Sahadi Humaedi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL MELALUI PELATIHAN PERENCANAAN BISNIS UNTUK WIRAUSAHA PEMULA Risna Resnawaty; Nurliana Cipta Apsari; Budhi Wibhawa; Sahadi Humaedi
Share : Social Work Journal Vol 4, No 1 (2014): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.495 KB) | DOI: 10.24198/share.v4i1.13058

Abstract

Pembangunan masyarakat saat ini berlandaskan paradigma bottom up, sebuah pemahaman pembangunan yang tidak hanya berangkat dari bawah, namun paradigma ini juga memiliki arti bahwa masyarakatlah yang mengendalikan pembangunan. Dalam kegiatan PKM ini, tim berusaha mengajak masyarakat untuk dapat mengenali, memahami kondisi-kondisi aktual dalam masyarakat; dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kegiatan PKM yang diawali dengan proses assessment bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi ekonomi lokal yang ada di lingkungan masyarakat, sehingga dapat memanfaatkan potensi tersebut secara maksimal, selain itu dengan adanya PKM ini juga, kapasitas masyarakat dapat ditingkatkan terutama pengetahuan dan pemahaman mengenai wirausaha kepada masyarakat.Berdasarkan hasil pemetaan/assessment diketahui bahwa Desa Sukarasa tidak hanya memiliki potensi alam yang melimpah, namun didukung pula oleh sumber daya manusia yang terampil terutama dalam kerajinan tangan dan olahan makanan. Walaupun demikian kondisi kehidupan masyarakat, terutama pada aspek ekonomi belumlah memadai, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kondisi kualitas SDM yang masih rendah dan infrastruktur desa yang juga belum memadai. Sebagai contoh masyarakat pelaku industri kerajinan tangan dan olahan makanan belum mampu untuk menghasilkan produk yang ‘berbeda’ dan berkualitas bagus sehingga memiliki nilai jual tinggi. Dengan pertimbangan dari berbagai kondisi tersebut, maka kegiatan PKM ini diarahkan pada aspek ekonomi dengan menyelenggarakan pelatihan yang bertemakan “Pemberdayaan Ekonomi Lokal Melalui Pelatihan Perencanaan Bisnis Untuk Wirausaha Pemula”.Hasil dari kegiatan pelatihan tersebut, nampak bahwa warga lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan wirausaha, sebab masyarakat sudah memahami mengenai strategi usaha terutama mengenai pemasaran, dan masyarakat berharap kegiatan serupa dapat dilakukan kembali di Desa Sukarasa.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP MAHASISWA PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL TERHADAP TINDAK KEKERASAN FISIK SUAMI TERHADAP ISTRI: STUDI DI 6 PROVINSI Binahayati Rusyidi; Nunung Nurwati; Sahadi Humaedi
Share : Social Work Journal Vol 6, No 1 (2016): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (675.473 KB) | DOI: 10.24198/share.v6i1.13154

Abstract

Penelitian kuantitatif berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi sikap mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial mengenai kekerasan fisik terhadap istri ini bertujuan menganalisa faktor-faktor yang yang berasosiasi dengan sikap terhadap justifikasi kontekstual kekerasan fisik terhadap istri. Penelitian ini didasarkan pada kerangka teoritis dari perspektif sosio-demografis, structural dan feminis.Responden merupakan mahasiswa dari 7 perguruan tinggi yang menyelenggarakan program Ilmu Kesejahteraan Sosial di provinsi Bengkulu, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Papua. Universitas dipilih secara purposive untuk menjamin keterwakilan wilayah Indonesia. Responden dipilih melalui convinience sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner terstruktur. Data analysis dilakukan dengan teknik hierarchical regression.Sebanyak 582 mahasiswa tahun rata-rata berusia 19,8 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Mayoritas mahasiswa memandang tindak kekerasan fisik oleh suami terhadap istri dapat diterima dalam kondisi tertentu yaitu jika istri berselingkuh dengan pria lain, istri menggunakan zat yang memabukkan, istri bermesraan dengan laki-laki lain atau istri menyakiti anak-anak. Penelitian menemukan bahwa sikap mahasiswa terhadap kekerasan fisik oleh suami terhadap istri dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial demografis dan sosial budaya yaitu sikap mengenai peran jender, affiliasi agama dan tingkat pendidikan ibu responden.Sikap terhadap peran peran jender merupakan prediktor yang paling berpengaruh; semakin egaliter sikap terhadap peran jender, maka responden akan semakin menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap tindak kekerasan fisik terhadap istri dalam berbagai konteks. Responden non-Muslim menunjukkan sikap yang lebih tidak mendukung tindak kekerasan dibandingkan responden Muslim. Sementara itu, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu responden maka responden semakin tidak setuju terhadap tindak kekerasan fisik terhadap istri.Implikasi terhadap pendidikan pekerjaan sosial didiskusikan dalam artikel ini. Termasuk di dalamnya meningkatkan sensitivitas mahasiswa terhadap kesetaraan jender dan perhatian terhadap isu-isu mengenai isu dan korban kekerasan terhadap perempuan.
POLA PENGASUHAN ORANG TUA DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK DOWN SYNDROME (Studi Deskriptif Pola Pengasuhan Orang Tua Pada Anak Down Syndrome yang bersekolah di kelas C1 SD-LB Yayasan Pembina Pendidikan Luar Biasa Bina Asih Cianjur) Nadia Uswatun Hasanah; Hery Wibowo; Sahadi Humaedi
Share : Social Work Journal Vol 5, No 1 (2015): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.279 KB) | DOI: 10.24198/share.v5i1.13119

Abstract

Penelitian ini berjudul ”Pola Pengasuhan Orang Tua Dalam Upaya Pembentukan Kemandirian Anak Down Syndrome (studi deskriptif pola pengasuhan orang tua pada anak Down Syndrome yang bersekolah di kelas C1 SD-LB Yayasan Pembina Pendidikan Luar Biasa Bina Asih Cianjur). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana bentuk pola pengasuhan yang diterapkan orang tua terhadap anak Down Syndrome di kawasan Cianjur. Pola pengasuhan tersebut meliputi pola pengasuhan permisif, otoriter dan demokratis.Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode penelitian studi deskriptif, sedangkan instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman studi dokumentasi. Teknik yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi non-partisipatif, dan studi kepustakaan. Informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang yaitu, 6 orang dari pihak orang tua anak Down Syndrome. Dimana dalam penelitian ini akan di observasi dari 3 keluarga yang memiliki anak Down Syndrome, dengan masing-masing terdiri dari ayah dan ibu. Serta 2 orang dari pihak yayasan sebagai pihak yang memantau perkembangan kemandirian anak pada saat di sekolah.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola pengasuhan orang tua berperan besar dalam pembentukan kemandirian anak Down Syndrome. Bentuk pola pengasuhan seperti apa, itulah yang akan membentuk karakter anak dan mempengaruhi kemandirian anak Down Syndrome, dikarenakan pola pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan pada saat di rumah. Anak Down Syndrome memang membutuhkan perhatian lebih karena keterbatasannya. Namun hal ini tidak berarti mereka menjadi anak yang terus bergantung dan tidak mampu mandiri. Di satu sisi, mereka membutuhkan perhatian khusus, namun di sisi lain mereka juga perlu diberikan ruang untuk dapat mengembangkan kemampuannya. Maka dari itu, pola pengasuhan orang tua lah yang sangat berperan dalam hal ini.Dengan demikian, peneliti menyarankan suatu program pelatihan dan pembinaan bagi para orang tua anak Down Syndrome yaitu “Parenting Support”. Program ini bertujuan untuk memberikan pembinaan dan pelatihan bagi para orang tua agar mampu dalam merawat, mendidik dan menjaga anak Down Syndrome, guna mendukung pada ketercapaian pemenuhan kebutuhan dasar dan kemandirian mereka.
PENGASUHAN (GOOD PARENTING) BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS Gabriela Chrisnita Vani; Santoso Tri Raharjo; Eva Nuriyah Hidayat; Sahadi Humaedi
Share : Social Work Journal Vol 4, No 2 (2014): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.729 KB) | DOI: 10.24198/share.v4i2.13067

Abstract

Setiap anak tidak terkecuali anak dengan disabilitas mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang, mendapatkan pendidikan, dan hak-hak lainnya. Akan tetapi jumlah anak disabilitas di Indonesia yang ternyata tidak sedikit harus diperhatikan bersama terutama oleh lingkungan terdekat atau orangtua. Hal ini dibuktikan dengan adanya jumlah anak penyandang disabilitas yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menurut Pendataan Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Kementerian Sosial (2009) , terdapat 65.727 anak, yang terdiri dari 78.412 anak dengan kedisabilitasan ringan, 74.603 anak dengan kedisabilitasan sedang dan 46.148 anak dengan kedisabilitasan berat. Lalu berdasarkan Susenas Triwulan 1 Maret 2011, jumlah anak Indonesia sebanyak 82.980.000. Dari populasi tersebut, 9.957.600 anak adalah anak berkebutuhan khusus dalam kategori penyandang disabilitas. Anak dengan disabilitas memerlukan penanganan khusus, tetapi tidak semua orangtua yang tulus menerima anak dengan disabilitas dan memberikan kasih sayang secara penuh hal ini dapat terlihat dari penerimaan orangtua yang sedih, malu, dan terkejut. Dengan penerimaan tersebut, akan mengakibatkan orangtua tidak memperdulikan anak dengan disabilitas dan kurangnya perhatian atau kasih sayang orangtua kepada anak dengan disabilitas. Belum banyak orangtua yang menerima anak dengan disabilitas dengan hati yang tulus, yang mengakibatkan kurang terpenuhinya hak dan kebutuhan anak dengan disabilitas. Dalam hal ini, perlu adanya pengasuhan baik dari keluarga terutama kedua orangtua anak. Pengasuhan yang baik akan menghasilkan anak dengan disabilitas dapat memenuhi kebutuhan dan mendapatkan hak mereka sehingga dapat berfungsi secara sosial. Perlunya edukasi akan fungsi keluarga yang memang harus dipenuhi yaitu afeksi, keamanan, identitas,afiliasi, sosialisasi, kontrol harus diberikan orangtua kepada anak penyandang disabilitas. Pelayanan sosial bagi keluarga juga dapat diterapkan diadakan misalnya dengan pelayanan konseling keluarga, family life education (pendidikan kehidupan keluarga), dan parent support group dapat dilakukan oleh pekerja sosial dalam memberdayakan orang tua serta anak dengan disabilitas.
MANAJEMEN KASUS TINDAK KEKERASAN ANAK DI PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK P2TP2A PROVINSI DKI JAKARTA Sarah Farahdita Tamimi; Sahadi Humaedi
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4, No 1 (2017): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jppm.v4i1.14220

Abstract

Sebagai makhluk hidup dalam melalui fase-fase kehidupannya tentu tidak akan terlepas dari berbagai permasalahan. Pada fase anak ini pun dipastikan akan menghadapi masalah-masalah kehidupan. Masalah yang dialami oleh anak dapat terdapat berbagai macam mulai dari secara biologis atau fisik, psikis (mental) dan sosialnya. Banyak pula anak yang mengalami kekerasan oleh keluarganya sendiri sehingga mereka membuthkan perhatian khusus dari pihak lain untuk menangani permasalahan yang ada pada dirinya.Artikel ini membahas tentang manajemen kasus yang dilakukan pekerja sosial di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak P2TP2A Provinsi DKI Jakarta dalam penanganan kasus kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif. Diketahui bahwa angka kasus kekerasan terhadap anak meningkat dari tahun ke tahun. Ini merupakan penanganan isu yang membutuhkan penanganan dengan tepat karena dampaknya sangat berbahaya pada pertumbuhan anak secara fisik dan mental. Salah satu cara untuk menangani kasus tersebut adalah dengan manajemen kasus dan ditangani oleh tenaga profesional. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak P2TP2A Provinsi DKI Jakarta menangani kasus tersebut dengan pekerja sosial sebagai manajer kasus. Tujuan dari manajer kasus adalah untuk membantu klien mendapatkan kebutuhan mereka agar keberfungsian sosialnya kembali.
PERAN IBU YANG BEKERJA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK Fitriyani Fitriyani; Nunung Nurwati; Sahadi Humaedi
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 3, No 1 (2016): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.008 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v3i1.13626

Abstract

Di zaman yang serba modern ini banyak perempuan yang memilih bekerja atau menjadi wanita karier dibandingkan dengan menjadi ibu rumah tangga biasa. Hal ini bukan tanpa alasan melainkan semakin banyaknya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Meskipun telah ada suami yang bertugas untuk mencari nafkah agar terpenuhinya kebutuhan hidup namun karna sekarang harga-harga semakin mahal terkadang penghasilan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Maka dari itu istri bekerja membantu suami agar kebutuhan hidup dapat terpenuhi sehingga dapat bertahan hidup. Namun di sisi lain pada hakikatnya peran seorang istri adalah mengurus rumah tangga termasuk mengurus anak. Bagaimana seorang anak mendapatkan kasih sayang, bagaimana seorang anak mendapatkan pendidikan dan lain lain, hal itu merupakan tugas seorang istri yang sekaligus berperan sebagai ibu. Hal ini terkadang menjadi sebuah dilema bagi seorang istri, di sisi lain ia ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya agar mendapatkan kasih sayang, pendidikan, asupan makanan dan nutrisi yang tepat, namun di sisi lain ia juga ingin bekerja membantu suaminya agar dapat membantu menambah penghasilkan agar terpenuhinya kebutuhan hidup. Hal ini menjadikan seorang ibu harus berperan secara ganda yaitu sebagai seseorang yang membantu mencari nafkah membantu suaminya dan menjadi seorang ibu yang utuh yang bertugas mengasuh anak dalam memenuhi setiap kebutuhan anaknya.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Dengan menggunakan metode kualitatif peneliti dapat mendeskripsikan bagaimana peran ibu yang bekerja dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak. Selain itu peneliti juga menggunakan metode deskriptif agar dapat menggambarkan secara lengkap dan mendalam bagaimana peran ibu yang bekerja dalam memenuhi kebutuhan dasar anaknya.
EFEKTIVITAS PROGRAM KEMITRAAN PT. KAI DAOP 2 BANDUNG DALAM PENGEMBANGAN USAHA KECIL DAN MENENGAH Syammas Perdana; Eva Nuriyah Hidayat; Sahadi Humaedi
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 3, No 2 (2016): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jppm.v3i2.13692

Abstract

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua gambaran yang lainnya.Pemberdayaan sebagai strategi pengentasan kemiskinan harus menjadi proses multidimensi dan multisegi yang memobilisasi sumberdaya dan kapasitas masyasrakat. Dalam hal ini, pemberdayaan tidak lagi menjadi sesuatu yang teoritis melainkan menjadi alat untuk memutar-balikkan proses pemiskinan. Kelompok masyarakat miskin amat rentan karena mereka tidak memiliki sistem penyangga kehidupan yang memadai. Pemberdayaan ini dapat dijadikan sebagai media dalam menyuarakan kepentingan, prioritas dan alternatif terhadap solusi yang berkaitan dengan masalah., sehingga dalam prosesnya terdapat partisipasi oleh warganya.
PENGEMBANGAN MASYARAKAT MELALUI PELESTARIAN HUTAN MANGROVE OLEH KELOMPOK TANI PATRA KRIDA WANA LESTARI DIKECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP Islinawati Soleh; Hadiyanto A. Rachim; Sahadi Humaedi
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 3, No 2 (2016): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jppm.v3i2.13651

Abstract

Abstrak Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang berada pada muara sungai. Hutan mangrove biasa tumbuh pada daerah endapan lumpur yang berhubungan langsung dengan pasang surut air laut. Tumbuhan yang berupa pohon dan semak ini dapat tumbuh pada daerah air payau ataupun air laut. Hutan mangrove memiliki banyak sekali manfaat bagi kehidupan. Manfaat yang diberikan bukan hanya dibidang lingkungan, tetapi juga pada bidang sosial ekonomi. Beberapa manfaat dari hutan mangrove seperti melindungi pantai dari erosi dan abrasi, mencegah intrusi air laut, sebagai tempat tinggal hewan air, potensi edukasi dan tempat wisata, dan mitigasi perubahan iklim melalui penyerapan CO2 dari udara. Kampung Laut merupakan salah satu wilayah yang hampir seluruh wilayahnya dikelilingi oleh hutan mangrove. Namun seiring berjalannya waktu luas wilayah hutan mangrove semakin menyempit. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pembangunan rumah, penjarahan. Pencemaran lingkungan dan lain-lain. Kepunahan hutan mangrove memberikan dampak yang sangat nyata bagi masyarakat Kampung Laut. Dari permasalahan tersebut dibuatlah suatu upaya pencegahan yaitu dengan melakukan suatu proses pelestarian hutan mangrove yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Hal ini dilakukan dengan proses pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh Kelompok Tani Patra Krida Wana Lestari. Dengan kegiatan positif ini diharapakan agar ekosistem hutan mangrove dapat tetap lestari dan memberikan banyak dampak positif bagi kehidupan .
PELAYANAN LANJUT USIA TERLANTAR DALAM PANTI Sri Sulastri; Sahadi Humaedi
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4, No 1 (2017): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jppm.v4i1.14225

Abstract

Jumlah penduduk lanjut usia (60 tahun keatas) akan terus meningkat. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia berhubungan positif dengan Ageing index dan sebaliknya berhubungan negatif dengan Potential Support Ratio. Jika pendapatan penduduk yang bekerja sebagai pendukung penduduk lansia tidak menunjukkan peningkatan berarti, maka jumlah penduduk lansia terlantar akan terus meningkat. Jumlah penduduk lansia wanita cenderung lebih banyak dan lebih rentan daripada pria karena tingkat partisipasi angkatan kerjanya rendah, lebih banyak yang berstatus lajang dan tinggal sendiri, dan berpendidikan rendah. Kebijakan perlindungan lansia saat ini lebih mengedepankan pelaksanaan kesejahteraan sosial dengan kelompok sasaran prioritas yaitu penduduk lansia terlantar. Kegiatan pelayanan lebih ditujukan untuk perlindungan dan rehabilitasi sosial, diantaranya melalui panti reguler. Dalam RPJMD 2015-2019 dikembangkan kebijakan Perawatan Jangka Panjang (Long-Term Care) yang dilaksanakan oleh 3 komponen utama yaitu pemerintah, masyarakat, dan rumah tangga. Pemerintah bertugas untuk menyediakan sistem asuransi LTC dan layanan berbasis institusi melalui panti; masyarakat menyediakan layanan berbasis komunitas, dan rumah tangga melaksanakan layanan berbasis rumah tangga. Tulisan ini ditujukan untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi penduduk lanjut usia dan pelayanan lanjut usia terlantar dalam panti. Dari hasil penelusuran beberapa literatur terkait diperoleh informasi bahwa Kelompok sasaran pelayanan sosial dalam panti, termasuk yang dikelola oleh pemerintah masih memilih lansia yang mampu mandiri dan memiliki keluarga, padahal mereka dapat dilayani melalui model layanan home care dan community care. Pelayanan dalam panti seyogyanya memilih lansia yang sudah tidak memiliki kemandirian yang tidak dapat ditangani oleh model pelayanan lain. Untuk itu, diperlukan pengembangan mekanisme penjangkauan lansia tersebut, proses pelayanan yang relevan, penyediaan sumberdaya manusia dan sarana pelayanan yang memadai.
HUBUNGAN CARA MENGASUH OLEH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS PELAJAR SMA Novita Destiana; Gigin Ginanjar Kamil Basar; Sahadi Humaedi
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 3, No 1 (2016): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jppm.v3i1.13630

Abstract

-