Untung Sugiarti
Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Widyagama Malang

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI VARIETAS ARGOMULYO TERHADAP PEMBERIAN PUPUK NPK Nur Trias Wijayanti; Tri Wardhani; Untung Sugiarti
Agrika Vol 15, No 2 (2021): NOVEMBER 2021
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31328/ja.v15i2.3507

Abstract

ABSTRAKKonsumsi kedelai di Indonesia dalam setahun mencapai 2,25 juta ton, sementara jumlah produksi nasional hanya mampu memasok kebutuhan kedelai sekitar 779 ribu ton. Kekurangan pasokan sekitar 1,4 juta ton, ditutup dengan impor dari Amerika Serikat dan Brazil yang mencapai 70-80% dari kebutuhan total. Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan pengelolaan tanah yang baik, pemupukan dan pemeliharaan tanaman. Nitrogen, fosfat, dan kalium dari pertumbuhan awal sampai akhir terus diperlukan oleh tanaman kedelai. Pemupukan NPK majemuk merupakan pemberian unsur hara yang lebih efisien dibanding pemupukan tunggal. Penggunaan pupuk NPK majemuk dapat menjadi solusi dan alternatif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman hijauan khususnya tanaman kedelai. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui dosis pemberian pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Rancangan percobaan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Variabel pengamatan tanaman kedelai adalah: tinggi tanaman, jumlah daun, bobot 100 biji kedelai, jumlah polong isi, serapan N, P dan K pada tanaman kedelai. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pupuk NPK pada dosis 300 kg/ha berpengaruh signifikan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot 100 kedelai, jumlah polong isi dan serapan N total.
RESPON Baby Corn (Zea mays L) TERHADAP KONSENTRASI PUPUK URIN KELINCI DAN NPK Indah Sumiati; Tri Wardhani; Untung Sugiarti
Agrika Vol 15, No 1 (2021)
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31328/ja.v15i1.3150

Abstract

ABSTRAKBaby corn merupakan sayuran jagung yang dipanen muda atau belum menghasilkan biji. Peningkatan produksi baby corn jagung manis (Zea mays L.) perlu diimbangi dengan ketersediaan hara yang cukup selama pertumbuhannya. Tujuan penelitian  ini untuk mengetahui respons pertumbuhan baby corn jagung manis (Zea mays L.). yang diberi perlakuan pupuk urin kelinci dan pupuk NPK, serta kadar gula reduksi baby corn.Penelitian dilaksanakan di green house, laboratorium  biologi dan laboratorium kimia  Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Malang University. Pupuk urin kelinci diperoleh dari Kabupaten Banjarnegara-Sigaluh Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian berlangsung bulan Juni-Agustus 2020. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Acak Lengkap (RAL) diulang sebanyak empat kali dengan enam perlakuan sebagai berikut: P0: Tanpa pupuk (Kontrol), P1: NPK 100 kg/ha  + Urin Kelinci 40 ml/l air , P2: NPK 150 kg/ha  + Urin Kelinci  35 ml/l  air, P3: NPK 200 kg/ha  + Urin Kelinci  30 ml/l air, P4: NPK 250 kg/ha  + Urin Kelinci  25 ml/lair, P5: NPK 300 kg/ha (tanpa urin kelinci). Data dianalisa menggunakan Anova. Untuk perlakuan yang memberikan pengaruh nyata dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji BNJ (Uji Nyata Jujur) pada taraf uji 5%. Variabel yang diamati adalah panjang tanaman, jumlah daun, luas daun, umur bunga jantan dan betina, jumlah tongkol, diameter tongkol, berat tongkol, kadar gula reduksi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk urin kelinci dan NPK berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman, jumlah daun, luas daun terluas, umur bunga betina dan jantan, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah  tongkol, diameter tongkol, berat tongkol, dan kandungan gula reduksi.   ABSTRACT Baby corn is a vegetable that is harvested young or has no seed yet. The increasing production of sweet baby corn (Zea mays L.) should be balanced with sufficient nutrient availability during its growth. The purpose of this study was to determine the growth response of sweet baby corn on the application of rabbit urine and NPK fertilizers, and the reduction sugar content. The research was conducted in green house, biology  and chemical laboratory of Agriculture Faculty, University of Widya Gama Malang. Meanwhile, rabbit urine fertilizer is obtained from the district Banjarnegara-Sigaluh Central Java. The research was conducted from June to August 2020. The experimental design used was a completely randomized block design which was repeated four times (CRD) with six treatments as follows: P0: No fertilizer (Control) , P1: NPK 100 kg/ha + Rabbit urine 40 ml/l water, P2: NPK 150 kg/ha + Rabbit urine 35 ml/1 water, P3: NPK 200 kg/ha + Rabbit urine 30 ml/l water, P4: NPK 250 kg/ha + Rabbit urine 25 ml/l water, P5: NPK 300 kg/ha (without rabbit urine). The datas was analized with Anova, while the the treatments which have significant effect was tested with the Tukey’ test at 5%. The variables which observed were as follows: plant length, number of leaves, leaf area, age of male and female flowers, number of cobs, ear diameter, ear weight, and reduction sugar test.The result showed that the concentration of rabbit urine liquid fertilizer and NPK had significant effect on plant length, number of leaves, widest leaf area, age of female and male flowers, however had no significant effect on ear number, ear diameter, ear weight, and reduction sugar content.  
POTENSI MANGKOKAN (Nothopanax scutellarium) DAN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SEBAGAI UV PROTEKTAN SLNPV JTM 97C Nahdia Putri; Tri Wardhani; Untung Sugiarti; Toto Suharjanto; Firman Hidayat
Agrika Vol 15, No 1 (2021)
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31328/ja.v15i1.3557

Abstract

Spodoptera litura NPV (SlNPV) dapat berfungsi sebagai biopestisida yang digunakan untuk mengendalikan hama tanaman. SlNPV memiliki beberapa kelebihan dalam mengendalikan S. litura yaitu memiliki inang yang spesifik sehingga tidak membahayakan organisme selain hama sasaran maupun lingkungan. Kelemahannya adalah bahwa SlNPV menjadi inaktivasi setelah terpapar sinar ultraviolet (UV). SlNPV mulai kehilangan keefektifan setelah 12 jam terpapar sinar matahari secara langsung dan tingkat patogenitasnya (virulensi) menurun 50%. Upaya meningkatkan keefektifan SlNPV di lapangan dilakukan dengan rekayasa formulasi yaitu menyertakan bahan tambahan (adjuvant) yang dapat melindungi SlNPV dari sinar ultraviolet. Kaolin selama ini digunakan sebagai UV protektan bagi SlNPV JTM 97C karena sifat menghantarkan panasnya rendah tetapi bukan sumber daya alam terbarukan. Penelitian ini dilakukan untuk mencari bahan adjuvant sebagai UV protektan pengganti kaolin. Daun mangkokan dan daun kemangi memiliki potensi sebagai UV protektan karena mengandung senyawa flavonoid dan fenolik yang bermanfaat sebagai antioksidan dan berkhasiat sebagai tabir surya. Penelitian dilakukan secara faktorial dengan faktor pertama  UV protektan berupa kaolin, ekstrak daun mangkokan ekstrak daun kemangi. Faktor perlakuan kedua adalah durasi penyinaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa flavonoid, fenolik dan tanin pada ekstrak daun kemangi secara kualitatif lebih banyak dibanding ekstrak daun mangkokan. Pada 4 jam setelah inokulasi jumlah larva Spodotera litura  yang stop feeding pada kombinasi perlakuan UV protektan kaolin yang disinari UV 9 jam lebih tinggi dibanding kombinasi perlakuan ekstrak daun kemangi yang disinari 6 jam, dan juga lebih tinggi dibanding perlakuan ekstrak daun mangkokan yang disinari UV 9 jam. Namun larva S. litura yang mati sampai dengan 10 hari setelah aplikasi tidak berbeda antara UV protektan kaolin, ekstrak daun kemangi dan ekstrak daun mangkokan. ABSTRACTSpodoptera litura NPV (SlNPV) can function as a biopesticide used to control plant pests. SlNPV has several advantages in controlling S. litura, namely specific host so that it does not harm organisms other than the target pest and the environment. The disadvantage is that SlNPV becomes inactivated upon exposure to ultraviolet (UV) light. SlNPV began to lose effectiveness after 12 hours of direct sunlight and decreased its pathogenicity (virulence) by 50%. Efforts to increase the effectiveness of SlNPV in the field are carried out by engineering formulations that include adjuvants that can protect SlNPV from ultraviolet light. Kaolin has been used as a UV protector for SlNPV JTM 97C because of its low heat conductivity, but it is not a renewable natural resource. This research was conducted to find adjuvants as UV protectors to replace kaolin. Mangkokan leaves and basil leaves have potential as UV protectors because they contain flavonoid and phenolic compounds that are useful as antioxidants and are efficacious as sunscreens. The research was carried out in a factorial experiment with the first factor was UV protectors in the form of caolin, mangkokan leaf basil leaf extract. The second treatment factor is the duration of irradiation. The results showed that the flavonoids, phenolics and tannins in the basil leaf extract were qualitatively more than the mangkokan leaf extract. At 4 hours after inoculation the number of Spodotera litura larvae that stopped feeding in the combination of UV protectant kaolin treatment with 9 hours UV irradiation was higher than the combination of basil leaf extract treatment with 6 hours irradiation, and also higher than that of the mangkokan leaf extract treatment with 9 hours UV irradiation. . However, the larvae of S. litura that died up to 10 days after application did not differ between the UV protectors of kaolin, basil leaf extract and mangkokan leaf extract.  
BIODEGRADASI SURFAKTAN LINEAR ALKYLBENZENE SULFONATE (LAS) OLEH Pseudomonas sp. DARI EKOSISTEM IRIGASI SEKUNDER TERCEMAR DETERJEN DI KOTA BATU Andik Kurniawan; Suslam Pratamaningtyas; Untung Sugiarti
Agrika Vol 11, No 1 (2017)
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.729 KB) | DOI: 10.31328/ja.v11i1.452

Abstract

Konsentrasi LAS pada saluran irigasi sekunder selama Bulan Februari-Maret 2016 sebesar 4,57 mg/l. Jumlah tersebut melebihi ambang batas LAS yaitu 0,5 mg/l. Dari saluran irigasi sekunder tersebut berhasil diisolasi dua isolat biakan murni dan diidentifikasi sebagai Pseudomonas sp. 1 dan 2. Hasil uji biodegradasi menunjukkan bahwa Pseudomonas sp. 1 (P.1), Pseudomonas sp. 2 (P.2) serta konsorsium bakteri Pseudomonas sp. (P.3) mampu mendegradasi LAS sebesar 70% pada 10 hari masa inkubasi. Sementara isolat konsorsium bakteri P (3) mampu mendegradasi LAS hingga 100 % pada hari ke-21 inkubasi. Berdasarkan penurunan persentase kadar LAS selama masa inkubasi bakteri dan kenaikan densitas sel bakteri, seluruh isolat dapat mendegradasi LAS dengan baik. Yang lebih penting lagi, seluruh isolat bakteri tidak bersifat patogen pada bibit tanaman padi varietas IR 64.
Pengaruh macam dan waktu pemberian air kelapa (Cocos nucifera L.) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi (Oryza sativa L.) Varietas Ciherang Aida Naswa Aulia; Elik Murni Ningtias Ningsih; Untung Sugiarti
Agrika Vol 12, No 1 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.846 KB) | DOI: 10.31328/ja.v12i1.541

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh macam dan waktu pemberian air kelapa terhadap pertumbuhan padi (Oryza sativa L.). Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi waktu pemberian dan macam air kelapa terhadap parameter jumlah anakan umur 56 hst dan jumlah anakan produktif umur 97 hst, tetapi tidak terjadi pada parameter panjang tanaman, malai terpanjang, jumlah biji per malai, berat seratus butir, berat kering panen, dan berat kering per rumpun. Perlakuan waktu pemberian air kelapa memberikan respon terbaik terhadap panjang tanaman 14 dan 28 hst. Perlakuan macam air kelapa memberikan respon terbaik terhadap panjang tanaman 42 hst. Kata kunci : macam air kelapa, waktu pemberian, air kelapa, tanaman padi
PENGEMBANGAN PRODUK FROZEN UMKM SINGKONG KEJU “KANGEN RASA” UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN DI KELURAHAN TUNJUNGSEKAR KOTA MALANG Frida Dwi Anggraeni; Untung Sugiarti
Conference on Innovation and Application of Science and Technology (CIASTECH) CIASTECH 2021 "Kesiapan Indonesia Dalam Menghadapi Krisis Energi Global"
Publisher : Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Singkong keju merupakan makanan berbahan dasar dari singkong yang diolah dengan digoreng dan diberi toping parutan keju. Adanya permintaan konsumen akan singkong keju yang bisa disimpan dalam waktu yang agak lama dan praktis sewaktu – waktu bisa langsung digoreng sendiri, serta masa pandemi ini menyebabkan penjualan singkong keju “kangen rasa” milik mitra mengalami penurunan karena mengharuskan masyarakat lebih banyak beraktivitas di rumah, maka tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk membantu pengembangan usaha mitra dengan membuat produk singkong keju frozen serta membantu pemasaran produk mitra melalui aplikasi layanan antar online melalui media sosial. Adapun metode pelaksanaannya yaitu dengan pengadaan alat freezer box, mendesain label produk frozen serta pendampingan kepada mitra untuk pendaftaran melalui aplikasi layanan antar secara online dan pengoperasiannya setelah bergabung. Hasil dan luaran yang dicapai adalah dengan penyimpanan pada freezer box ini dapat meningkatkan umur simpan singkong keju dalam bentuk frozen lebih dari 1 bulan tanpa terjadi perubahan rasa, aroma, dan tekstur renyah setelah digoreng. Selain itu juga pengembangan produk frozen ini meningkatkan penjualan sekitar 5%. Pembuatan desain label yang menarik juga dilakukan agar dapat bersaing di pasaran. Kemudian pemasaran secara online melalui aplikasi dapat meningkatkan penjualan singkong keju sebanyak 10%, yang biasanya terjual sekitar 25 kotak/hari, meningkat menjadi 28 kotak/hari.       
INOVASI JAMU HERBAL BERBASIS GULMA Ririen Prihandarini; Untung Sugiarti
Conference on Innovation and Application of Science and Technology (CIASTECH) CIASTECH 2018 "Inovasi IPTEKS untuk mendukung Pembangunan Berkelanjutan"
Publisher : Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1243.599 KB)

Abstract

Jamu yang merupakan obat tradisional Indonesia, kini populer dengan sebutan herbal.  Semakin populernya jamu kini dijadikan sebagai salah satu peluang usaha dengan inovasi produk bisa dikombinasikan dengan berbagai  bahan alah satunya dengan gulma.  Gulma dalam bahasa pertanian merupakan tanaman penggganggu, namun dari gulma bisa dijadikan bahan baku jamu yang khasiatnya luar biasa. Beberapa jenis gulma yang bisa dimanfaatkan sebagai inovasi bahan baku jamu adalah Alang alang yang fungsinya melancarkan pembuangan urine, pegagan untuk memperlancar peredaran darah sehingga bagus untuk kesehatan otak dan kulit. Kegiatan PKM ini dilakukan di UKM Dua Daun dan UKM Omah Herba. Kedua UKM tersebut membuat jamu dalam bentuk tunggal dan cair.  Adapun permasalahan yang dihadapi kedua UKM tersebut adalah: produk tidak praktis karena mudah tumpah dan tidak awet, tidak ada inovasi produk yang bisa diunggulkan, dan manajemen produksi  masih dilakukan manual sehingga dibutuhkan waktu lama untuk memproduksi.  Pemasaran hampir tidak menggunakan promosi hanya dititipkan di kios.   Tujuan PKM adalah melakukan inovasi produk unggul dengan gulma, memberikan peralatan yang dapat mempercepat proses produksi jamu herbal, dan melakukan pelatihan dalam promosi.  Adapun hasil kegiatan yaitu: UKM telah bisa memproduksi jamu herbal yang spesifik dengan mengkombinasikan  pegagan , alang alang dan daun sendokan pada produknya.  UKM sudah bisa memproduksi lebih cepat dan produk bervariasi bentuknya juga powder sehingga lebih awet dan praktis. Beberapa peralatan parut dan pengadukan sudah dimodifikasi dengan mesin dynamo sehingga bisa memepercepat proses produksi , demikian pula dengan pemasaran mulai dilatih menggunakan IT, internet dan toko online.
PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA PADA PENGEMBANGAN PRODUK NATA DE COCO BERANTIOKSIDAN Budi Santosa; Lorine Tantalu; Untung Sugiarti

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/tp.v10i1.1433

Abstract

Nata de coco is made from coconut water which is processed by fermentation using Acetobacterxylinum. The nutrients in this product are mostly cellulose fibers better known as bacterial cellulose. High fiber in it makes this product suitable for health when consumed. This study aims to determine the best treatment that gives the results of quality nata de coco. The experimental design used in this study was Factorial Completely Randomized Design with two treatment factors, namely the first factor comparison between dragon fruit skin extract and coconut water, consisting of five levels of treatment P1 = 5% dragon fruit skin extract: 95% coconut water, P2 = 15% dragon fruit skin extract: 85% coconut water, P3 = 25% dragon fruit skin extract: 75% coconut water, P4 = 35% dragon fruit skin extract: 65% coconut water, P5 = 45% dragon fruit skin extract: 55 % coconut water. The second factor is the boiling temperature, consisting of three levels of treatment S1 = 30ºC, S2 = 40ºC, S3 = 50ºC. Repeat for each treatment combination twice. Observation parameters included thickness of nata, weight of nata, anthocyanin level and fiber content. The results showed that the addition of dragon fruit skin extract had not been able to increase the thickness of the nata, nata weight and nata fiber levels but could increase the level of anthocyanin nata. The highest proportion of thickness, weight and highest levels of nata de coco fiber was obtained in the treatment of 5% dragon fruit skin extract and 95% coconut water. The best proportion with the highest anthocyanin level is in the treatment of 45% dragon fruit skin extract and 55% coconut water. The best boiling temperature is at 300C. Boiling temperature does not affect the thickness of the weight and the fiber content of nata de coco. Boiling temperature significantly affects the anthocyanin level of nata de coco..
PKM Bagi Pengembang Jamu Herbal Berbasis Gulma Di UKM “Mbok Waras“ Menjadi Es Kream Di Desa Ngenep Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang Untung Sugiarti; Frida Dwi Anggraeni
SNHRP Vol. 2 (2019): Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian (SNHRP) Ke 2 Tahun 2019
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.326 KB)

Abstract

Daun sendokan (Plantago major) sejenis gulma dikenal nama daerah kiurat yang telah di aplikasikan oleh sebagian masyarakat untuk jamu herbal. Dahulu jamu hanya menjadi ramuan obat, namun sekarang dengan berkembangnya pengetahuan dan budaya maka jamu semakin beraneka bentuk sesuai selera pasar yang menginginkan. Hal ini menjadi salah satu peluang usaha/bisnis jenis jamu yang sering ditawarkan untuk para penikmat jamu herbal. Jamu herbal yang memanfaatkan gulma lokal belum ada yang memanfaatkan tanaman liar yang mempunyai khasiat lebih dari empon-empon oleh karena itu untuk menyikapi kondisi itu perlu dilakukan deseminasi tentang tumbuhan obat yang tumbuh disekitar tempat tinggal yang berupa gulma (tumbuhan pengganggu) yang mempunyai kandungan obat untuk berbagai penyakit. Dengan inovasi yang tadinya cair menjadi ramuan dalam bentuk powder dan siap di seduh dan diminum sehingga dengan demikian dapat meningkatkan daya simpan tanpa pengawet dan harga serta mereka-mereka yang ingin membuka dan mengembangkan usaha mandiri. Oleh karenanya supaya kalangan masyarakat suka akan jamu itu pelu ada pengembangan bentuk menjadi es kream. Program ini dilaksanakan di Dusun Babaan Desa Ngenep Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang pada UKM “mbok Waras” merupakan mitra yang sangat potensi untuk mendapatkan pengembangan inovasi tentang diversifikasi jamu herbal menjadi jamu herbal yang lebih inovatif dengan memanfaatkan gulma lokal yang tumbuh liar di lingkungan. Dengan tahapan kegiatan: (1) Penyuluhan yaitu memberikan pemahaman tentang teknik mengembangkan usaha, mempertahankan mutu serta diversifikasi produk jamu herbal serta fasilitasi pengurusan ijin usaha rumah tangga, dalam proses ini melibatkan calon usaha baru (2) Program Pelatihan dan praktek pembuatan jamu herbal tim bekerjasama dengan laboratorium teknologi pangan Universitas Widyagama Malang. Iptek yang diberikan kepada masyarakat adalah (1) pengetahuan tentang teknik mengembangkan usaha rumah tangga menjadi lebih meningkat, (2) pengetahuan tentang mempertahankan mutu dan diversifikasi produk Jamu herbal dan (3) ketrampilan pembuatan jamu herbal dalam bentuk powder .Luaran PKM (1) Teknologi Tepat Guna (2) Pelatihan manajemen keuangan, produksi dan pemasaran untuk meningkatkan kualitas SDM UKM IRT jamu herbal (3) Sertifikat PIRT/Merk dagang UKM IRT jamu herbal dari Dinas Kesehatan Kota Malang. (4) Publikasi dalam jurnal nasional. Kata Kunci: Daun Sendokan (kiurat), Jamu herbal, gulma,empon-empon, es kream.