Articles
PERAN ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN IDENTITAS AGAMA (RELIGIOUS IDENTITY FORMATION) REMAJA
Wahyuningsih, Hepi
Indigenous Vol.11, No.1, Mei 2009
Publisher : Muhammadiyah University Press
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap peran orangtua dalam pembentukan identitas agama remaja. Penelitian dilakukan dengan mewawancarai 10 subyek yang terbagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari 5 orang subyek yang memiliki identitas foreclosure dan kelompok kedua terdiri dari 5 orang subyek yang memiliki identitas achievement. Berdasarkan hasil analisis data pada kelompok subyek dengan identitas agama foreclosure, ditemukan bahwa kedua orangtua dari masing-masing subjek berusaha menerapkan ajaran agama secara total dan berusaha melaksanakan ibadah baik yang wajib maupun sunah. Kondisi keberagamaan kedua orangtua kemudian menyebabkan kedua orangtua berusaha menanamkan nilai-nilai agama pada anak (subyek). Pada kelompok dengan status identitas agama achievement memiliki kedua orangtua yang salah satu dari kedua orangtuanya yaitu ayah tidak/ kurang melaksanakan ajaran. Berkaitan dengan cara orangtua dalam menanamkan nilai agama pada anak (remaja), ditemukan bahwa orangtua pada subyek kelompok foreclosure menggunakan cara yang lebih beragam dibanding orangtua pada subyek kelompok achievement. Cara-cara yang digunakan orang tua pada kelompok foreclosure adalah pengajaran langsung, penerapan aturan, pemberian nasihat, pemberian hadiah ketika anak melaksanakan aturan atau perintah orangtua, pemberian hukuman, pemberian contoh, pemberian peringatan, diskusi, ajakan melaksanakan ibadah, dan menyediakan guru mengaji. Sedangkan cara yang digunakan orangtua pada kelompok achievement adalah mengajarkan halâ hal pokok dalam agama atau terkait peribadatan, memberikan contoh, memberikan peringatan, menyuruh anak melakukan ibadah, dan menyediakan guru agama.
KONSELING KARIR KELOMPOK COGNITIVE INFORMATION PROCESSING UNTUK MENINGKATKAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR SISWA
Nurrega, Resi Gusti;
Wahyuningsih, Hepi;
Gusniarti, Uly
Journal of Psychological Science and Profession Vol 2, No 1 (2018): Psychological Science and Profession
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (823.873 KB)
|
DOI: 10.24198/jpsp.v2i1.16702
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konseling karir kelompok cognitive information processing untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir siswa. Penelitian ini menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Partisipan dalam penelitian ini adalah 16 orang siswa kelas XI di SMAN âXâ Yogyakjarta yang berjenis kelamin perempuan dan laki-laki, berusia 17 tahun dan dibagi dalam dua kelompok. Setelah dilakukan proses random, maka terpilih satu kelompok (n=8) sebagai kelompok eksperimen dari SMANâXâ yang menerima perlakuan berupa konseling karir kelompok CIP. Satu kelompok lainnya (n=8) sebagai kelompok kontrol. Skala career thought inventory yang dibuat sendiri oleh peneliti yang dipergunakan sebagai alat ukur. Uji hipotesis menggunakan analisis non-parametrik berupa Mann Whitney U Test untuk menguji perbedaan nilai berdasarkan kelompok, yaitu eksperimen dan kontrol. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konseling karir kelompok berpengaruh dalam menigkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir siswa (Z = -3,313, p = 0,000, dimana p < 0,05).Kata kunci : Pengambilan keputusan karir, Cognitive Information Processing, Konseling karir
Efektifitas Pelatihan Koping Religius untuk Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
Yuliasari, Hesty;
Wahyuningsih, Hepi;
Sulityarini, Rr. Indahria
Journal of Psychological Science and Profession Vol 2, No 1 (2018): Psychological Science and Profession
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (796.686 KB)
|
DOI: 10.24198/jpsp.v2i1.15024
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelatihan koping religius dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain non-randomized pretest-posttest control group design. Partisipan dalam penelitian ini adalah 18 penderita Diabetes Mellitus tipe 2. Berjenis kelamin perempuan dan laki-laki beragama islam yang dikelompokkan dalam dua kelompok. Penelitian ini terdiri dari dua kelompok, satu kelompok (n=8) sebagai kelompok eksperimen yang menerima perlakuan berupa pelatihan koping religius. Satu kelompok lainnya (n=10) sebagai kelompok kontrol (waiting list). Skala kesejahteraan psikologis yang digunakan, dibuat berdasarkan teori dari Ryff (1989). Uji hipotesis menggunakan analisis non-parametrik berupa Mann Whitney U Test untuk menguji perbedaan nilai berdasarkan kelompok, yaitu eksperimen dan kontrol (Z = -3,558 dan p = 0,000 dimana p < 0,05).Â
Validitas Konstruk Alat Ukur Spirituality Orientation Inventory (SOI)
Wahyuningsih, Hepi
Jurnal Psikologi Vol 36, No 2 (2009)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (308.419 KB)
|
DOI: 10.22146/jpsi.7890
This research aims to develop Invetory Spirituality Orientation have been made by Elkins et al. (1988). Development of measuring instruments is done with the content validity and construct validity. Content validity test was done by assessing some experts, while construct validity is proved by: (a) evidence of homogeneity, (2) evidence of differences in scores on the two different groups, and (3) factor analysis. Content validity test was conducted by asking five experts of psychology and spirituality to provide a valuation of 90 aitem made with a 5â€point Likert scale (score 1â€5). Test results show the validity of the contents of 90 aitem, 66 aitem valid (the average value of each valid aitem: 4 and up). Tests carried out by the evidence of construct validity of the homogeneity of the internal consistency reliability Cronbach alpha. Cronbach alpha reliability test results show the reliability coefficient of 0.915. Reliability correlation coefficient shows a good homogeneity. Evidence of differences in scores on the two different groups obtained by differentiating groups of subjects who are assumed to have a high spirituality with group of subjects who are assumed to have a common spirituality. Analysis techniques that are used to test differences between groups using the Mannâ€Withney. The results show a significant difference between group 1 with group 2 (Mannâ€Withney value U = 273.5, Z = â€3.160, p = 0.002 <0.01). Exploratory factor analysis was done by factor analysis. The number of subjects used for factor analysis of 413 college students of both Muslim men and women. The analysis produced six factors of spirituality, namely: (1) sanctity of life, (2) altruism, (3) idealism, (4) the purpose and meaning in life, (5) transcendent / beliefs, and (6) an awareness of the suffering of the sanctity of life.
PERAN ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN IDENTITAS AGAMA (RELIGIOUS IDENTITY FORMATION) REMAJA
Wahyuningsih, Hepi
Indigenous Vol.11, No.1, Mei 2009
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23917/indigenous.v11i1.1626
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap peran orangtua dalam pembentukan identitas agama remaja. Penelitian dilakukan dengan mewawancarai 10 subyek yang terbagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari 5 orang subyek yang memiliki identitas foreclosure dan kelompok kedua terdiri dari 5 orang subyek yang memiliki identitas achievement. Berdasarkan hasil analisis data pada kelompok subyek dengan identitas agama foreclosure, ditemukan bahwa kedua orangtua dari masing-masing subjek berusaha menerapkan ajaran agama secara total dan berusaha melaksanakan ibadah baik yang wajib maupun sunah. Kondisi keberagamaan kedua orangtua kemudian menyebabkan kedua orangtua berusaha menanamkan nilai-nilai agama pada anak (subyek). Pada kelompok dengan status identitas agama achievement memiliki kedua orangtua yang salah satu dari kedua orangtuanya yaitu ayah tidak/ kurang melaksanakan ajaran. Berkaitan dengan cara orangtua dalam menanamkan nilai agama pada anak (remaja), ditemukan bahwa orangtua pada subyek kelompok foreclosure menggunakan cara yang lebih beragam dibanding orangtua pada subyek kelompok achievement. Cara-cara yang digunakan orang tua pada kelompok foreclosure adalah pengajaran langsung, penerapan aturan, pemberian nasihat, pemberian hadiah ketika anak melaksanakan aturan atau perintah orangtua, pemberian hukuman, pemberian contoh, pemberian peringatan, diskusi, ajakan melaksanakan ibadah, dan menyediakan guru mengaji. Sedangkan cara yang digunakan orangtua pada kelompok achievement adalah mengajarkan hal? hal pokok dalam agama atau terkait peribadatan, memberikan contoh, memberikan peringatan, menyuruh anak melakukan ibadah, dan menyediakan guru agama.
Menjadi ibu hebat untuk menurunkan penolakan ibu terhadap anak dengan gangguan spektrum autis (GSA)
Purwaningrum, Devia;
Wahyuningsih, Hepi;
Nugraha, Sumedi P
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : University of Muhammadiyah Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (670.239 KB)
|
DOI: 10.22219/jipt.v6i2.7140
Abstrak. Sikap penerimaan ibu merupakan faktor penting dalam pengasuhan terhadap anak dengan gangguan spektrum autis (GSA). Ibu yang memiliki penerimaan yang tinggi mampu mengembangkan pengasuhan yang positif dan anak mampu berkembang secara optimal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui psikoedukasi Menjadi Ibu Hebat untuk menurunkan penolakan terhadap anak dengan GSA. Partisipan adalah tiga ibu yang memiliki anak dengan GSA. Pengumpulan data menggunakan parental acceptance-rejection scale (PARQ). Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen one-group pretest-posttest. Analisis data dilakukan uji Friedman Test. Hasil uji statistik dengan uji Friedman Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan penanganan, q =1,000, nilai signifikansi 0,607 (p>0,05). Kata kunci: Psikoedukasi, Penolakan Orangtua, Gangguan Spektrum Autis (GSA) Abstract. Mother acceptance is an important factor in caring for children with autism. A mother that has a high acceptance is capable of developing a positive parenting skill and as a result the children are able to grow optimally. This research aimed to examine the psychoeducation to be a great mother to reduce the rejection towards children with autism. The participants were three mothers who have children with autism. Data collection used the parental acceptance-rejection scale (PARQ). The study design using the experimental quasi of one-group pretest-posttest. Data analysis was conducted through the Friedman Test. The result of statistical test with Friedman Test showed no significant difference between before and after the treatment, q = 1,000, and significance value 0,607 (p> 0.05).  Key words: Psychoeducation, rejection, parents, autism spectrum disorder (ASD)
Pengembangan Konseling dan Terapi Keluarga Berbasis Web
Wahyuningsih, Hepi
Seminar Nasional Informatika Medis (SNIMed) 2016: Prosiding SNIMED 2016
Publisher : Magister Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Permasalahan kemasyarakatan kebangsaan dan masalah sosial dapat berawal dari permasalahan keluarga. Kemajuan teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk membantu memecahkan permasalahan keluarga. Salah satu di antaranya adalah layanan psikologis untuk pemecahan masalah keluarga melalui internet. Dari berbagai bentuk layanan psikologis melalui internet, konseling dan terapi keluarga secara online menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah. Sebuah rancangan desain layanan konseling dan terapi keluarga online diajukan dalam artikel ini. Tahap-tahap pengembangan dan tantangan bagi desain juga didiskusikan dalam artikel ini.
Menjadi ibu hebat untuk menurunkan penolakan ibu terhadap anak dengan gangguan spektrum autis (GSA)
Devia Purwaningrum;
Hepi Wahyuningsih;
Sumedi P Nugraha
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 6 No. 2 (2018): August
Publisher : University of Muhammadiyah Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (670.239 KB)
|
DOI: 10.22219/jipt.v6i2.7140
Abstrak. Sikap penerimaan ibu merupakan faktor penting dalam pengasuhan terhadap anak dengan gangguan spektrum autis (GSA). Ibu yang memiliki penerimaan yang tinggi mampu mengembangkan pengasuhan yang positif dan anak mampu berkembang secara optimal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui psikoedukasi Menjadi Ibu Hebat untuk menurunkan penolakan terhadap anak dengan GSA. Partisipan adalah tiga ibu yang memiliki anak dengan GSA. Pengumpulan data menggunakan parental acceptance-rejection scale (PARQ). Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen one-group pretest-posttest. Analisis data dilakukan uji Friedman Test. Hasil uji statistik dengan uji Friedman Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan penanganan, q =1,000, nilai signifikansi 0,607 (p>0,05). Kata kunci: Psikoedukasi, Penolakan Orangtua, Gangguan Spektrum Autis (GSA) Abstract. Mother acceptance is an important factor in caring for children with autism. A mother that has a high acceptance is capable of developing a positive parenting skill and as a result the children are able to grow optimally. This research aimed to examine the psychoeducation to be a great mother to reduce the rejection towards children with autism. The participants were three mothers who have children with autism. Data collection used the parental acceptance-rejection scale (PARQ). The study design using the experimental quasi of one-group pretest-posttest. Data analysis was conducted through the Friedman Test. The result of statistical test with Friedman Test showed no significant difference between before and after the treatment, q = 1,000, and significance value 0,607 (p> 0.05). Key words: Psychoeducation, rejection, parents, autism spectrum disorder (ASD)
Nikah Mut'ah (Kawin Kontrak): Isu dalam Psikologi Perkembangan
Hepi Wahyuningsih
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 10 No. 20 (2005)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20885/psikologika.vol10.iss20.art4
Fenomena mengenai nikah mut’ah atau lebih dikenal dengan kawin kontrak merupakan permasalahan yang banyak dibicarakan orang akhir-akhir ini. Hal ini dikarenakan munculnya Draf Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang disusun oleh Tim Pengarusutamaan Gender (PUG) bentukan Departemen Agama. Terlepas dari kontroversi sah tidaknya kawin kontrak, artikel ini ingin mengkaji kawin kontrak dari tinjauan psikologi perkembangan. Pada dasarnya teori-teori tentang perkawinan dan hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa praktek kawin kontrak terlihat kurang menguntungkan baik untuk individu yang melakukan kawin kontrak itu sendiri maupun bagi anak yang dihasilkan dari kawin kontrak. Bagi individu yang melakukan kawin kontrak, kawin kontrak dapat membawa kepada ketidakberhasilan seseorang dalam perkawinan yang dapat mengganggu perkembangan seseorang pada masa dewasanya. Bagi anak hasil dari kawin kontrak, anak-anak yang lahir dari kawin kontrak memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan perilaku dan gangguan emosional.
Jenis Sekolah dan Religiusitas
Kartika Dian Nova;
Hepi Wahyuningsih
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 9 No. 18 (2004)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20885/psikologika.vol9.iss18.art1
The current study is aimed at testing whether a difference in Religiosity exist between students in Integrated Islamic Elementary School (SDIT) and State Elementaray School (SDN). The hypothesis of this study was that there is a difference in religiosity between SDIT and SDN students. It is expected that SDIT students show higher religiosity. Subjects of this study were 30 students from one SDN in Northern Yogyakarta and 30 students from SDIT in Eastern and Northern Yogyakarta. All subjects were Muslims, with age range between 11 to 13 years. A Likert Religiousity scale which consists of cognitive dimension as well as belief, ritual, experience and consequential dimension is used to asess students religiousity. Data were analysed using T- test. The results show that there is a difference in religiousity between SDIT and SDN students exist with t = 4.006 and p=0000. Thus, the hypothesis of this study is supported by the finding. Practical and theoretical implications are discussed.Key Words: Religiousity, Type of School