Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Konseling Eklektik Dengan Kerangka Kerja Skilled Helper Model Yulianti Dwi Astuti
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 21 No. 2 (2016)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol21.iss2.art2

Abstract

dalam pemberian intervensi psikologi dibandingkan penggunaan pendekatan konseling murni. Artikel ini mencoba untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan konseling eklektik yang mengkombinasikan pendekatan Person Centered dan Rational Emotive Behavior dengan kerangka kerja Skilled Helper Model dari Egan. Person Centered dipilih karena klien merasa tidak diterima oleh lingkungan sehingga tidak dapat beraktualisasi diri dengan baik. Adapun Rational Emotive Behavior diperlukan karena sumber masalah klien adalah pada kecenderungannya untuk berfikir tidak rasional dan melemahkan diri. Oleh karena itu, setelah klien merasa diterima sepenuhnya oleh konselor, klien kemudian diajari untuk mengubah fikiran dan keyakinannya dengan merekonstruksi persepsi dan fikirannya agar menjadi lebih logis dengan menggunakan teknik dan tata cara yang sesuai. Untuk memastikan proses konseling berjalan dengan teratur dan memberikan hasil, konselor menjadikan model Skilled Helper dari Egan sebagai kerangka kerja dalam melakukan sesi konseling ini.
KEMATIAN AKIBAT BENCANA DAN PENGARUHNYA PADA KONDISI PSIKOLOGIS SURVIVOR : TINJAUAN TENTANG ARTI PENTING DEATH EDUCATION Yulianti Dwi Astuti
HUMANITAS: Indonesian Psychological Journal Vol 2, No 1: Januari 2005
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26555/humanitas.v2i1.314

Abstract

AbstrakBerbagai macam bencana menimbulkan stres psikologis, tetapi stres akan meningkatapabila banyak orang terbunuh. Reaksi terhadap bencana untuk masing-masing individuberbeda-beda, tetapi reaksi terhadap kerusakan dapat berupa shock, rasa takut, sedih, danmarah, yang dapat mengarah terhadap pemungkiran peristiwa kerusakan yang telah terjadi.Kematian adalah bagian dari kehidupan, yang tiap-tiap individu baik anak maupun orangdewasa harus terbiasa dan memahaminya. Walaupun demikian, sebagaimana pendidikanseks, pengenalan terhadap topik kematian di sekolah dan perguruan tinggi kadang-kadangmengalami perlawanan karena kemungkinan efek kerusakan yang muncul,  baik dari segibacaan, diskusi dan kegiatan lain yang berhubungan dengan topik iniKata kunci: pendidikan tentang kematian, kerusakan, perguruan tinggi, sekolah
Menulis Pengalaman Emosional untuk Menurunkan Depresi pada Perempuan Korban Kekerasan Vequentina Puspa Indah; Tina Afiatin; Yulianti Dwi Astuti
JIP (Jurnal Intervensi Psikologi) Vol. 3 No. 2 (2011)
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/intervensipsikologi.vol3.iss2.art1

Abstract

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh menulis pengalaman emosional dalam menurunkan depresi pada perempuan korban kekerasan. Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan tingkat depresi pada perempuan korban kekerasan yang melakukan prosedur menulis pengalaman emosional dan perempuan korban kekerasan yang tidak melakukan prosedur menulis pengalaman emosional. Subjek penelitian terdiri atas 14 orang perempuan korban kekerasan yang dibagi ke dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Prosedur menulis pengalaman emosional dilakukan dalam 4 sesi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Beck Depression Inventory (BDI). Pengukuran tingkat depresi dilakukan sebelum pelaksanaan prosedur menulis pengalaman emosional, setelah pelaksanaan prosedur, dan dua minggu setelah pelaksanaan prosedur. Hipotesis diuji dengan teknik Wilcoxon dan Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan penurunan tingkat depresi pada perempuan korban kekerasan terjadi setelah dilakukannya prosedur menulis pengalaman emosional, namun tidak efektif lagi pada jangka waktu dua minggu setelahnya. Dengan demikian prosedur ini dapat digunakan sebagai awalan atau pembuka bagi serangkaian intervensi lainnya yang ditujukan untuk menurunkan depresi pada perempuan korban kekerasan.
Efektivitas Pelatihan Regulasi Emosi untuk Menurunkan Stres Kerja pada Anggota Reskrim Putri Pusvitasari; Hepi Wahyuningsih; Yulianti Dwi Astuti
JIP (Jurnal Intervensi Psikologi) Vol. 8 No. 1 (2016)
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/intervensipsikologi.vol8.iss1.art8

Abstract

The study examined the effectiveness of emotion regulation training to reduce criminal policeman's work stress. This study used a pretest-posttest control group design. The participants were 13 criminal policemen from two different police stations, namely Polda X and Polsek Y. They were men and women aged between 20 - 50 years old, and classified into two groups. One group (n = 6) received emotion regulation training as the experimental group and the other (n = 7) as controlled group (waiting list). Participants were assessed using work stress scale that had been adapted from Abras (2012) research. The result showed that there was a significant difference in the implementation of posttest between the experimental and control group. By using mann whitney, the result concluded that emotion regulation training was significantly effective to reduce work stress of criminal policeman (Z = -2,006, p = 0,045, where p < (0,05).Key words : work stress, emotion regulation training
Pelatihan Konseling Kesehatan Remaja untuk Meningkatkan Efikasi Diri Konselor Sebaya pada Siswa Sekolah Menengah Atas Muhammad Arif Rizqi; Fuad Nashori; Yulianti Dwi Astuti
JIP (Jurnal Intervensi Psikologi) Vol. 9 No. 1 (2017)
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/intervensipsikologi.vol9.iss1.art5

Abstract

The purpose of this study was to evaluate the effectivity of Adolescent Health Counseling Training in improving peer counselor self-efficacy on high school students. There were three participants enrolled thisstudy.Peer counselor self-efficacy was measured by using self-efficacy scale. Data were analyzed using nonparametric Wilcoxon testto see differences in peer counselor self-efficacy before and after intervention. The result show no significant effect of Adolescent Health Counseling Training in Improving peer Counselor (p=0,150). Qualitative analyzed showed that self-efficacy of peer counselor improves peer counselor self-efficacy after intervention. Keywords: Peer Counselor, Adolescent Health Counseling Training, Self-Efficacy
The emotion regulation training to improve quality of life in patients with hypertension Kartika Mustafa; H.Fuad Nashori; Yulianti Dwi Astuti
JKKI : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia JKKI, Vol 7, No 4, (2016)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/JKKI.Vol7.Iss4.art5

Abstract

Background : Quality of life is an indicator of health. Quality of life is used to evaluate the physical and psychosocial effects of an illness suffered by a person, including a person’s knowledge and perception of the illness. In order to achieve optimal quality of life, patients with hypertension were reported frequent use defense mechanisms to repress emotions or regulate emotions. Objective : The aim of this study was to investigate the effect of emotion regulation training to improve the quality of life among patients with hypertension. The hypothesis of this study stated that there was an influence of emotion regulation training to quality of life among patients with hypertension. Methods : The quality of life was measured by using quality of life scale based on aspect from WHOQOL-BREF (1998). An experimental method used was a pre and post-test control group design. Data were analysed by using Mann Whitney U. Results : The researchers found that there was no difference in the level of quality of life between the experimental group and the control group were not given training. However, the results of this study indicate that the quality of life scores in the experimental group increased during follow-up (p=0,002 (p<0,05). This suggest that quality of life among experimental group has increased compared to the control group, and consequently it accepted the hypothesis. Conclusion : Emotion regulation strategies can helped a person to cope the life stress that can be associated with psychological distress and quality of life.
Kematian Akibat Bencana dan Pengaruhnya Pada Kondisi Psikologis Survivor:Tinjauan Teoritis Tentang Arti Penting Death Education Yulianti Dwi Astuti
Unisia Vol. 30 No. 66 (2007): Jurnal Unisia
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/unisia.vol30.iss66.art4

Abstract

Any sort of accident creates a certain amount of psychological stress in anyone, but the stress becomes particularly acute when many people are killed. Varying to some extent with the individual, the immediate reactions to a disaster are shock, fear, sadness, and rage, which may even lead to a denial that the disastrous event occurred. A person’s sense of control over his or her life and many of the things that make it real and predictable are threatened by an unexpected disaster. Death is a part of life about which children and adults need to be familiar with death and understand it. Nevertheless, as with sex educa- tion, introduction of the topic of death in schools and colleges has sometimes been met with cries of alarm about the potentially damaging effects of readings, discussions, and other activities concerning this topic. Kata-kata kunci: disaster, death, psychological stress,education
Hubungan Kesejahteraan Psikologis dengan Kesepian pada Mahasiswa yang Merantau di Yogyakarta Raissa Pramitha; Yulianti Dwi Astuti
Jurnal Sosial Teknologi Vol. 1 No. 10 (2021): Jurnal Sosial dan Teknologi
Publisher : CV. Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59188/jurnalsostech.v1i10.211

Abstract

Latar belakang: Mahasiswa adalah peserta didik yang menjalani pendidikan di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesejahteraan psikologis dan kesepian. Metode penelitian: Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi, yaitu untuk mengetahui hubungan kesejahteraan psikologis dengan kesepian pada mahasiswa yang merantau di Yogyakarta. Analisis data dilakukan menggunakan program SPSS version 22 for Windows. Hasil penelitian: Terdapat  hubungan negatif antara kesejahteraan psikologis dengan kesepian pada mahasiswa yang merantau di Yogyakarta. (r = -0.655 dan p < 0.05) sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Kesimpulan: Hipotesis yang diajukan oleh peneliti tentang adanya hubungan yang negatif antara kesejahteraan psikologis dan kesepian pada mahasiswa yang merantau diterima. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang memiliki kesejahteraan psikologis yang baik akan terhindar dari perasaan kesepian dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah.
Efektivitas Terapi Kebermaknaan Hidup Dalam Meningkatkan Resiliensi Pada Odapus Purnomo, Nourma Ayu Safithri; Nashori, Fuad; Astuti, Yulianti Dwi
Jurnal Ilmiah Psikomuda (JIPM) Connectedness Vol 1 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Psikomuda (JIPM) Connectedness
Publisher : Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (638.625 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas terapi kebermaknaan hidup dalam meningkatkan resiliensi pada odapus serta efek keberlanjutan setelah terapi kebermaknaan hidup selesai diberikan selama periode tertentu. Peneliti mengambil data di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Subjek penelitian adalah wanita odapus (orang dengan penyakit lupus) dengan usia antara 20-40 tahun berjumlah dua orang dengan kriteria memiliki tingkat reiliensi rendah hingga sedang. Kedua subjek diberikan terapi kebermaknaan hidup dalam dua sesi. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan desain one group pre test - posttest – followup design. Sebelum terapi, subjek penelitian diberikan skala resiliensi yaitu CD-RISC dengan 10 aitem. Hasil analisis data dilakukan dengan melihat perbedaan mean skor resiliensi subjek sejak pra tes hingga tindak lanjut. Mean pra tes subjek pada saat prates yaitu 36 sedangkan mean pada saat pascates dan tindak lanjut menjadi 43,50. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan skor resiliensi pada odapus sebelum dan sesudah diberikan terapi kebermaknaan hidup. Skor resiliensi odapus cenderung meningkat setelah diberi terapi kebermaknaan hidup, dibandingkan dengan sebelum diberikan terapi kebermaknaan hidup yang berarti terapi kebermaknaan hidup efektif dalam meningkatkan resiliensi pada odapus.
Religiusitas dan Penerimaan Diri pada Penderita Diabetes Melitus Badaria, Hesti; Astuti, Yulianti Dwi
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 9 No. 17 (2004)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol9.iss17.art2

Abstract

The current research is aimed at finding a correlation between religiosity and self acceptance among diabetic patients. Data were collected from 30 patients diagnosed with diabetes mellitus using questionnaire and analysed with Pearson product moment correlation. The result indicates that there is a significant correlation between religiosity and self acceptance (r = .603, p < .05). It can be said that 36% of the variance in self acceptance among diabetic patients are explained by their religiosity. Practical and future research implications are discussed.Key words: religiosity, self acceptance, diabetes mellitus