Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Efikasi herbisida oksifluorfen 240 g/l untuk mengendalikan gulma pada budidaya padi sawah (Oryza sativa L) Uum Umiyati
Kultivasi Vol 15, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.236 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v15i2.11900

Abstract

Tujuan dari percobaan ini adalah menguji keefektifan dari herbisida Oksifluorfen 240 g/l dalam mengendalikan gulma umum pada budidaya padi sawah sistem pindah tanam. Percobaan dilaksanakan di Balai Penelitian Pertanian Desa Barepan Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon.  Waktu pelaksanaan percobaan dimulai dari bulan  Mei – Agustus 2016. Percobaan dilaksanakan dengan metode eksperimental dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan, rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok. Untuk menguji nilai tengah perlakuan yang berbeda digunakan uji lanjut Duncan pada tingkat kepercayaan 95 %. Perlakuan yang diujikan adalah herbisida Oksifluorfen 240 g/l dosis 1.2 l/ha, Oksifluorfen 240 g/l dosis 1.8 l/ha, Oksifluorfen 240 g/l dosis 2.4 l/ha, Oksifluorfen 240 g/l dosis 3 l/ha, Oksifluorfen 240 g/l dosis 3.6 l/ha, penyiangan manual dan kontrol. Hasil Pengamatan bahwa Herbisida Oksifluorfen 240 g/l efektif mengendalikan gulma dominan dan gulma co dominan pada tanaman padi.  Gulma dominan seperti spesies gulma Fimbristylis miliacea, gulma co dominan seperti Ludwegia perrennis, Monochoria vaginalis, Echinochloa colona dan Leptochloa sinensis, dan gulma lainnya sampai pengamatan 7 MSA dengan kisaran dosis 1.2 – 3.6 l/ha l/ha. Herbisida Oksifluorfen 240 g/l dari  kisaran dosis 1,2  l/ha sampai dosis 3.6 l/ha hingga pengamatan 3 MSA tidak memperlihatkan gejala keracunan pada tanaman padi.  Herbisida Oksifluorfen 240 g/l pada dosis 3.6 l/ha menunjukkan tinggi tanaman yaitu 94,23 cm. Herbisida Bellmac 240 EC dengan bahan aktif  Oksifluorfen 240 g/l dengan kisaran dosis 2.4 l/ha – 3.6 l/ha menunjukkan rata-rata berat  kering panen gabah sebesar 15,21 – 15,38 Kg gabah kering /petak.  Kata Kunci : efikasi, Oksifluorfen 240 g/l, gulma, padi sawah  
Campuran herbisida IPA glifosat, imazetafir, dan karfentrazon-etil dalam mengendalikan gulma daun lebar, gulma daun sempit, dan teki Dedi Widayat; Uum Umiyati; Yayan Sumekar
Kultivasi Vol 20, No 1 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i1.29236

Abstract

Abstrak. Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida tunggal tidak dapat mengendalikan berbagai jenis gulma, oleh karena itu perlu dilakukan pencampuran herbisida. Campuran herbisida dengan dua atau lebih jenis bahan aktif dapat bersifat sinergis, aditif, atau antagonis. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sifat campuran herbisida IPA glifosat,  imazetafir, dan karfentrazon-etil terhadap gulma daun lebar, gulma daun sempit, dan teki. Penelitian dilakukan pada Oktober 2018 sampai Januari 2019 di Laboratorium Kultur Terkendali Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Perlakuan terdiri dari empat jenis herbisida dengan enam dosis, yaitu herbisida campuran IPA glifosat 380 g/L  + imazetafir 40 g/L +  karfentrazon-etil 8 g/L (dosis  2,000 L/ha; 1,000 L/ha; 0,500 L/ha; 0,250 L/ha; 0,125 L/ha, dan tanpa herbisida),  herbisida tunggal IPA glifosat 380 g/L (dosis 3,000 L/ha; 1,500 L/ha; 0,750 L/ha; 0,375 L/ha; 0,188 L/ha, dan tanpa herbisida), herbisida tunggal imazetafir 40 g/L (dosis 3,000 L/ha; 1,500 L/ha; 0,750 L/ha; 0,375 L/ha; 0,1875 L/ha dan tanpa herbisida), herbisida tunggal karfentrazon-etil 8 g/L (dosis 3,000 L/ha; 1,500 L/ha; 0,750 L/ha; 0,375 L/ha; 0,188 L/ha dan tanpa herbisida) yang diulang empat kali. Gulma target terdiri  dari Ageratum conyzoides, Borreria alata, Ischaemum timorense, Ottochloa nodosa, dan Cyperus rotundus.  Data dianalisis dengan analisis regresi linier dan metode Multiplicative Survival Model untuk menentukan LD50 perlakuan dan LD50 harapan. Hasil penelitian  menunjukan bahwa persentase kerusakan yang disebabkan oleh herbisida campuran IPA glifosat, imazetafir, dan karfentrazon-etil lebih tinggi daripada masing-masing herbisida secara tunggal. Sifat campuran herbisida IPA glifosat dengan imazetafir atau imazetafir dengan karfentrazon-etil memiliki nilai ko-toksisitas lebih dari satu (>1) yang menunjukkan bahwa herbisida campuran bersifat sinergis pada gulma Ageratum conyzoides, Borreria alata, Ischaemum timorense, Ottochloa nodosa, dan Cyperus rotundus.Kata kunci : Herbisida campuran, Imazetafir, IPA Glifosat, Karfentrazon-etil. Abstract. Weed control using a single herbicide cannot control various types of weeds, therefore it is necessary to mix herbicides. Herbicide mixtures with two or more types can be synergistic, additive, or antagonistic. The research objective was to determine the properties of the herbicide mixture IPA glyphosate, imazetafir, and karfentrazone-ethyl against broad leaves weeds, grasses, and sedges. The research was conducted from October 2018 to January 2019 at the Laboratory of Controlled Culture, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. The treatments consisted of four types of herbicides with six doses. There were herbicide mixture of IPA glyphosate 380 g/L + imazetaphyr 40 g/L + carfentrazone-ethyl 8 g/L (dose 2.000 L/ha, 1.000 L/ha, 0.500 L/ha, 0.250 L/ha, 0.125 L/ha, and without herbicide), single herbicide IPA glyphosate 380 g/L (dose 3.000 L/ha, 1.500 L/ha, 0.750 L/ha, 0.375 L/ha, 0.188 L/ha, and without herbicide), single herbicide imazetaphyr 40 g/L (dose 3.000 L/ha, 1.500 L/ha, 0.750 L/ha, 0.375 L/ha, 0.1875 L/ha, and without herbicide), single herbicide carfentrazone-ethyl 8 g / L (dose 3.000 L/ha, 1.500 L/ha, 0.750 L/ha, 0.375 L/ha, 0.188 L/ha, and without herbicide) which was repeated four times. The target weeds consisted of Ageratum conyzoides, Borreria alata, Ischaemum timorense, Ottochloa nodosa, and Cyperus rotundus. Data were analyzed by linear regression and Multiplicative Survival Model to determine the LD50 treatment and LD50 expectations. The results showed that the percentage of damage caused by the herbicide mixture of IPA glyphosate, imazetaphyr, and carfentrazone-ethyl was higher than each herbicide. Mixture of IPA glyphosate with imazetaphyr or imazetaphyr with carfentrazone-ethyl had more than one (> 1) co-toxicity value which indicates that the mixed herbicide was synergistic in controlling of Ageratum conyzoides, Borreria alata, Ischaemum timorense, Ottochloa nodosa, and Cyperus rotundus.Keyword : Carfentrazone-ethyl, Herbicide mixture, Imazetaphyr, IPA Glyphosate.
Herbisida campuran Imazapic 262,5 G.L-1 dan Imazapir 87,5 G.L-1 sebagai pengendali gulma umum pada budidaya tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) Uum Umiyati; Denny Kurniadie; A. F. Pratama
Kultivasi Vol 14, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.262 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v14i1.12096

Abstract

Tebu adalah tanaman yang menghasilkan bahan pemanis berupa gula pasir.Hasil gula pasir dapat menurun akibat kompetisi gulma. Pengendalian menggunakan herbisida dapat menekan gulma dan meningkatkan pertum-buhan tanaman tebu. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan dosis aplikasi herbisida campuran Imazapic 262,5 g.L-1 dan Imazapir 87,5 g.L-1 yang terbaik dalam mengendalikan gulma umum di lahan budidaya tebu. Perco-baan dilakukan di PG. Rajawali, Cirebon, Jawa Barat pada bulan Maret - Mei 2014. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Sederhana yang terdiri dari tujuh perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan terdiri dari A) herbisida campuran Imazapic dan Imazapir dengan dosis 0,75 l.ha-1, B) herbisida campuran Imazapic dan Imazapir dengan dosis 0,625 l.ha-1, C) herbisida campuran Imazapic dan Imazapir dengan dosis 0,5 l.ha-1, D) herbisida campuran Imazapic dan Imazapir dengan dosis 0,375 l.ha-1, E) herbisida campuran Imazapic dan Imazapir dengan dosis 0,25 l.ha-1, F) penyiangan manual 1x, dan G) kontrol. Hasil percobaan menun-jukkan bahwa aplikasi herbi-sida campuran Imazapic 262,5 g.L-1 dan Imazapir 87,5 g.L-1 dapat mengendalikan gulma Digitaria ciliaris (retz.) koel dari 4 MSA sampai 12 MSA, Digitaria sanguinaslis (L.) Scop dari 8 MSA sampai 12 MSA dan gulma total pada 4 MSA dan 12 MSA dengan dosis 0,5 l.ha-1. Aplikasi herbisida campuran Imazapic dan Imazapir tidak berpe-ngaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan jumlah anakan pada tanaman tebu. Campuran herbisida Imazapic dan Imazapir dengan dosis 0,25 l.ha-1 sampai 0,75 l.ha-1 tidak menyebabkan fitotok-sisitas pada tanaman tebu. Kata kunci : Tebu ∙ Herbisida ∙ Imazapic ∙ Imazapir
Herbisida penoksulam 25 g/L sebagai pengendali gulma teki dan daun lebar pada budidaya padi sawah sistem tanam pindah Uum Umiyati; Dedi Widayat; Denny Kurniadie; Gumiwang Gumiwang
Kultivasi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i2.26105

Abstract

AbstrakPenoxsulam merupakan herbisida yang dapat mengendalikan gulma rumput, teki, dan daun lebar dengan cara menghambat enzim acetolactate synthase. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan dari herbisida penoxsulam 25 g/L dalam mengendalikan gulma teki dan daun lebar pada budidaya padi sawah sistem pindah tanam. Percobaan dilakukan di lahan petani pad sawah Desa Pasirjengkol, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok menggunakan 6 perlakuan (4 dosis uji dan 2 kontrol) dan empat ulangan. Dosis yang diuji adalah herbisida penoxsulam 25 g/L dengan dosis 10 g, 15 g, 20 g, 25 g, dan 30 g bahan aktif/ha. Kontrol menggunakan pengendalian secara mekanik serta tanpa pengendalian gulma. Herbisida penoxsulam 25 g/L efektif mengendalikan gulma Fimbristylis miliacea dan Spenochlea zeylanica pada tanaman padi sistem pindah tanam.  Semua dosis uji tidak memperlihatkan gejala keracunan pada tanaman padi. sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman padi, seperti jumlah anakan serta tinggi tanaman. Herbisida berbahan aktif penoxsulam 25 g/L dengan dosis 10 g b.a/ha, merupakan dosis yang paling efektif dalam pengendalian gulma padi sawah berdasarkan produktivitas padi dan berat kering gulma.Kata Kunci: herbisida, penoxsulam 25 g/L, teki, daun lebarAbstractPenoxsulam is a herbicide that can control weeds, such as grasses, sedges, and broadleaves by inhibiting acetolactate synthase enzyme. This experiment was carried out to determine the ability of penoxsulam 25 g/L herbicide in controlling sedges and broadleaves weed in paddy field. The experiment was carried out in the farmers field in Pasirjengkol Village, Karawang Regency, West Java. The experimental design used randomized block design. It consisted of 6 treatments (4 test doses and 2 controls) and four replications. Treatment doses tested were penoxsulam herbicide 25 g/L at a dose of 10 g, 15 g, 20 g, 25 g, and 30 g active ingredient per ha. Control used mechanical weeding and without weed control. Penoxsulam herbicide 25 g/L was effective in controlling Fimbristylis miliacea and Spenochlea zeylanica in paddy field. All test doses showed no symptoms of toxicity in paddy plants, so it did not affect the vegetative growth of rice plants, such as the number of tillers and plant height. Herbicide with active ingredient of penoxsulam 25 g/L with a dose of 10 g active ingredient per ha was the most effective dose in controlling weed based on rice productivity and weed dry weight.Keywords: herbicide, penoxsulam 25 g/L, sedges, broadleaves
Hubungan kualitas air tercemar dengan keragaman gulma air di daerah aliran sungai Cikeruh dan Cikapundung Provinsi Jawa Barat Denny Kurniadie; D. V. Putri; Uum Umiyati
Kultivasi Vol 15, No 3 (2016)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.612 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v15i3.11763

Abstract

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus dengan tujuan untuk mengetahui keragaman gulma air  dan hubungan keberadaan gulma air yang tumbuh pada DAS Cikeruh dan DAS Cikapundung Propinsi Jawa Barat dengan kualitas air yang tercemar limbah pertanian, limbah pemukiman, dan limbah industri.  Metode penelitian metode weed survey dengan cluster sampling  diletakkan pada komunitas vegetasi di daerah hulu, tengah, dan hilir  sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gulma dominan tumbuh di sungai Cikeruh adalah : Drymaria cordata (L), daerah tengah dan hilir adalah: Eleusine indica (L), sedangkan gulma di DAS  Cikapundung bagian hulu adalah Drymaria cordata (L), daerah tengah dan hilir  adalah Ageratum conyzoides (L), dan Cyperus difformis (L). Nilai C sungai Cikeruh dan sungai Cikapundung menunjukkan lebih kecil dari 75% atau tidak terdapat kesamaan populasi, sedangkan nilai H’ termasuk dalam kategori rendah, dan nilai E termasuk dalam kategori sedang. Tidak terdapat korelasi antara keragaman jenis gulma dengan kualitas air di DAS Cikeruh dan DAS Cikapundung. Kata Kunci : dominasi gulma, pencemaran, keragaman gulma air
Pergesaran populiasi gulma pada olah tanah dan pengendalian gulma yang berbeda pada tanaman Uum Umiyati; Denny Kurniadie
Kultivasi Vol 16, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.741 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v16i2.11761

Abstract

Tujuan dari perobaan ini adalah mengetahui pergeseran populasi gulma pada olah tanah dan pengendalian gulma yang berbeda. Percobaan dilakukan dari bulan Juni – Agustus 2016 di UPTD Balai Pengembangan Benih Palawija (BPBP) Desa Barepan Kabupaten Cirebon.  Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak dengan 6 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 4 kali. Perlakuan tersebut adalah A     = Tanpa Olah Tanah dan pengendalian gulma dengan herbisida , B            = Tanpa Olah Tanah dan pengendalian gulma secara mekanis, C           = Tanpa Olah Tanah dan tanpa pengendalian gulma, D  = Olah Tanah Sempurna dan pengendalian gulma dengan herbisida, E    = Olah Tanah Sempurna dan pengendalian gulma secara mekanis dan F   = Olah Tanah Sempurna dan tanpa pengendalian gulma.  Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 9 jenis gulma sebelum perlakuan, yang didominasi oleh gulma Ludwegia octovalvis dengan SDR sebesar 19,02%, gulma codominan terdiri dari Fimbristylis miliace  SDR 15,55 %, Echinocloa crusgali dengan SDR 13,42 %, Monochoria vaginalis dengan SDR 12,39 %, Cyperus iria SDR 10,03 %.  Setelah perlakuan gulma yang selalu muncul pada setiap perlakuan terdiri dari 3 spesies, yaitu Echinocloa colona L. Cyperus iria L, Cynodon dactylon L dan Althernanthera  piliodes  L.  Dominasi gulma Ludwegia perennis L setelah perlakuan digantikan oleh adanya kegiatan pengendalian dan pengolahan tanah. Perubahan spektrum gulma cukup besar kemungkinannya disebabkan oleh adanya tekanan selektivitas yang cukup tinggi dari herbisida yang digunakan.  Akibat penggunakan satu jenis herbisida secara terus menerus pada satu lahan, maka akan terjadi perubahan dominasi gulma dari komunitas gulma yang peka menjadi gulma yang toleran. Gulma Echinocloa colona L dan Cyperus iria ditemui pada seluruh petak percobaan, hal ini karena kedua gulma tersebut memperbanyak diri dengan biji dan stolon. Kata Kunci : pergeseran gulma,  olah tanah, pengendalian gulma.
Studi efektivitas herbisida oksifluorfen 240 gl-1 sebagai pengendali gulma pada budidaya bawang merah (Allium ascalonicum L.) Uum Umiyati
Kultivasi Vol 15, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.928 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v15i1.12003

Abstract

Penelitian lapangan bertujuan untuk mengetahui efektivitas herbisida berbahan aktif Oksifluorfen 240 gL-1. Sebagai pengendali gulma umum pada tanaman bawang merah. Percobaan dilakukan di desa Cikuya kecamatan Banjarharjo kabupaten Brebes dari bulan Oktober – Desember 2015. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok  dengan 4 ulangan dan 7 perlakuan.  Perlakuan terdiri dosis herbisida oksifluorfen 240 gaiL-1dengan dosis 1,00; 1,50; 2,00; 2,50 dan  3,00 l/hektar, penyiangan secara manual dan tanpa pengendalian herbisida maupun penyiangan (kontrol).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa herbisida oksifluorfen 240 gaiL-1 dengan dosis 1,5–3 l/ha efektif mengen-dalikan  gulma dominan tanaman bawang merah  seperti Cynodon dactylon, Echinocloa colona, Cyperus iria Phyllhanthus debillis,  Euphorbia hirta,  gulmalain sertasemua jenis gulma sampai pengamatan 6 msa. Serta tidak menyebabkan keracunan tanaman bawang merah sampai pengamatan 6 minggu setelah aplikasi herbisida (msa) sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman.  Herbisida Oksifluorfen 240 gaiL-1 dengan kisaran dosis 1,5 – 3 l/ha menghasilkan jumlah umbi per petak berkisar 7 – 7,92 umbi/tanaman, sedangkan pada dosis 2 l/ha  menunjukkan rata-rata berat  umbi basah bawang merah sebesar 24,15 kg/petak. Kata kunci : Efikasi ∙ Herbisida  Oksifluorfen ∙ Gulma ∙ Bawang merah ___________________________________________
Efektivitas herbisida bentazone sodium (370 g/L) dan MCPA DMA (62 g/L) dalam mengendalikan gulma pada budidaya padi sawah Uum Umiyati; Denny Kurniadie; Dedi Widayat; Yayan Sumekar; A. Iim
Kultivasi Vol 17, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.532 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v17i3.18731

Abstract

Sari. Pengendalian gulma pada budidaya padi sawah perlu dilakukan, karena gulma dapat menyebabkan penurunan hasil padi sawah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keefektifan campuran  herbisida Bentazone sodium dan MCPA DMA dalam mengendalikan gulma pada budidaya padi sawah. Percobaan dilaksanakan pada bulan November sampai bulan Desember 2017 di Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. Rancangan percobaan yang dilakukan yaitu Rancangan Acak Kelompok dengan tujuh perlakuan dan empat kali ulangan, percobaan yang diuji yaitu: campuran herbisida Bentazone sodium + MCPA DMA dosis 0,75 L/ha; 1 L/ha; 1,25 L/ha; 1,5 L/ha; 1,75 L/ha; penyiangan manual, dan tanpa perlakuan (kontrol). Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan campuran herbisida Bentazone Sodium + MCPA DMA 0,75 L/ha efektif mengendalikan gulma Fimbristylis miliaceae, Ludwigia adscendes, Cyperus difformis, dan Leptochloa chinensis dan tidak menimbulkan keracunan pada tanaman padi. Campuran herbisida Bentazone Sodium + MCPA DMA 0,75 L/ha – 1,75 L/ha dapat meningkatkan bobot biji kering padi.Kata Kunci: Bentazone sodium, MCPA DMA, Herbisida Campuran, PadiAbstract. Weed control in rice cultivation must be improved, because weeds can decrease rice yield. The purpose of this experiment was to quantify the effectiveness of herbicide mixture of Bentazone sodium and MCPA DMA in controlling weeds on rice field.  The experiment was conducted in Ciparay district, Bandung Regency, from September to Desember 2017. The experiment used experimental method. It used Randomized Block Design (RBD) that consisted of 7 treatments and 4 replications. The treatment was  dosage 0,75 L/ha; 1 L/ha; 1,25 L/ha; 1,5 L/ha; and 1,75 L/ha of herbicide mixture Bentazone sodium + MCPA DMA, Manual weeding, and Without treatment (control). Dosage 0,75 L/ha of herbicide mixture of Bentazone sodium + MCPA DMA effectively control weeds Fimbristylis miliaceae, Ludwigia adscendens, Cyperus difformis, and Leptochloa chinensis. Herbicide mixture of Bentazone sodium + MCPA DMA at all tested doses showed that there was no symptoms of herbicide toxication in rice crops. Herbicide mixture of Bentazone sodium + MCPA DMA at dose 0,75 L/ha – 1,75 L/ha improved dry grain weight.Keyword ; Bentazone sodium, MCPA DMA, mixture herbicide, rice
Pengaruh Inokulasi Trichoderma sp dan Varietas Bawang Merah Terhadap Penyakit Moler dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L). Deden Deden; Uum Umiyati
Kultivasi Vol 16, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.218 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v16i2.12213

Abstract

Bawang  merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif, khusunya petani di wilayah Cirebon. Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada tanaman bawang merah adalah penyakit moler. Saat ini pengendalian penyakit Moler masih bertumpu pada penggunaan kimia (Fungisida). Salah satu agen hayati yang sudah terbukti berperan ampuh sebagai pengendali hayati yaitu Trichoderma sp.  Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh dan interaksi antara Trichoderma sp dan varietas bawang merah terhadap pengendalian penyakit moler dan hasil tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L), (2) Untuk mengetahui jenis dan dosis Trichoderma sp dan varietas yang paling baik mengendalikan penyakit moler dan dapat meningkatkan tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L), (3) Untuk mengetahui korelasi terhadap komponen pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). Sedangkan target luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah (1) Memberikan tambahan iptek bagi masyarakat petani bawang merah di Kabupaten Cirebon, khususnya dalam mengatasi penyakit Moler, (2) Meningkatkan produktivitas tanaman bawang merah sebagai upaya peningkatan pendapatan petani di Kabupaten Cirebon, (3) Publikasi ilmiah pada jurnal ilmiah, baik jurnal lokal maupun nasional yang terakreditasi (Jurnal Ilmiah Agrijati (Fakultas Pertanian) dan Logika (Universitas), dan (4) Pengayaan ilmu bahan ajar.Penelitian dilaksanakan di Desa Playangan, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon - Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2016. Metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial. Perlakuan terdiri dari dua faktor yang diulang tiga kali. Faktor pertama adalah Trichoderma (T) 4 perlakuan yaitu, T1 = Tanpa Aplikasi Trichoderma, T2 = Aplikasi Trichoderma harzianum 5 ml/liter, T3 = Aplikasi Trichoderma koningii 5 ml/liter, T4 = Aplikasi Trichoderma harzianum 2,5 ml/liter dan Trichoderma koningii 2,5 ml/liter. Sedangkan faktor yang kedua adalah varietas bawang merah (V) yang terdiri dari 3 perlakuan (V) yaitu V1 = Varietas Bima, V2 = Varietas Ilokos, V3 = Varietas Sumenep. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali sehingga jumlah petak dalam penelitian sebanyak 4 x 3 x 3 = 36 petak.Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh interaksi yang nyata antara Trichoderma dan varietas bawang merah terhadap parameter rata-rata jumlah daun 6 MST, dan bobot umbi kering per petak. Terdapat efek mandiri dari perlakuan Trichoderma terhadap rata-rata tinggi tanaman 4 dan 5 MST, jumlah daun 5 MST, biomassa tanaman 5 dan 6 MST, dan bobot umbi kering per rumpun, serta efek mandiri varietas bawang merah pada rata-rata tinggi tanaman 4, 5 ,6 MST, jumlah daun 4 dan 5 MST, jumlah anakan per rumpun, dan bobot umbi kering per rumpun. Perlakuan V1 (Varietas Bima) dengan T3 (T. koningii 5 ml/liter) berinteraksi nyata menghasilkan bobot umbi kering rata-rata 5,35 kg per petak, atau setara 9,07 ton/ha Interaksi terbaik ditunjukan dari hasil perlakuan V2 (Varietas Ilokos) dan T3 (T. koningii 5 ml/liter), menghasilkan bobot umbi kering rata-rata mencapai 5,42 kg per petak. atau setara 10,18 ton/ha. Terdapat korelasi yang nyata antara komponen pertumbuhan tinggi tanaman umur 4 MST dan jumlah daun umur 5 dan 6 MST terhadap hasil bobot umbi kering per petak.Kata kunci : Bawang Merah, Trichoderma sp, Penyakit Moler.
KEANEKARAGAMAN GULMA DOMINAN PADA PERTANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) DI KABUPATEN GARUT Yayan Sumekar; Uum Umiyati; Kusumiyati Kusumiyati; Yussi Rabani
AGRIVET JOURNAL Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : UNIVERSITAS MAJALENGKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuat pemetaan gulma-gulma pada pertanaman tomat di Kabupaten Garut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, melalui metode survey. Setiap komoditas pertanaman diteliti pada 4 areal yang menyebar di berbagai kondisi lingkungan yang berbeda dengan umur tanaman berkisar 25 sampai 40 hari. Setelah didapatkan jumlah petak-contoh yang diperlukan maka dilakukan analisis vegetasi. Setiap analisis vegetasi ditentukan: spesies gulma, kerapatan gulma, frekuensi gulma, dominasi gulma, SDR, koefisien komunitas, bobot kering gulma. Kuesioner diberikan kepada petani untuk mengetahui sejarah daerah penelitian, seperti varietas tanam yang digunakan, pola tanam yang digunakan, jenis pupuk yang digunakan, teknik pengendalian gulma, dan usia tanaman. Hasil penelitian menunjukkan gulma dominan yang ditemukan di areal tanaman tomat 16 spesies gulma. Tercatat 11 spesies gulma daun lebar, yaitu: Alteranthera sessilis, Oxalis latifolia, Portulaca oleraceae, Erechtites valerianifolia, Drymaria villosa, Amaranthus spinonsus, Galinsoga parviflora, Erigeron sumatrensis, Oxalis corniculata, Ageratum conyzoides, dan Richardia brasiliensis. Tercatat 4 spesies gulma rumput, yaitu: Digitaria cilaris, Eulesine indica, Cynodone dactilone, dan Leptochloa chinensis. Terdapat 1 spesies gulma teki, yaitu: Cyperus rotundus. Kata Kunci : Keanekaragaman, Gulma, Tomat