Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Hubungan antara Ekspresi MMP-2, C-erbB-2 (HER-2/neu), dan Derajad Keganasan Histologik Karsinoma Endometrium dengan Kedalaman Invasi Miometrium Resti Arania; Budiningsih Siregar; Esti Dwi Sabarati
Majalah Patologi Indonesia Vol 19 No 2 (2010): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.266 KB)

Abstract

ABSTRAKLatar belakangKedalaman invasi miometrium pada karsinoma endometrium penting dalam menentukan stadium dan prognosis.Saat ini telah banyak ditemukan faktor prognostik yang berhubungan dengan perubahan molekuler padakarsinogenesis, antara lain Matrix metalloproteinase-2 (MMP-2) yang merupakan enzim proteolitik yangberperan dalam degradasi matriks ekstrasel pada proses invasi dan c-erbB2, suatu reseptor faktor pertumbuhanyang bila ekspresinya meningkat berhubungan dengan prognosis buruk dan derajat keganasan histologik tinggi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ekspresi MMP-2, c-erbB2 dan derajad keganasanhistologik dengan kedalaman invasi miometrium pada karsinoma endometrium.CaraDilakukan studi retrospektif potong lintang terhadap 28 spesimen hasil operasi karsinoma operabel diDepartemen Patologi Anatomik FKUI/RSUPNCM dalam kurun waktu 2002-2008. Dilakukan pemeriksaan ulangpreparat HE untuk menilai jenis histologik, derajad keganasan dan kedalaman invasi Ekspresi MMP-2 dan cerbB2 dinilai dari pulasan imunohistokimia menggunakan antibodi monoklonal. Hasilnya dibandingkan menurutkedalaman invasi dan hubungan antar variabel.Hasil dan diskusiTerdapat hubungan yang bermakna antara derajad keganasan histologik dengan kedalaman invasi miometrium(p=0,02) yaitu kanker dengan derajad keganasan sedang-tinggi berisiko terjadi invasi lebih dari setengahketebalan miometrium 9 kali. Terdapat perbedaan bermakna antara ekspresi MMP-2 dengan derajad keganasanhistologik. Ekspresi MMP-2 lebih cenderung pada derajad keganasan rendah. Tidak terdapat hubungan antaraekspresi MMP-2, dan ekspresi c-erbB2 dengan kedalaman invansi. Dari penelitian ini disimpulkan bahwaderajad keganasan berhubungan dengan kedalaman invasi miometrium sedangkan ekspresi MMP-2 maupun cerbB2 tidak berhubungan.
HUBUNGAN USIA DAN MENARCHE DINI PADA PASIEN KARSINOMA PAYUDARA DI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 Resti Arania
Jurnal Medika Malahayati Vol 3, No 2 (2016): Volume 3 Nomor 2
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.284 KB) | DOI: 10.33024/jmm.v3i2.2011

Abstract

Latar Belakang: Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko karsinoma payudara antara lain faktor usia,genetik dan familial, hormonal, gaya hidup, lingkungan dan adanya riwayat tumor jinak. Faktor usia paling berperan dalammenimbulkan karsinoma payudara. Selain usia, riwayat menarche dini juga diduga sebagai faktor resiko karsinomapayudara. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara usia dan riwayat menarche dini terhadap angka kejadiankarsinoma payudara di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016.Metode Penelitian: Jenis penelitian ini kualitatif dengan desain Cross Sectional, Rancangan penelitian surveyanalitik dengan teknik Aksidental Sampling. Besar sampel 70 dari rumus korelatif. Analisis data uji chi-square dengan SPSS16.Hasil Penelitian: Pada analisa univariat, golongan usia yang paling banyak adalah kelompok usia 40-49 tahunsebanyak 22 responden (31,4%). Berdasarkan usia menarche mayoritas (52,8 %) mengalami menarche di atas usia > 11tahun. Dan pada analisa bivariat, didapatkan bahwa terdapat hubungan usia > 40 tahun (p-value = 0,000; OR= 37,333),usia menarche (p-value = 0,001; OR= 0,088) dengan kejadian karsinoma payudara.Kesimpulan: Terdapat hubungan antara usia dan usia menarche dengan karsinoma payudara di RSUD Dr. H.Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016.
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR MENCIT JANTAN DEWASA (Mus musculus L) YANG DIINDUKSI MONOSODIUM GLUTAMMATE Resti Arania; Sariningsih Sariningsih
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 1 (2014): Vol 1 No 1
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.473 KB) | DOI: 10.33024/.v1i1.293

Abstract

Monosodium Glutammate (MSG) merupakan penambah rasa makanan yang sering digunakan di seluruh dunia dan merupakan radikal bebas yang dapat merusak sel hepar. Vitamin C merupakan antioksidan yang menangkal efek radikal bebas dari MSG. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh vitamin C terhadap gambaran histologi hepar mencit jantan dewasa (Mus musculus L) yang diinduksi Monosodium Glutammate Subjek penelitian ini menggunakan 25 ekor mencit jantan dewasa strain DD Webster yang dibagi secara acak dalam 5 kelompok yaitu K (-)(MSG 4mg/grBB), K(+) (makan dan minum), P1 (MSG 4 mg/grBB dan vitamin C 0,07 mg/grBB), P2 (MSG 4 mg/grBBdan vitamin C 0,2 mg/grBB), P3 (MSG 4 mg/grBB dan vitamin C 0,6 mg/grBB) setelah 15 hari perlakuan dilakukan penghitungan jumlah kerusakan pada hepar mencit . Analisis data yang digunakan uji Kruskal wallis yang dilanjutkan dengan uji analisis U-Mann Whitney . Diperoleh hasil setelah bahwa pemberian MSG dan pemberian vitamin C terdapat penurunan jumlah kerusakan pada hepar mencit dimana P < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa pemberian MSG dan vitamin C berpengaruh terhadap gambaran histologi hepar mencit. 
HUBUNGAN ANTARA USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KARSINOMA KOLOREKTAL DI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012-2014 Resti Arania; Ade Utia Deti
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 2, No 3 (2015): Volume 2 Nomor 3
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.862 KB) | DOI: 10.33024/.v2i3.710

Abstract

Karsinoma kolorektal adalah suatu penyakit neoplasma yangganas yang berasal dan tumbuh dalam saluran usus besar (kolon) dan atau rektum.Di Indonesia karsinoma kolorektal menduduki peringkat kelima pada tingkatinsidensi dan mortalitas. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruhterhadap terjadinya karsinoma kolorektal antara lain usia, jenis kelamin, hormon,riwayat keluarga dan obesitas.Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara usia dan jenis kelamin dengankejadian karsinoma kolorektal di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar LampungMetode : Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metodeanalitik dengan desain cross sectional. Pendekatan retrospective yang berarti efek(penyakit) diindentifikasi pada saat ini. Dengan jumlah sampel 75 dari data rekammedik di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2012-2014Hasil Penelitian : Hasil Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yangsignifikan antara usia >40 tahun (p=0,018, OR = 4,219 ( 95% CI 1,384 –12,858)), dan jenis kelamin laki-laki (p=0.007, OR = 4,243 ( 95% CI 1,570 –11,466))Kesimpulan : Terdapat hubungan usia > 40tahun dan jenis kelamin laki-lakiterhadap karsinoma kolorekta
PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN BORAKS DENGAN DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN GINJAL TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus Norvegicus) GALUR WISTAR I Nyoman Trias Suadnyana; Resti Arania; Ringgo Alfarizi
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 2 (2014): Vol 1 No 2
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.609 KB) | DOI: 10.33024/.v1i2.303

Abstract

Boraks merupakan bahan tambahan pangan yang dilarang oleh pemerintah. Boraks terakumulasi sedikit demi sedikit dalam organ hati, ginjal, otak dan testis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian boraks terhadap gambaran histopatologi organ ginjal tikus putih jantan galur wistar.Pada penelitian ini menggunakan hewan uji tikus putih ( Rattus novergicus L.) jantan galur wistar, umur 3 bulan dengan rata-rata 200gr. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratory, dengan rancangan post test-only control group design. Sampel diambil menggunakan rumus Frederer dengan 5 kali ulangan untuk masing-masing ada 5 kelompok. Semua tikus dilakukan aklimatisasi selama 7 hari. Kelompok K ( kontrol ) , kelompok P1 (boraks 0,25 ml), kelompok P2 (boraks 0,5 ml), kelompok P3 (boraks 1 ml), dan kelompok P4 (boraks 2 ml). Perlakuan selama 14 hari. Pengamatan histopatologi organ ginjal tikus putih jantan meliputi gambaran histopatologi organ ginjal. Data yang diperoleh akan diuji dengan menggunakan ujiNilai rerata skor histopatologi organ ginjal tertinggi pada kelompok 5 dengan dosis 2 ml boraks. Pada uji Kruskall Wallis tampak perbedaan bermakna yaitu nilai p 0,001 < 0,05. Kemudian dilakukan uji Mann- Whitney dan didapatkan hasil dimana P3 memiliki nilai p 0,004 < 0,05.
HUBUNGAN FAKTOR USIA, JENIS KELAMIN DAN GEJALA KLINIS DENGAN KEJADIAN KARSINOMA NASOFARING DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013 – 2014 Resti Arania; Sri Maria Pujilestari; Irne Jayanti
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 3 (2014): Volume 1 Nomor 3
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/.v1i3.678

Abstract

Karsinoma nasofaring merupakan keganasan di daerah kepala dan leheryang selalu berada dalam kedudukan lima besar diantara keganasan tubuhlainnya dan menempati urutan pertama di bidang Telinga, Hidung danTenggorok (THT). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktorusia, jenis kelamin dan gejala klinis dengan kejadian karsinoma nasofaring diRSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Metode penelitian inideskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.Diperoleh data dari 80 pasien yang terdiagnosis karsinoma nasofaringsebesar 41 orang dan tidak karsinoma nasofaring 39 orang, distribusi frekuensiusia pasien lebih tinggi pada kategori usia berisiko (>40 tahun) sebesar 34 orang(60,7 %), distribusi frekuensi jenis kelamin pasien lebih tinggi pada kategorilaki-laki sebesar 54 orang (32.5 %), distribusi frekuensi gejala klinis padakategori gejala pilek lama sebesar 62 orang (77.5 %) dan sakit kepala hebatsebesar 62 orang (77.5 %), kemudian diikuti oleh gejala epistaksis 59 orang(73.8 %) serta gejala tinitus 58 orang (72.5 %).Kesimpulan pada penelitian ini Ada hubungan yang bermakna antarausia dengan kejadian karsinoma nasofaring dengan nilai p=0.010. ada hubunganyang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian karsinoma nasofaringdengan nilai p=0.003 dan gejala klinis yang memiliki hubungan bermaknaadalah gejala epistaksis dengan nilai p=0.015.
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUD Dr.H.ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2017 Sri Astuti; Resti Arania
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 5, No 1 (2018): Volume 5 Nomor 1
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.824 KB) | DOI: 10.33024/hjk.v10i1.786

Abstract

Latar Belakang : Kanker payudara saat ini merupakan salah satu penyebab kematian di dunia dan di indonesia. Di dunia insiden kanker payudara sebesar 43,3%, sedangkan di indonesia menempati urutan pertama dengan frekuensi sebesar 18,6%, dan di Provinsi Lampung tercatat 0,3% dengan estimasi jumlah penderitanya sebanyak 1.148 penderita. Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara diantaranya yaitu usia dan paritas. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan usia dan paritas dengan kejadian kanker payudara.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 67 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data primer yang diambil dari hasil lembar kuesioner wawancara. Hasil : Pada analisis univariat dikelompokan menjadi usia yang ≥30 tahun sebanyak 62 responden (92,5%), sedangkan responden dengan kelompok usia <30 tahun didapatkan sebanyak 5 orang (7,5%). Dan paritas dikelompokan menjadi paritas beresiko yaitu nulipara didapatkan 9 (13,4%) dan primipara sebanyak 27 (40,3%), sedangkan kelompok paritas tidak beresiko yaitu multipara didapatkan 28 (41,8%) dan grandemultipara sebanyak 3 (4,5%). Untuk jenis kanker payudara mayoritas adalah jenis Karsinoma Duktal invasif dengan frekuensi 50 (86,2%). Dan pada analisis bivariat, didapatkan bahwa terdapat hubungan antara usia (p-value = 0,002; OR=14,000) dan paritas (p-value = 0,042; OR=4,958) dengan kejadian kanker payudara. Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara usia dan paritas dengan kejadian kanker payudara di RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2017.