Kuswardani Kuswardani
Akademi Fisioterapi Widya Husada Semarang

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pengaruh Terapi Latihan Dan Kinesio Taping Pada Lesi Nerve Peroneus E.C Kusta Kuswardani Kuswardani; Zainal Abidin; Suci Amanati; Muhammad Ma`ruf
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 3 No 1 (2019): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.13 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v3i1.38

Abstract

Lesi Nerve Peroneus e.c Kusta adalah kelumpuhan otot di anterior dan lateral pada kaki akibat kerusakan atau cidera pada saraf peroneus. Kusta adalah penyakit menular kronis yangdisebabkan oleh Mycobacterium leprae. Penyakit ini menyerang kulit, saraf perifer, mukosa saluran pernapasan bagian atas, dan mata. Kusta dapat disembuhkan dan pengobatan pada tahap awal dapat mencegah kecacatan. Permasalahan yang timbul pada pasien Lesi Nerve Peroneus e.c Kusta ini adalah kelemahan pada extremitas bawah yang menyebabkan penurunan sifat fisiologis otot, keterbatasan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot dan atrofi otot. Terapi yang diberikan pada kasus ini dengan menggunakan terapi latihan gerak aktif-asisted, pasif dan stretching untuk menjaga lingkup gerak sendi dan menjaga sifat fisiologis otot, Kinesio taping diberikan untuk support muscle. Tujuan : Mengetahui pengaruh terapi latihan dan kinesio taping pada kasus lesi nerve peroneus dalam meningkatkan kekuatan otot dan peningkatan kemampuan fungsional kaki. Hasil : Setelah dilakukan terapi selama enam kali, hasilnya adalah peningkatan nilai kekuatan otot p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,002 yang berarti dibawah nilai kritis < 0,005 bermakna bahwa terjadi peningkatan kekuatan otot yang signifikan, sedangkan untuk kemampuan fungsional kaki tidak menunjukkan perubahan yang signifikan hal ini ditunjukkan dengan p value sig (2-tailed) sebesar 0,899 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah terapi. Kesimpulan : berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwaterapi latihan dan penggunaan kinesiotaping dapat meningkatkan kekuatan otot tetapi tidak dapat meningkatkan kemampuan fungsional kaki secara signifikan.
PENGARUH TERAPI LATIHAN TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA Didik Purnomo; Kuswardani Kuswardani; Rizka Novitasari
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (84.048 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v2i1.41

Abstract

Latar Belakang :. Instansi kesehatan di Indonesia telah mendata diantaranya YPAC Cabang Semarang dengan jumlah anak terdiagnosa Cerebral Palsy pada tahun 2008 sebanyak 41 anak, tahun 2009 sebanyak 36 anak, pada tahun 2010 sebanyak 39 anak, pada tahun 2011 sebanyak 41 anak, pada tahun 2012 sebanyak 47 anak, pada tahun 2013 sebanyak 47 anak, pada tahun 2014 sebanyak 50 anak, pada tahun 2015 sebanyak 56 anak, pada tahun 2016 sebanyak 78 anak (YPAC Cabang Semarang,2016). Penelitian dilakukan di YPAC semarang pada bulan November 2017 sebanyak 8 orang partisipan dengan tindakan fisioterapi menggunakan konsep bobath dengan teknik inhibisi, fasilitasi dan stimulasi. Penelitian menggunakan metode pretest-posttest dengan quasi eksperimen Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh terapi latihan dengan metode Bobath Exercise dalam meningkatkan kemampuan fungsional pada pasien Cerebral Palsy Diplegia Spastic. Hasil : Setelah dilakukan terapi didapatkan hasil adalah tidak ada peningkatan kemampuan fungsional pasien berdasarkan hasil uji paired sample t test didapatkan nilai p (sig) sebesar 0.080 yang berada dibawah batas kritis yaitu >0,05 sehingga Ho diterima sedangkan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi peningkatan yang signifikan antara sebelum dengan sesudah terapi. Kesimpulan : Terapi latihan dengan metode Bobath Exercise seperti inhibisi dan fasilitasi, latihan dengan easy stand dan latihan berjalan pada paralel bar serta pemberian edukasi epada partisipan belum dapat menunjukkan hasil yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan fungsional partisipan, keberhasilan terapi juga membutuhkan kerja sama yang aik antara pasien, orang tua pasien dengan terapi dan durasi waktu terapi juga mempengaruhi keberhasilan dalam pelaksanaan terapi.
PENGARUH INFRA RED DAN PROPIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION PADA HEMIPARESE STROKE NON HEMORAGIK Didik Purnomo; Kuswardani Kuswardani; Syifa Maulida Fadhilah
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.995 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v2i1.45

Abstract

Latar Belakang : Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8%), diikuti DI Yogyakarta (10,3%), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil, sedangkan untuk prevalensi stroke di Jawa Tengah (12,3%) (Riskesdas, 2013). Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh fisioterapi dengan Infra Red dan Propioceptive Neuromuscular Facilitation pada Hemiparase et causa Stroke Non Haemoragik. Hasil : Hasil uji normalitas menunjukkan distribusi data normal, maka uji hipotesis menggunakan metode paired sample t test. Hasil pengujian tersebut menunjukkan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,08 yang berada pada > 0,05 sehingga Ha ditolak dan Ho diterima yang bermakna perubahan pada pasien sesudah terapi tidak signifikan dibandingkan dengan sebelum terapi. Hal ini dapat disebabkan karena gangguan pada sistem saraf pusat yang membutuhkan waktu, intensitas dan jumlah pertemuan lebih banyak sertamembutuhkan kerjasama antara pasien, keluarga dan terapis yang baik agar terlihat perubahan pada partisipan. Kesimpulan : Pada penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan infra red dan propioceptive neuromuscular facilitation pada hemiparese stroke non hemoragik belummenunjukkan perubahan yang signifikan pada pasien.
PENGARUH TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION, LASER DAN TERAPI LATIHAN PADA PASCA OPERASI TOTAL KNEE REPLACEMENT Zainal Abidin; Suci Amanati; Kuswardani Kuswardani; Alamsyah Alamsyah
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.094 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v2i1.47

Abstract

LATAR BELAKANG : Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur operasi pengganti sendi lutut yang tidak normal dengan material buatan. Dalam pembedahan penggantian totalsendi lutut, bagian ujung tulang akan diganti dengan bahan logam dan plastic (polyethylene). Laporan tindakan sebanyak 70 pasien berusia 50 - 85 tahun yang menjalani total kneereplacement pada periode Januari 2011 - Januari 2012 yang dilakukan oleh dokter bedah di Rumah Sakit Universitas Aalborg, Denmark (Buletin Orthopedi, 2013). Penelitian ini dilakukan di RSUD Bendan kota Pekalongan dengan menggunakan sampel sebanyak 8 partisipan menggunakan metode quasi eksperimen dengan pretest dan posttest. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2017. Terapi yang digunakan antara lain : TENS, LASER dan Terapi Latihan. Tujuan : untuk mengetahui pengaruh Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation, Laser, dan Terapi Latihan pada penderita Total Knee Replacement sinistra. Hasil : Berdasarkan hasil pengujian didapat nilai sig. (2-tailed) untuk nilai VAS yang tampak pada sebesar 0,001, hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan derajat nyeri yang signifikan. Hasil uji hipotesis untuk lingkup gerak sendi mendapatkan nilai sig (2-tailed). Hal ini berarti terjadi peningkatan lingkup gerak sendi yang signifikan. Sedangkan hasil uji hipotesis untuk skor Jette dengan nilai sig (2tailed) test sebesar 0,000 yang berarti terjadi peningkatan yang signifikan untuk kemampuan aktivitas fungsional pasien. Kesimpulan : Modalitas TENS, LASER dan Terapi latihan pada pasien post total knee replacement dapat mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi dan meningkatkan aktifitas fungsional lutut partisipan secara signifikan.
PENGARUH INFRARED, ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA FACIITIS PLANTARIS Kuswardani Kuswardani; Suci Amanati; Novian Unggul Yudhanto
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.969 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v2i1.50

Abstract

Latar Belakang: Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Suzan, ditemukan bahwa fasciitis plantaris menyumbang 41,5% masalah pada kasus musculoskeletal di setiap pusat perawatan tersier di California, Amerika Serikat. Menurut data yang diperoleh dari laporan bulanan poli rehab medik Rumah Sakit Tentara Bhakti Wira Tamtama Semarang Jawa Tengah pada tahun 2017 angka pasien yang mengalami fasciitis plantaris pada bulan januari sampai bulan Desember terdapat 67 pasien yang mengalami kasus fasciitis plantaris tersebut. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh infrared, ultrasound dan terapi latihan dalam membantu untuk mengurangi nyeri tekan dan gerak, meningkatkan nilai kekuatan otot dan meningkatkan aktivitas fungsional sendi ankle pada pasien fasciitis plantaris. Hasil: hasil pengujian didapatkan bahwa nilai sig (2tailed) untuk nilai VAS sebesar 0,004, nilai MMT plantar fleksi engkel sebesar 0,007, nilai MMT dorsal fleksi engkel sebesar 0,000 dan nilai skor total FADI sebesar 0, 006 berada pada < 0,05 sebagai batas kritis penilaian signifikansi, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut berarti terjadi perubahan yang signifikan meliputi penurunan derajat nyeri, peningkatan kekuatan otot untuk gerakan dorsal fleksi dan plantar fleksi engkel dan peningkatan kemampuan aktivitas fungsional partisipan. Kesimpulan: penggunaan dengan modalitas infrared, ultrasound dan terapi latihan berupa stretching, towel stretch, stretch and scroll serta latihan penguatan pada kasus plantar fascitis dengan jumlah partisipan sebanyak 8 orang terbukti efektif mengurangi derajat nyeri, meningkatkan kekuatan otot engkel untuk gerakan plantar fleksi dan dorsal fleksi serta meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional kaki partisipan.