction. Pada penelitian ini korelasi digunakan untuk melihat adanya hubungan antara variabel Self Compassion dengan Body Dissatisfaction. Untuk analisa data angket maka dilakukan beberapa langkah yaitu: Uji Validitas, Reabilitas dan uji normalitas. Pengujian menggunakan analisis regresi linear menunjukkan bahwa Self Compassion mampu memprediksi secara signifikan variabel Body Dissatisfaction. Jika dilihat dari hasil uji korelasi, maka korelasi antara variabel Self Compassion dengan Body Dissatisfaction menunjukkan angka sebesar 0,83. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sempurna. Berdasarkan hasil uji regresi diperoleh nilai R Square yang menjelaskan kemampuan variabel Self Compassion (X) dalam memprediksi nilai variabel Body Dissatisfaction (Y) sebesar 0,0332 atau 3,3% menunjukkan kontribusi yang disumbangkan Self Compassion dengan Body Dissatisfaction). Untuk Uji F nilai signifikansi 0,91 > 0,05 maka diterima dan H0 ditolak. Keputusannya yaitu angka probabilitas dari hasil perhitungan adalah sebesar 0,270, angka probabilitas 0,270 > 0,05, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Jadi berdasarkan hasil analisis hipotesa ditemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Self Compassion dengan penurunan Body Dissatisfaction (Y) pada mahasiswa ABI FISB IWU.
MODEL MATEMATIKA SEIT UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT DIABETES NON GENETIK ADELINDRA, MERRY; LUSIANA, VINA
KNOWLEDGE: Jurnal Inovasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Vol. 4 No. 4 (2024)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/knowledge.v4i4.3942

Abstract

The SEIT (Susceptible-Exposed-Infected-Treatment) mathematical model for the spread of non-genetic diabetes, or type 2 diabetes, was developed to analyze the dynamics of the disease in a population. Type 2 diabetes is caused by insulin resistance and can lead to serious complications. In this model, it is assumed that the population is constant, with no genetic factors or migration, and infected individuals cannot be cured, but can receive treatment to extend their life. The SEIT model forms a system of differential equations that describes the changes within the Susceptible (S), Exposed (E), Infected (I), and Treatment (T) compartments. The model's analysis includes determining the disease-free equilibrium point, where the entire population is in the susceptible (S) compartment with no exposed, infected, or treated individuals, and the endemic equilibrium point, where all compartments maintain a balance. Stability analysis using the Jacobian matrix shows that the disease-free equilibrium is asymptotically stable. The basic reproduction number (R?) is calculated using the next-generation matrix approach and serves as an indicator of equilibrium stability. If R? ? 1, the model has only a stable disease-free equilibrium, but if R? > 1, a stable endemic equilibrium will be established. ABSTRAKModel matematika SEIT (Susceptible-Exposed-Infected-Treatment) untuk penyebaran diabetes non-genetik, atau diabetes tipe 2 dikembangkan guna menganalisis dinamika penyakit dalam populasi. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin dan dapat menimbulkan komplikasi yang serius. Dalam model ini, diasumsikan bahwa populasi bersifat konstan tanpa adanya faktor genetik atau migrasi dan individu yang terinfeksi tidak dapat sembuh, tetapi dapat menjalani perawatan untuk memperpanjang hidup. Model SEIT ini membentuk sistem persamaan diferensial yang menggambarkan perubahan dalam kompartemen Susceptible (S), Exposed (E), Infected (I), dan Treatment (T). Analisis terhadap model mencakup penentuan titik ekuilibrium bebas penyakit, yaitu ketika seluruh populasi berada dalam kompartemen rentan (S) tanpa individu yang terpapar, terinfeksi, atau dalam perawatan, serta titik ekuilibrium endemik, di mana terdapat keseimbangan di semua kompartemen. Analisis kestabilan menggunakan matriks Jacobian menunjukkan bahwa titik ekuilibrium bebas penyakit stabil secara asimtotik. Bilangan reproduksi dasar (R?) dihitung melalui pendekatan matriks generasi berikutnya dan berfungsi sebagai indikator kestabilan titik ekuilibrium. Jika R? ? 1, model hanya memiliki titik ekuilibrium bebas penyakit yang stabil, tetapi jika R? > 1, maka titik ekuilibrium endemik yang stabil akan terbentuk.
MODEL MATEMATIKA SVEIQHR–SEI UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT CACAR MONYET: INTEGRASI STRATEGI VAKSINASI DAN INTERAKSI MANUSIA–HEWAN Lusiana, Vina; Saputra, Banyu
SCIENCE : Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/science.v5i3.6834

Abstract

Monkeypox is a zoonotic disease with the potential to cause outbreaks in humans, especially in areas with close interaction between humans and rodents as reservoirs. The developed model involves two main populations, namely humans and rodents, and is a modification of the Bolaji model by adding a vaccination compartment to the human population. This research is a quantitative study based on deterministic mathematical modeling that aims to develop a monkeypox spread model using a compartmental approach. The structure of the human model consists of seven compartments: susceptible, vaccinated, exposed, infectious, isolated, treated, and recovered, while the animal population is divided into four compartments: susceptible, exposed, infectious, and recovered. The methods used include the formulation of a system of ordinary differential equations (ODEs) to describe population dynamics over time, stability analysis of disease-free and endemic equilibrium points, calculation of the basic reproduction number Ro, sensitivity analysis of key parameters using elasticity indices, and numerical simulations to evaluate the effectiveness of intervention strategies. The results show that parameters such as contact rate, isolation level, treatment, and early diagnosis significantly influence the Ro value. Although the vaccination parameter is not explicitly stated in the Ro formula, vaccination has been shown to significantly reduce the number of susceptible individuals through partial protection that depends on vaccine efficacy. Numerical simulations indicate that the presence of a vaccination compartment can reduce the overall number of infectious cases and play a significant role in curbing the spread of the disease. Therefore, combining vaccination with other interventions such as case isolation and contact reduction is an effective strategy for sustainable monkeypox control. ABSTRAKCacar monyet (monkeypox) merupakan penyakit zoonosis yang berpotensi menimbulkan wabah pada manusia, terutama di wilayah dengan interaksi erat antara manusia dan hewan rodensia sebagai reservoir. Model yang dikembangkan melibatkan dua populasi utama, yaitu manusia dan hewan rodensia, dan merupakan modifikasi dari model Bolaji dengan menambahkan kompartemen vaksinasi pada populasi manusia. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif berbasis pemodelan matematika deterministik yang bertujuan mengembangkan model penyebaran cacar monyet melalui pendekatan kompartemen. Struktur model manusia terdiri atas tujuh kompartemen: rentan, divaksinasi, terpapar, infeksius, terisolasi, dirawat, dan sembuh, sementara populasi hewan dibagi menjadi empat kompartemen: rentan, terpapar, infeksius, dan sembuh. Metode yang digunakan meliputi formulasi sistem persamaan diferensial biasa (ODE) untuk mendeskripsikan dinamika populasi terhadap waktu, analisis kestabilan titik kesetimbangan bebas penyakit dan endemik, perhitungan bilangan reproduksi dasar Ro?, analisis sensitivitas terhadap parameter-parameter kunci menggunakan indeks elastisitas, serta simulasi numerik untuk mengevaluasi efektivitas strategi intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter seperti laju kontak, tingkat isolasi, perawatan, dan diagnosis dini sangat memengaruhi nilai Ro?. Meskipun parameter vaksinasi tidak secara eksplisit muncul dalam rumusan Ro?, vaksinasi terbukti secara signifikan mengurangi jumlah individu yang rentan melalui perlindungan parsial yang bergantung pada efikasi vaksin. Simulasi numerik menunjukkan bahwa keberadaan kompartemen vaksinasi dapat menurunkan jumlah kasus infeksius secara keseluruhan dan berperan penting dalam menahan laju penyebaran penyakit. Dengan demikian, penggabungan vaksinasi bersama intervensi lainnya seperti isolasi kasus dan pengurangan kontak menjadi strategi efektif untuk mengendalikan cacar monyet secara berkelanjutan