Didik Purnomo
Akademi Fisioterapi Widya Husada Semarang

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS STEP TEST SEBAGAI ALAT UKUR KESEIMBANGAN PADA LANSIA Didik Purnomo
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 2 No 2 (2018): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.127 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v2i2.23

Abstract

Lansia dalam beraktivitas memerlukan keseimbangan yang baik,keseimbangan adalah interaksi dari tiga unsur yaitu kemampuan fisik menyangkutsistem muskuloskletal dan lingkup gerak sendi (LGS), lingkungan aktivitas danbeban kerja (Shumway-cook, 2001). Hasil penelitian uji validitas dan reliabilitasstep test sebagai alat ukur keseimbangan pada lansia ini di harapkan dapat dijadikan pertimbangan pemilihan sebagai instrumen tes penyaringan resiko jatuh.Faktor utama resiko jatuh pada lansia adalah fungsi keseimbangan, sehinggadengan dilakukan pemeriksaan keseimbangan dengan step test secara dini diharapkan dapat mencegah resiko jatuh pada lansia dalam beraktivitas. DiIndonesia penelitian tentang alat ukur step test ini belum terlalu banyak. Denganadanya penelitian ini di harapkan akan menambah evidence based terhadapvaliditas dan reliabilitas dari alat ukur keseimbangan step test ini. Pengukuranuntuk uji validitas di lakukan oleh 2 (dua) orang pengukur mengukur 30 subyekpenelitian , untuk uji reliabilitas interrater di lakukan oleh 3 (tiga) pengukurterhadap 30 subyek penelitian dalam waktu yang sama, uji reliabilitas intraraterdi lakukan oleh 1 (satu) orang pengukur dalam 3 (tiga) kesempatan waktu yangberbeda terhadap 30 subyek penelitian. Analisa statistik menggunakan Analisadeskriptif, Uji validitas dengan korelasi Pearson dan Analisa uji reliabilitas untukmengetahui koefisien korelasi interrater dan intrarater dengan tehnik statistikReliability Analysis Scale atau ALPHA (Domhold, 2000). Uji validitas hasilp=0,000 dan r=0,716 di mana dapat di putuskan ada hubungan antara step test danTUG tes dan hubungannya kuat, uji reliabiliatas interrater pengukur 1, 2 dan 3 di peroleh nilai p=0,000 artinya ada hubungan antara pengukur 1, 2 dan 3 besar nilai ICC = 0,98, uji reliabilitas intrarater di peroleh hasil dari pengukur 3 (tiga)dalam 3 (tiga) kesempatan waktu yang berbeda nilai p=0,000 dapat di putuskanbahwa ada hubungan antara pengukur 3 dalam kesempatan 1, 2 dan 3 besar nilaiICC adalah 0,89. step test valid dan reliabel sebagai alat ukur keseimbangan padalansia.
PENGARUH TERAPI LATIHAN TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA Didik Purnomo; Kuswardani Kuswardani; Rizka Novitasari
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (84.048 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v2i1.41

Abstract

Latar Belakang :. Instansi kesehatan di Indonesia telah mendata diantaranya YPAC Cabang Semarang dengan jumlah anak terdiagnosa Cerebral Palsy pada tahun 2008 sebanyak 41 anak, tahun 2009 sebanyak 36 anak, pada tahun 2010 sebanyak 39 anak, pada tahun 2011 sebanyak 41 anak, pada tahun 2012 sebanyak 47 anak, pada tahun 2013 sebanyak 47 anak, pada tahun 2014 sebanyak 50 anak, pada tahun 2015 sebanyak 56 anak, pada tahun 2016 sebanyak 78 anak (YPAC Cabang Semarang,2016). Penelitian dilakukan di YPAC semarang pada bulan November 2017 sebanyak 8 orang partisipan dengan tindakan fisioterapi menggunakan konsep bobath dengan teknik inhibisi, fasilitasi dan stimulasi. Penelitian menggunakan metode pretest-posttest dengan quasi eksperimen Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh terapi latihan dengan metode Bobath Exercise dalam meningkatkan kemampuan fungsional pada pasien Cerebral Palsy Diplegia Spastic. Hasil : Setelah dilakukan terapi didapatkan hasil adalah tidak ada peningkatan kemampuan fungsional pasien berdasarkan hasil uji paired sample t test didapatkan nilai p (sig) sebesar 0.080 yang berada dibawah batas kritis yaitu >0,05 sehingga Ho diterima sedangkan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi peningkatan yang signifikan antara sebelum dengan sesudah terapi. Kesimpulan : Terapi latihan dengan metode Bobath Exercise seperti inhibisi dan fasilitasi, latihan dengan easy stand dan latihan berjalan pada paralel bar serta pemberian edukasi epada partisipan belum dapat menunjukkan hasil yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan fungsional partisipan, keberhasilan terapi juga membutuhkan kerja sama yang aik antara pasien, orang tua pasien dengan terapi dan durasi waktu terapi juga mempengaruhi keberhasilan dalam pelaksanaan terapi.
PENGARUH INFRA RED DAN PROPIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION PADA HEMIPARESE STROKE NON HEMORAGIK Didik Purnomo; Kuswardani Kuswardani; Syifa Maulida Fadhilah
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.995 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v2i1.45

Abstract

Latar Belakang : Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8%), diikuti DI Yogyakarta (10,3%), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil, sedangkan untuk prevalensi stroke di Jawa Tengah (12,3%) (Riskesdas, 2013). Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh fisioterapi dengan Infra Red dan Propioceptive Neuromuscular Facilitation pada Hemiparase et causa Stroke Non Haemoragik. Hasil : Hasil uji normalitas menunjukkan distribusi data normal, maka uji hipotesis menggunakan metode paired sample t test. Hasil pengujian tersebut menunjukkan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,08 yang berada pada > 0,05 sehingga Ha ditolak dan Ho diterima yang bermakna perubahan pada pasien sesudah terapi tidak signifikan dibandingkan dengan sebelum terapi. Hal ini dapat disebabkan karena gangguan pada sistem saraf pusat yang membutuhkan waktu, intensitas dan jumlah pertemuan lebih banyak sertamembutuhkan kerjasama antara pasien, keluarga dan terapis yang baik agar terlihat perubahan pada partisipan. Kesimpulan : Pada penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan infra red dan propioceptive neuromuscular facilitation pada hemiparese stroke non hemoragik belummenunjukkan perubahan yang signifikan pada pasien.
PENGARUH TERAPI LATIHAN PADA DEVELOPMENTAL DELAY Suci Amanati; Didik Purnomo; Zainal Abidin; Irawan Wibisono
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.532 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v2i1.48

Abstract

Latar Belakang : Prevalensi keterlambatan perkembangan motorik yang signifikan di dalam populasi anak tidak diketahui. Melalui perhitungan statistik, 2-3% bayi berada di luar rentang tonggak pencapaian motorik normal. Dari angka tersebut, sebagian kecil (15-20%) diketahui mempunyai diagnosis gangguan neuromotor signifikan berupa serebral palsi atau defek pada saat lahir. Terapi latihan yang digunakan adalah neuro senso motor reflex development and synchronization, mobilisasi trunk, dan latihan gerak fungsional. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tindakan fisioterpai fisioterapi dengan terapi latihan pada developmental delay. Hasil : Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan paired sample t test dengan hasil yang tampak menunjukkan nilai sig (2-tailed) sebesar 0,104 (> 0,05) yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Berdasarkan data tersebut, terapi yang diberikan berupa Neuro senso motor reflex development and synchronization, Mobilisasi Trunk dan latihan gerak fungsional tidak efektif pada penelitian kali ini, Hal ini terjadi karena tidak ada perubahan yang signifikan pada partisipan antara sebelum terapi dengan sesudah terapi. Kesimpulan : terapi latihan Neuro senso motor reflex development and synchronization, Mobilisasi Trunk dan latihan gerak fungsional tidak efektif pada penelitian kali ini, karena tidak ada perubahan yang signifikan padapartisipan antara sebelum terapi dengan sesudah terapi. Tidak adanya perubahan yang signifikan pada pasien dapat disebabkan oleh gangguan terjadi pada sistem saraf pusat yang membutuhkan waktu terapi lebih lama dan kerjasama yang baik antara terapis, partisipan dan keluarga partisipan.
PENGARUH INFRA RED, ELECTRICAL STIMULATION DAN TERAPI LATIHAN PADA DROP HAND ET CAUSA POST OPERASI FRAKTUR HUMERUS Akhmad Alfajri Amin; Suci Amanati; Didik Purnomo; Ade Pratama Putra
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.661 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v2i1.49

Abstract

Latar Belakang : Pasien drop hand akan mengalami kelemahan dari grup otot extensor dari tangan, jari-jari, dan pergelangan tangan sehingga terlihat fleksi jari- jari. Di Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cidera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas, dan trauma benda tajam atau tumpul. Kasus fraktur femur 39%, fraktur humerus 15%,fraktur tibia fibula 11%, diantara kasus tersebut, 20-50 juta orang lainnya mengalami disabilitas. Terapi pada penelitian ini, meliputi Infra Red. Electrical Stimulation dan Terapi Latihan. Tujuan : untuk mengetahui pengaruh Infra Red, Electrical Stimulation dan terapi latihan pada Drop Hand e.c Post Operasi Fraktur Humerus. Hasil : Hasil uji hipotesis untuk nilai MMT ekstensor carpi ulnaris didapatkan sig (2-tailed) 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan kekuatan otot yang signifikan setelah dilakukan terapi. Hasil uji hipotesis untuk nilai MMT ekstensor carpi radialis didapatkan sig (2-tailed) 0,019 < 0,05. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan kekuatan otot yang signifikan setelah dilakukan terapi. Hasil uji hipotesis untuk nilai MMT abduktor policis didapatkan sig (2-tailed) 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan kekuatan otot yang signifikan setelah dilakukan terapi. Hasil uji hipotesis untuk skor WHDI didapatkan sig (2-tailed) 0,001 < 0,05. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan fungsional aktivitas tangan partisipan. Kesimpulan : Infra Red (IR), Electrical Stimulation (ES), Terapi Latihan (TL), dan edukasi dapat, meningkatkan kekuatan otot ekstensor tangan, meningkatkan lingkup gerak sendi, dan menambah fungsional aktifitas seperti BAB, BAK, Mandi, Berpakaian.
PENGARUH MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA OSTEOARTHRITIS GENU Didik Purnomo; Zainal Abidin; Riza Dwi Wicaksono
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.801 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i2.55

Abstract

Latar Belakang : Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, pravalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosa kesehatan di Indonesia 11,9% dan berdasarkan gejala 24,7%. Pravalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di bali 19,3% sedangkan berdasarkan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, jawa barat 32,1%, DKI Jakarta 21,8% jika dilihat dari karakteristik umur , pravalensi tertinggi pada umur ≥ 75 tahun (54,8%) penderita wanita juga lebih banyak (27,5%) dibandingkan dengan pria (21,8%)(Riskesdas, 2013) Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. H. Soewondo kendal pada bulan November 2017 dengan menggunakan sampel sebanyak 8 orang partisipan dengan metode quasi eksperimen jenis pretest-posttest. Tujuan : mengetahui pengaruh penggunaan Micro Wave Diathermy, Latihan aktif, Resisted active exercise dan Hold Relax pada osteoarthritis genu Hasil : uji normalitas data dengan saphiro-wilk test mendapatkan hasil distribusi data normal dengan nilai sig. untuk VAS sebelum terapi 0.168, VAS sesudah terapi 0.273, LGS sebelum terapi 0.592, LGS sesudah terapi 0.476, skor Jette sebelum terapi 0.507 dan skor Jette setelah terapi 0.501. uji hipotesis menggunakan paired sample t test didapatkan hasil berupa perubahan signifikan antara sebelum terapi dibandingkan dengan setelah terapi ditunjukan dengan sig. (2-tailed) untuk VAS 0,000, sig. (2-tailed) untuk LGS 0,001 dan sig. (2-tailed) untuk skor Jette 0,000. Kesimpulan : intervensi fisioterapi berupa Micro Wave Diathermy, Latihan aktif, Resisted active exercise dan Hold Relax terbukti mampu menurunkan derajat nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi dan Kemampuan fungsional aktivitas lutut partisipan.
PENGARUH ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME Didik Purnomo; Akhmad Alfajri Amin; Redita Cahyani Ardiningsih
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.747 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i2.58

Abstract

Latar Belakang : Di Indonesia, prevalensi CTS antara 5,6% sampai dengan 15%. Penelitian Harsono pada pekerja suatu perusahaan ban di Indonesia melaporkan prevalensi CTS pada pekerja sebesar 12,7%. Penelitian ini dilakukan di RSUD dr.R.Soetijono Blora menggunakan sampel sebanyak 8 orang partisipan dengan metode quasi eksperimen jenis pretest-posttest. Intervensi yang diberikan berupa ultrasound dan terapi latihan. Tujuan : untuk mengetahui pengaruh ultrasound dan terapi latihan pada carpal tunnel syndrome Hasil : uji normalitas dengan saphiro wilk test didapatkan nilai sig VAS sebelum terapi 0.522, nilai sig VAS sesudah terapi 0.120, nilai sig MMT sebelum terapi 0.297, nilai sig MMT sesudah terapi 0.142, nilai sig WHDI sebelum terapi 0.988 dan nilai sig WHDI sesudah terapi 0.626 karena seluruh nilai sig. >0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti distribusi data pada penelitian ini normal. Uji hipotesis dengan paired sample t test mendapatkan hasil untuk nilai VAS sig. 2 tailed sebesar 0,002, untuk nilai MMT sig. 2 tailed sebesar 0,005 dan untuk nilai WHDI sig. 2 tailed sebesar 0,001 dengan sig. 2 tailed < 0,05 berarti Ho ditolak Ha diterima, menunjukkan terjadi perubahan yang signifikan untuk penurunan derajat nyeri, peningkatan kekuatan otot fleksor wrist dan peningkatan fungsional aktivitas partisipan. Kesimpulan : intervensi yang diberikan berupa ultrasound dan terapi latihan berpengaruh dalam menurunkan derajat nyeri, meningkatkan kekuatan otot fleksor wrist dan kemampauan aktivitas fungsional partisipan.
PENGARUH INFRA RED, ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA POST RELEASE DE QUERVAIN'S SYNDROME Didik Purnomo; Suci Amanati; Nurul Sholikah
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.189 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i2.59

Abstract

Latar belakang : Di Indonesia dari hasil survei sementara di rental di desa Bener, Kecamatan ngrampal, Kabupaten Sragen. Pada 20 orang penggemar play station ada 5 orang terindikasi De Quervain Syndrome atau 25% dari sampel yang terindikasi dengan keluhan ibu jarinya merasa baal, kesemutan dan nyeri bila digerakkan (Hidayat, 2011). Penelitian ini dilakukan di RST Bhakti Wira Tamtama Semarang pada bulan Desember 2017 dengan jumlah partisipan 8 orang. Metode penelitian dengan quasi eksperimen jenis pretest-posttest. Intervensi yang diberikan berupa infra red, ultrasound dan terapi latihan. Tujuan : Mengetahui pengaruh penggunaan Ultrasound dan terapi latihan pada post release de quervain’s syndrome Hasil : Hasil uji normalitas dengan saphiro wilk test nilai sig. VAS sebelum terapi 0.408, nilai sig. VAS setelah terapi 0.408, nilai sig. MMT sebelum terapi 0.129, nilai sig. MMT sesudah terapi 0.383, nilai sig. WHDI sebelum terapi 0.638 dan nilai sig. WHDI setelah terapi 0.456. berdasarkan data tersebut sig. memiliki nilai > 0,05. Hal ini berarti distribusi data tersebut normal. Uji hipotesis dengan paired sample t test nilai sig 2-tailed untuk nilai VAS sebesar 0.001, nilai sig 2-tailed untuk nilai MMT sebesar 0.004 dan nilai sig 2-tailed untuk skor WHDI sebesar 0.000, maka nilai sig 2 tailed seluruh data <0,05 berarti terjadi perubahan yag signifikan untuk penurunan derajat nyeri, peningkatan kekuatan otot dan peningkatan aktivitas fungsional partisipan. Kesimpulan : Penggunaan infra red, ultrasound dan terapi latihan efektif pada kasus post release de quervain's syndrome karena terjadi penurunan derajat nyeri, peningkatan kekuatan otot dan peningkatan aktivitas fungsional partisipan.
PENGARUH TERAPI LATIHAN PADA POST ORIF DENGAN PLATE AND SCREW NEGLECTED CLOSE FRACTURE FEMUR Didik Purnomo; Kuswardani .; Ristya Mutiara Asyita
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.614 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i2.60

Abstract

Latar belakang : kasus fraktur di indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 9702 orang mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ortopedi Prof.dr.R.Soeharso dengan menggunakan sampel sebanyak 8 orang partisipan dengan menggunakan metode quasi eksperimen jenis pretest-posttest. Intervensi yang diberikan adalah terapi latihan. Tujuan : mengetahui pengaruh terapi latihan pada post ORIF dengan Plate and screw neglected close fracture femur Hasil : hasil uji normalitas dengan saphiro wilk test sig nilai VAS sebelum terapi 0.338, sig nilai VAS sesudah terapi 0.775, sig indeks Barthel sebelum terapi 0.728 dan sig indeks Barthel sesudah terapi 0.970. dengan batas kritis 0,05 sedangkan nilai sig data berada pada>0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti distribusi data normal. hasil uji hipotesis nilai VAS pada tabel 5 didapatkan nilai sig 2-tailed sebesar 0.002 sedangkan untuk indeks barthel pada tabel 6 didapatkan nilai sig 2 tailed sebesar 0.000 dengan nilai kritis 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga pada penelitian ini terjadi perubahan yang signifikan untuk penurunan derajat nyeri dan peningkatan aktivitas fungsional partisipan. Kesimpulan : intervensi berupa terapi latihan pada kondisi post ORIF fracture femur efektif dalam menurunkan derajat nyeri dan meningkatkan aktivitas fungsional partisipan.
PENGARUH NEBULIZER, INFRARED DAN TERAPI LATIHAN PADA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) ET CAUSA ASMA BRONKIAL Didik Purnomo; Zainal Abidin; Rio Ardianto
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.518 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i2.61

Abstract

Latar Belakang : Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Kota Semarang prevalensi tahun 2011 sekitar 4249 kasus, tahun 2012 sekitar 1342 kasus, tahun 2013 sekitar 820 kasus, dan tahun 2014 sekitar kasus, berdasarkan kematian kasus Penyakit Paru Obstruktif di Kota Semarang prevalensi dari tahun 2010 sekitar 36 orang, pada tahun 2011 sekitar 36 orang, tahun 2012 sekitar 66 orang, tahun 2013 sekitar 81 orang, dan tahun 2014 sekitar 54 orang. Penelitian ini dilakukan di RSUD KRMT Wongsonegoro pada bulan Mei 2017 dengan mengambil sampel sebanyak 8 orang partisipan sedangkan metode quasi eksperimen jenis pretest-posttest. Intervensi yang diberikan berupa infrared, nebulizer dan terapi latihan. Tujuan : Menegetahui pengaruh penggunaan infrared, nebulizer dan terapi latihan pada kasus PPOK et causa asma Bronkial. Hasil : Uji normalitas dengan saphiro wilk test nilai sig. respiratory rate sebelum dilakukan terapi 0.634, nilai sig. respiratory rate sesudah dilakukan terapi 0.139, nilai sig. Skala Borg sebelum dilakukan terapi 0.522 dan Skala Borg sesudah dilakukan terapi 0.098 maka nilai sig. > 0,05 Hal ini berarti distribusi data normal. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan paired sample t test dengan hasil sig 2 tailed untuk respiratory rate 0,007 sedangkan nilai sig skala Borg 2 tailed sebesar 0,001. Maka nilai sig 2 tailed <0,05. Hal ini berarti terjadi perubahan yang signifikan pada partisipan setelah diberikan terapi. Kesimpulan : intervensi yang diberikan berupa penggunaan infrared, nebulizer dan terapi latihan. Terbukti efektif dalam memperbaiki respiratory rate dan mengurangi sesak napas pada kasus PPOK et causa asma bronkial.