Agustina Erlinda Marpaung
Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Peningkatan hasil tiga varietas bawang merah asal biji dengan pemanfaatan pupuk organik ikan di dataran tinggi basah Bina Karo; Agustina Erlinda Marpaung; Susilawati Barus; Rina Christina Hutabarat; Rasiska Tarigan
Kultivasi Vol 21, No 1 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i1.36528

Abstract

AbstrakSalah satu cara untuk meningkatkan produktivitas tanaman bawang merah pada musim hujan yaitu dengan penggunaan bahan tanaman yang sehat melalui penggunaan benih true shallot seeds (TSS), karena secara umum penggunaan umbi bawang merah sebagai bahan perbanyakan tidak efektif di musim hujan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis dan jenis pupuk organik ikan yang dapat meningkatkan produksi  tiga varietas bawang merah asal TSS di dataran tinggi basah. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei – September 2018 di Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Berastagi, Kabupaten Karo, pada ketinggian tempat 1340 meter dengan jenis tanah Andisol. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah varietas bawang merah, yang terdiri dari taraf varietas Trisula, Bima, dan Tuktuk, sementara faktor kedua adalah dosis pupuk organik Ikan yang terdiri dari taraf tanpa pupuk organik ikan, 1000 kg/ha kering, 2000 kg/ha kering, 1000 kg/ha fermentasi, dan 2000 kg/ha fermentasi. Hasil yang diperoleh adalah varietas Trisula dan Tuktuk lebih adaptif di dataran tinggi basah dibandingkan Bima. Pemberian 2000 kg/ha pupuk organik ikan fermentasi mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah. Terdapat interaksi antara varietas bawang merah dengan pemberian pupuk ikan terhadap bobot umbi per tanaman. Varietas Trisula dan pemberian 2000 kg/ha pupuk organik ikan fermentasi menghasilkan bobot umbi per tanaman tertinggi yaitu 76,33 g.Kata Kunci: Allium cepa L ∙ Pupuk organik ikan ∙ TSS ∙ Varietas   AbstractOne of several ways to increase the productivity of shallots in the rainy season is the using healthy plant materials, i.e., true shallot seeds (TSS), because in general the use of shallot bulbs as a propagation material is not effective in the rainy season. This study aims to determine the dose and type of fish organic fertilizer that can increase the production of three shallot varieties from TSS in the highland during rainy season. This research was conducted from May to September 2018 in the the Installation of Research and Assessment of Agricultural Technology Berastagi, Karo Regency, with an altitude of 1340 meters above sea level and classified as Andisol soil type. his study used factorial Randomized Completely Block Design with 3 replications. The first factor was shallot variety (Trisula, Bima, Tuktuk), while the second factor was dose of fish organic fertilizer (Without fish organic fertilizer, 1000 kg ha-1 dried, 2000 kg ha-1 dried, 1000 kg ha-1 fermented, 2000 kg ha-1 fermented). The result obtained were Trisula and Tuktuk varieties more adapted in tropical wet highlands. Providing 2000 kg ha-1  of fermented fish organic fertilizer could increase the growth and production of shallots. There was an interaction between shallot varieties with fish organic fertilizer on tuber weights per plant. Trisula variety and application of 2000 kg  ha-1  fermented fish organic fertilizer produced the highest bulb weight per plant at 76,33 g. Keywords: Allium cepa L ∙ Fish organic fertilizer ∙ TSS ∙ Variety 
Karakterisasi dan Evaluasi Markisa Asam Hibrid Hasil Persilangan Markisa Asam Ungu dan Merah (Passiflora sp.) (Characterization and Evaluation of Passion Fruit Acid Hybrid from Purple and Red Passion Fruit Acid Crossing) Agustina Erlinda Marpaung; nFN Karsinah; Bina Br Karo
Jurnal Hortikultura Vol 26, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v26n2.2016.p163-170

Abstract

Persilangan merupakan upaya memperbesar keragaman genetik dengan memadukan sifat tetua untuk mendapatkan varietas unggul. Saat ini tanaman markisa ungu merupakan buah yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan sebagai bahan baku untuk pembuatan sirup. Namun, bobot buah markisa ungu tergolong kecil sehingga perlu dilakukan persilangan antara markisa asam ungu dan merah untuk mendapatkan markisa asam hibrid yang lebih unggul. Penelitian bertujuan mengetahui karakter calon varietas markisa asam hasil persilangan markisa asam ungu dan markisa asam merah, dan melihat keunggulannya dibandingkan dengan markisa asam ungu. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Berastagi, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat 1.340 m di atas permukaan laut (dpl.) dan jenis tanah Andisol. Kegiatan dilakukan pada kurun waktu 2008 – 2010 dengan kegiatan meliputi persilangan antara markisa asam ungu dan merah, serta karakterisasi dan evaluasi yang dilakukan pada benih, daun, dan buah dari markisa asam hibrid dan tetuanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa markisa asam hibrid mempunyai beberapa keunggulan, antara lain bobot buah lebih besar (110–130 g) dibanding markisa asam ungu dan merah (49,52 – 56,08 g dan 79,21 – 120,51 g), sari buah kental, ukuran buah lebih besar, dan sedikit beraroma jambu biji. Kandungan kimia buah (total padatan terlarut/TSS) buah markisa asam hibrid secara umum sama dengan markisa asam ungu, yaitu 16o Brix, sedangkan markisa asam merah nilainya lebih tinggi, yaitu 19o Brix. Total asam markisa asam hibrid lebih tinggi dibanding dengan kedua tetuanya 4,42%, sedangkan vitamin C lebih rendah, 34,65 mg/100 g bahan. Hasil preferensi konsumen terhadap rasa buah markisa asam ungu dan hibrid menunjukkan bahwa para panelis menyukai rasa kedua markisa tersebut, sedangkan untuk aroma, markisa asam ungu lebih disukai dibanding markisa asam hibrid.KeywordsPassiflora sp.; Markisa asam; Karakterisasi; Evaluasi; PersilanganAbstractCrosses are an attempt to enlarge the genetic diversity by combining the properties of elders to obtain superior varieties. The current crop of purple passion fruit is a fruit that has a high economic value, and as a raw material for the manufacture of syrup, purple passion fruit weight relatively small, so that should be a cross between purple and red passion fruit acids to get a greater hybrid passion fruit. The aim of the research was to know the character of passion fruit candidate variety from crosses between purple and red passion fruit, and to know a greater quality compared with purple passion fruit. The research conducted in Berastagi Experimental Garden, District Dolat Rayat, Karo, North Sumatera, with a height of 1,340 m above sea level (asl.) and the type of soil is Andisol. The activities conducted in 2008 – 2010 with activities include crossing between purple and red passion fruit acid, characterization, and evaluation made in the seeds, leaves, and fruit to hybrid passion fruit acid and its parents. The result showed that hybrid passion fruit acid has several advantages, there are fruit weight bigger (110 – 130 g) compared to purple and red passion fruit (49.52 – 56.08 g and 79.21 – 120.51 g), condensed juice, fruit size is larger and slightly scented guava. Chemical ingredients fruit (total dissolved solids/TSS) passion fruit acids are generally the same hybrid with a purple passion fruit acid that is 160o Brix, while the red passion fruit acid value is higher 19o Brix. Total acid hybrid passion fruit acid higher than parent plants 4.42%, while vitamin C is lower 34.65 mg/100 g of material. The result of consumer preference for the taste of purple passion fruit acids and hybrid showed that the panelists liked the taste of the passion fruit, while the aroma, purple passion fruit acid is preferred over sour passion fruit hybrid.
Peningkatan Produksi dan Mutu Benih Wortel (Daucus carota) Varietas Lokal Melalui Pemangkasan Cabang dan Pemupukan Boron (Increasing the Production and Quality of Carrot Seed Local Variety Through Branch Pruning and Boron Fertilization) Agustina Erlinda Marpaung; Bina Karo; Rasiska Tarigan
Jurnal Hortikultura Vol 27, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v27n1.2017.p45-54

Abstract

Teknik perbenihan perlu diperhatikan untuk mendapatkan benih wortel  bermutu. Hal ini terjadi dikarenakan oleh teknik perbenihan / pemilihan umbella sebagai sumber bibit kurang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produksi dan mutu benih wortel melalui perlakuan pemangkasan cabang dan pemberian pupuk boron. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Mei 2014 di kebun percobaan Berastagi, dengan ketinggian ± 1340 meter dpl, jenis tanah andisol. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 3 ulangan, dimana faktor 1: Teknik Pemangkasan (P0. Tanpa pemangkasan, P1. Pemangkasan cabang tersier, P2. Pemangkasan cabang primer dan tersier) dan faktor 2  = Dosis Pupuk Boron (Bo. 0,  B1. 5 kg/Ha, B2. 10 kg/Ha dan B3. 15 kg/Ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangkasan cabang tersier pada perbenihan wortel dapat meningkatkan jumlah cabang sekunder 15.12% – 23.91%, diameter cabang sekunder 17.87% – 19.97%, bobot kotor benih 66.87 – 70.62%, bobot bersih benih 62.85% – 70.62% dan menurunkan persentase benih hampa 32.82% – 44.52%. Pemberian pupuk boron dengan dosis 15 kg/ha dapat meningkatkan jumlah cabang sekunder 60.89%, bobot kotor benih 59.85%, bobot bersih benih 67.68% dan menurunkan persentase benih hampa ±58.32% dibanding tanpa pemberian boron. Persentase tumbuh benih dapat ditingkatkan (49.28 – 51.89%) dengan perlakuan pemangkasan cabang tersier dan pemberian pupuk boron 5- 10 kg/ha.KeywordsDaucus carota; Pemangkasan cabang; Pupuk boronAbstractSeeding techniques need considered to get a quality carrot seeds. This occurs due to the seeding technique/umbella election as seed sources are less precise. This study aims to improve the production and quality of carrot seeds by treatment branch pruning and fertilizer application boron. The study was conducted from January to May 2014 in Berastagi Experimental Gardens, with an altitude of ± 1,340 m asl, Andisol soil type. The design used was a factorial randomized block design with three replications. Factor 1: pruning techniques (P0 = without pruning, P1 = pruning tertiary branches, P2 = pruning primary and tertiary branches) and factor 2 = dose boron fertilizer (Bo = 0, B1 = 5 kg/ha, B2 = 10 kg/ha and B3 = 15 kg/ha). The results show that tertiary branch pruning can increase the number of secondary branches 15.12–23.91%, the diameter of the secondary branch 17.87–19.97%, gross weight of seed 66.87–70.62%, net weight of seed 62.85–70.62% and reduced the percentage of empty seed 32.82–44.52%, boron fertilizer with a dose of 15 kg/ha can increase the number of secondary branches of 60.89, 59.85% seed gross weight, net weight of seeds of 67.68%, and reduced the percentage of empty seed ± 58.32% than without boron. The percentage of good growing seed can be improved ha (49.28–51.89%) by tertiary branch pruning and fertilizer application 5 to 10 kg/ha.
Potensi Pemanfaatan Formulasi Pupuk Organik Sumber Daya Lokal untuk Budidaya Kubis (Potential Use Formulation of Fertilizer Local Natural Resources for Cabbage Plantation) Agustina Erlinda Marpaung; Bagus Kukuh Udiarto; Liferdi Lukman; nFN Hardiyanto
Jurnal Hortikultura Vol 28, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v28n2.2018.p191-200

Abstract

Pemupukan organik banyak memberikan kontribusi pada perlindungan lingkungan dan masa depan kehidupan manusia serta menjamin keberlanjutan bagi agroekosistem dan kehidupan petani sebagai pelaku pertanian. Sumber daya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga unsur hara sintetis, biomassa, dan energi dapat ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah pencemaran lingkungan. Penelitian bertujuan mendapatkan formulasi pupuk organik sumber daya lokal untuk budidaya sayuran kubis. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Berastagi dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl. dan jenis tanah Andisol. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai November 2015. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) terdiri atas enam perlakuan dengan lima ulangan. Perlakuan yang diuji adalah: (A) POC kirinyuh, (B) kotoran kelinci plus (Kotciplus), (C) POC orok-orok, (D) POC kirinyuh + urin kelinci (1 : 1 v/v), (E) POC orok-orok + urin kelinci (1 : 1 v/v), dan (F) kontrol (pupuk kimia sintetis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik Kotciplus dapat memacu pertumbuhan dan hasil kubis lebih baik daripada pupuk kimia sintetis. Penggunaan pupuk organik Kotciplus dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman kubis sebesar 4,42%, lebar daun sebesar 4,78%, diameter krop sebesar 3,26%, bobot krop per tanaman sebesar 7,13%, dan produksi per plot sebesar 2,43% dibanding penggunaan pupuk kimia sintetis. Penggunaan pupuk organik dapat menekan serangan penyakit akar gada sebesar 19,06 – 57,01%, namun meningkatkan serangan hama 12,12 – 27,5% dari kontrol. Implikasi yang diperoleh adalah pupuk organik Kotciplus sangat cocok untuk budidaya kubis.KeywordsBrassica oleracea var. capitata L.; Pupuk organikAbstractOrganic fertilization contributes to the protection of the environment and the future of human life. Organic farming also guarantees the sustainability of the agro-ecosystems and the lives of farmers as agricultural factors. Local resources are used in a way that synthetic nutrients, biomass, and energy can be reduced as low as possible and be able to prevent environmental pollution. The aim of the research is to extract local resources of organic fertilizer for the cultivation of vegetable cabbage. The study was conducted in Berastagi Experimental Garden with less altitude of 1,340 m above sea level and type of soil Andisol. The research was conducted from August to November 2015. The design used was a randomized block design, consist of six treatments with five replications. The treatments tested were: (A) LOF (liquid organic fertilizer) kirinyuh, (B) manure rabbit plus (Kotciplus), (C). LOF sunn hemp, (D) LOF kirinyuh + rabbit urine (1: 1 v/v), (E) LOF sunn hemp + rabbit urine (1: 1 v/v) and (F) control (synthetic chemical fertilizers). The results obtained are : Natural Kotciplus fertilizer can stimulate the growth and yield of cabbage were better than synthetic chemical fertilizers. The use of natural Kotciplus fertilizer can increase the high growth 4.42% cabbage, leaf diameter 4.78%, crop diameter 3.26%, the weight of the crop per plant 7.13% and the production per plot 2, 43% compared to the use of chemical synthetic fertilizers. The use of natural fertilizers can suppress the attack of the clubroot disease by 19.06 % to 57.01%, but increased pest attacks 12.12 - 27.5% of controls. The implication is that natural Kotciplus fertilizer is very suitable for cabbage cultivation.