Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Stress, Nutritional Status and Blood Glucose Levels among Patients with Diabetes Mellitus Type 2 Dyah Ayu Kusuma Wardani; Sugiarto Sugiarto; Risya Cilmiaty
International Journal of Public Health Science (IJPHS) Vol 7, No 4: December 2018
Publisher : Intelektual Pustaka Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.155 KB) | DOI: 10.11591/ijphs.v7i4.14914

Abstract

Prevalence of diabetes mellitus (DM) was increased significantly. Stress increased cortisol could increase blood glucose levels while obesity could increase insulin resistance. Objective of this study was to examine correlation of stress and nutritional status with blood glucose levels in patients with DM type 2. Design study was cross sectional using 120 samples from patients with DM type 2 at Polyclinic of Internal Disease Dr. Moewardi Hospital Surakarta during April-May 2018. Variables in this study were stress with perceived stress scale 10 items (PSS-10), nutritional status with body mass index (BMI) and blood glucose levels with fasting blood glucose (FBG) and post-prandial blood glucose (PPBG) examination. The results showed that mean of FBG was 152.9±63.66 mg/dL and PPBG was 213.96±70.17 mg/dL. There was no significant correlation between stress and blood glucose levels, by FBG (p=0.389) and PPBG (p=0.202). However, there was significant correlation between nutritional status and PPBG (p=0.016), but FBG was not significant (p=0.209). In conclusion, there was significant correlation between nutritional status and PPBG in patients with DM type 2, but FBG was not significant. However, there was no significant correlation between stress and blood glucose levels in patients with DM type 2.
Hubungan Asupan Energi dan Protein Terhadap Kekuatan Genggam Dina Puspita Andarbeni; Sugiarto Sugiarto; Afiono Agung Prasetyo
Darussalam Nutrition Journal Vol 2, No 1 (2018): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v2i1.1747

Abstract

Kekuatan genggam tangan merupakan metode yang digunakan untuk memperkirakan kekuatan otot tangan. Tes ini berguna untuk memperkirakan indikator status nutrisi remaja putri, khususnya pada saat pengukuran antropometri gagal membedakan antara seseorang undernourished dari underweight. Kekuatan genggam pada remaja putri memiliki hubungan dengan asupan makanan terutama makanan sumber energi dan protein. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan energi dan protein dengan kekuatan genggam. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan subjek menggunakan random sampling  dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 155 subjek. Asupan energi dan protein diperoleh dengan metode wawancara recall 24 jam selama 3x24 jam secara tidak berurutan, sedangkan nilai kekuatan genggam diukur dengan menggunakan alat hand dynamometer camry selama tiga kali pengukuran dan diambil satu nilai, yaitu nilai yang tertinggi. Analisis data asupan energi cukup dengan kekuatan genggam lemah sebanyak 20 subjek (23,8%), asupan energi cukup dengan kekuatan genggam normal sebanyak 59 subjek (70,2%) dan asupan energi cukup dengan kekuatan genggam kuat sebanyak 5 subjek (6%) sedangkan yang asupan energinya kurang dengan kekuatan genggam lemah sebanyak 11 subjek (15,5%), asupan energi kurang dengan kekuatan genggam normal sebanyak 53 subjek (74,6%) dan yang asupan energi kurang dengan kekuatan genggam kuat sebanyak 7 subjek (9,9%). Analisis hubungan asupan energi dengan kekuatan genggam didapat nilai p 0,334. Analisis data asupan protein cukup dengan kekuatan genggam lemah sebanyak 7 subjek (12,3%), asupan protein cukup dengan kekuatan genggam normal sebanyak 43 subjek (75,4), asupan protein cukup dengan kekuatan genggam kuat sebanyak 7 subjek (12,3%) sedangkan yang asupan proteinnya kurang dengan kekuatan genggam lemah sebanyak 24 subjek (24,5%), asupan protein kurang dengan kekuatan genggam normal sebanyak 69 subjek (70,4%) dan asupan protein kurang dengan kekuatan genggam kuat sebanyak 5 (5,1%). Analisis hubungan antara asupan protein dengan kekuatan genggam didapat nilai p 0,074. Tidak ada hubungan asupan energi dan protein terhadap kekuatan genggam.
Analisis Daya Terima Dan Kadar Isoflavon Fortem Dia_Tri Sebagai Dukungan Gizi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tri Hidayat; Sugiarto Sugiarto; Budiyanti Wiboworini
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v4i2.2020.132-139

Abstract

Background: Indonesia is the country with the sixth most DM sufferers in the world with the number of DM patients reaches 10.3 million people and are expected to increase annually. Dietary modifications combined with pharmacological interventions could be the main approach in the control of DM. FortemDia_Tri is a development of diet modification of Tempe flour-based and green beans as the main source of Isoflavone and other materials such as skim milk flour, red rice flour, canola oil, and maltodextrin are recommended for patients with type 2 DM.Purpose: The study aimed to analyse the power of 5 formula Fortem Dia_Tri and the value of isoflavones in the best formula allocated for a type 2 DM patient.Methods: The type of research used in this research was experimental by formulation of 5 formula Fortem Dia_Tri. Study subjects were 40 people to test acceptability of the formula. Analysis of isoflavone levels was performed using the HPLC method.Result: There was a significant difference in the receipt of both color, aroma, taste, viscosity, and overall with P value <0.001. Formula FD03 is the most preferred formula with a score of 6.6-7.2 (likes). Followed by the formula FD05 with the value of 5.75-6.34 (somewhat like), While FD01, FD02, FD03 in neutral categories. The value of isoflavone levels of the 2 best formulas was FD05 of 241.77719 μg/ml or in 60.44 mg isoflavone/250 ml, and followed by a FD03 of 174.39759 μg/ml or an offering of 34.87 mg of isoflavone/200 ml.Conclusion: The most preferred formula of panelist was the FD03 formula. The two best formulas have a level of isoflavones that were already in accordance with the needs of isoflavone per day for diabetes mellitus type 2 patients.ABSTRAKLatar Belakang : Indonesia merupakan negara dengan penderita Diabetes Melitus (DM)  tipe 2 terbanyak ke enam di dunia yang mencapai 10,3 juta jiwa. Modifikasi diet yang dikombinasikan dengan intervensi farmakologis bisa sebagai pendekatan utama dalam pengendalian DM. Fortem Dia_Tri merupakan pengembangan modifikasi diet sebagai dukungan gizi tambahan berbahan dasar tepung tempe dan kacang hijau sebagai sumber utama isoflavon  dan bahan lain seperti tepung susu skim, tepung beras merah, minyak canola, dan maltodekstrin yang direkomendasikan untuk pasien DM tipe 2.Tujuan :Menganalisis daya terima 5 formula Fortem Dia_Tri dan nilai isoflavon pada formula terbaik yang diperuntukkan untuk pasien DM tipe 2.Metode : Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini  ialah eksperimental dengan meracik 5 formula Fortem Dia_Tri. Subjek  dalam penelitian ini adalah mahasiswa S2 Ilmu Gizi Universitas Sebelas Maret Surakarta sebanyak 40 orang untuk uji daya terima berdasarkan warna, aroma, rasa, kekentalan, dan keseluruhan. Skala yang digunakan untuk uji hedonik adalah 9 skala. Analisis kadar isoflavon menggunakan metode High Performance Liquid ( HPLC).Hasil : Terdapat perbedaan daya terima yang signifikan baik warna, aroma, rasa, kekentalan, dan keseluruhan dengan p value <0,0001 Formula FD03 adalah formula yang paling disukai dengan skor 6,6-7,2 (suka). Disusul dengan formula FD05 dengan nilai 5,75-6,34 (agak suka), sedangkan FD01, FD02, FD03 dalam kategori netral. Nilai kadar isoflavon dari 2 formula terbaik yaitu FD05 sebesar 241,77719 μg/ml atau persaji 60,44 mg isoflavon /250 ml, dan diikuti FD03 sebesar 174,39759 μg/ml atau persaji 34,87 mg isoflavon / 200 ml.Kesimpulan : Formula yang paling disukai panelis adalah formula FD03. Kedua formula terbaik (FD03 dan FD05) mempunyai kadar isoflavon yang sudah sesuai dengan kebutuhan isoflafon per hari untuk pasien diabetes melitus tipe 2.
Vitamin B6, B12, Asam Folat, Tekanan Darah dan Demensia pada Lanjut Usia Bekti Krisdyana; Diffah Hanim; Sugiarto Sugiarto
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.632 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i2.2020.123-131

Abstract

Background: Dementia is a multifactorial disease due to genetic and environmental influences. Lack of intake of vitamins B6, B12, folic acid and blood pressure are one of the environmental factors that cause dementia.Objective: To analyze the relationship between the adequacy of vitamins B6, B12, folic acid and blood pressure with dementia in the elderlyMethod: This research was a cross sectional study, which was carried out in Tulungagung Regency. The sampling technique was cluster random sampling and a sample size of 100 elderly from 7 elderly Posyandu in Tulungagung Regency, with independent variables such as adequacy of vitamin B6, B12, folic acid and blood pressure, while the dependent variable was dementia. Data were analyzed with chi square testResults: Respondents in this study were generally aged 60-74 years (70.0%), women (48.0%), were educated in elementary / junior high school (60.0%) and did not work (69.0%). Most respondents have insufficient vitamin B6, B12 and folic acid in the less category, with percentages of 57.0%, 54% and 64%, respectively. There was an association between the adequacy of vitamins B6, B12 and folic acid with dementia in the elderly (OR=2.302; 95% CI=1.011-5.241; p=0.045; OR=2.397; 95% CI=1.060-5.422; p=0.034; OR=2.516; 95% CI=1.015-6.238; p=0.043). Blood pressure is associated with dementia in the elderly (OR=3.000; 95% CI=1.288-6.988; p=0.010). The average consumption of vitamin B6, B12 and folic acid in the normal group was higher than the dementia group, with a difference of 0.16 ± 0.04 mg, 0.54 ± 0.05 mcg and 65.89 ± 4.95 respectively mcgConclusionABSTRAKLatar Belakang: Demensia merupakan penyakit multifaktorial karena pengaruh genetik dan lingkungan. Minimnya asupan vitamin B6, B12, asam folat dan tekanan darah menjadi salah satu faktor lingkungan yang menyebabkan demensia.Tujuan:  Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara kecukupan vitamin B6, B12, asam folat dan tekanan darah dengan demensia pada lanjut usiaMetode: Penelitian ini berupa penelitian cross sectional, yang dilakukan di Kabupaten Tulungagung. Teknik sampling dengan cluster random sampling dan besar sampel 100 lansia dari 7 posyandu lansia di Kabupaten Tulungagung, dengan variabel bebas berupa kecukupan vitamin B6, B12, asam folat dan tekanan darah, sedangkan variabel terikatnya adalah demensia. Data dianalisis dengan uji chi squareHasil: Responden penelitian ini umumnya berusia 60-74 tahun (70,0 %), wanita (48,0 %), berpendidikan terakhir SD/SMP (60,0 %) dan tidak bekerja (69,0 %). Kebanyakan responden memiliki kecukupan vitamin B6, B12 dan asam folat dalam kategori kurang, dengan persentase masing-masing  57,0 %, 54 % dan 64 %. Ditemukan hubungan antara kecukupan vitamin B6, B12 dan asam folat dengan demensia pada lanjut usia (OR=2,302, 95% CI=1,011-5,241, p=0,045; OR=2,397, 95% CI=1,060-5,422, p=0,034; OR=2,516,95% CI=1,015-6,238, p=0,043). Tekanan darah berhubungan dengan demensia pada lanjut usia (OR=3,000,95% CI=1,288-6,988,p=0,010). Rata-rata konsumsi vitamin B6, B12 dan asam folat kelompok normal lebih tinggi dibandingkan kelompok demensia, dengan selisih masing-masing sebesar 0,16±0,04 mg, 0,54±0,05 mcg dan 65,89 ±4,95 mcg.Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kecukupan vitamin B6, B12, asam folat dan tekanan darah dengan demensia pada lanjut usia.