Kuswardani .
Akademi Fisioterapi Widya Husada Semarang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH MICRO WAVE DIATHERMY, TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION, TERAPI LATIHAN DAN TERAPI MANIPULASI PADA CERVICAL SYNDROME Kuswardani .; Zainal Abidin; Akhmad Alfajri Amin
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.028 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i2.54

Abstract

Latar Belakang : Penelitian pada 251 responden seorang pekerja, didapatkan keluhan nyeri tengkuk menduduki peringkat ke 4 (37.5%) setelah bahu kanan 53.8%, bahu kiri 47,4% dan pinggang 45%. Dari hasil pemeriksaan didapa-kan prevalensi nyeri tengkuk sebesar 55.4% (Dina/Departemen Kesehatan, Indonesia.htm, 2004). Penelitian ini dilakukan di RSUD Sleman selama bulan Juni 2018 dengan jumlah partisipan sebanyak 8 orang dengan metode quasi eksperiment jenis pretest-posttest. Modalitas fisioterapi yang diberikan berupa Microwave Diathermy, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, Terapi Latihan dan Terapi Manipulasi. Tujuan : untuk mengetahui pengaruh micro wave diathermy, TENS, Terapi Latihan dan Terapi Manipulasi pada cervical syndrome Hasil : Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai sig. vas sebelum terapi sebesar 0.857dan setelah terapi sebasar 0.857; MMT sebelum terapi sebesar 0.059 dan setelah terapi sebesar 0.432; NDI sebelum terapi sebesar 0.117 dan NDI setelah terapi sebesar 0.137. Berdasarkan data tersebut, maka data pada penelitian ini distribusinya normal. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai sig. 2 tailed nilai VAS 0,000 berarti terjadi perubahan yang signifikan dalam penurunan derajat nyeri partisipan, nilai secara sigfinikan, sig. 2-tailed nilai MMT 0,002 yang berarti ada perubahan yang signifikan dalam peningkatan kekuatan otot ekstensor neck partisipan, nilai sig. 2-tailed skor NDI 0,000 berarti terjadi perubahan yang signifikan dalam kemampuan aktivias fungsional leher partisipan. Kesimpulan : menggunakan modalitas fisioterapi berupa Microwave Diathermy, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, Terapi Latihan dan Terapi manipulasi efektif dalam menurunkan nyeri, meningkatkan kekuatan otot ekstensor leher dan kemampuan aktivitas fungional leher partisipan.
PENGARUH INFRA RED, MASSAGE DAN MIRROR EXERCISE PADA BELL'S PALSY Zainal Abidin; Kuswardani .; Dicky Haryanto
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.768 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i2.56

Abstract

Latar belakang : Prevalensi Bell’s Palsy (BP) di beberapa negara cukup tinggi. Di Inggris dan Amerika berturut-turut 22,4 dan 22,8 penderita per 100,000 penduduk per tahun. Di Belanda (1987) 1 penderita per 5000 orang dewasa dan 1 penderita per 20,000 anak per tahun. Data yang dikumpulkan di 4 buah rumah sakit di Indonesia diperoleh frekuensi BP sebesar 19,55% dari seluruh kasus neuropati, dan terbanyak terjadi pada usia 21-30 tahun. Penderita diabetes mempunyai resiko 29% lebih tinggi, dibanding non-diabetes. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen jenis pretest-posttest. Intervensi yang diberikan berupa terapi infra red, massage dan mirror exercise. Tujuan : tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan infra red, massage dan mirror exercise pada bell’s palsy Hasil : hasil uji normalitas menunjukkan bahwa penelitian ini memiliki distribusi data normal karena nilai sig. untuk Ugo fish score sebelum terapi 0.652 dan untuk setelah terapi 0.95 yang berada pada > 0,05. Sedangkan untuk uji hipotesis didapatkan nilai sig. 2 tailed sebesar 0,000 yang berada pada < 0,05 sebagai batas kritis, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Maka hasil terapi ini menunjukkan terjadi peningkatan nilai kekuatan otot wajah yang signifikan antara sebelum dengan sesudah terapi. Kesimpulan : Pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa penggunaan infra red, massage dan mirror exercise efektif dalam meningkatkan kekuatan otot serta perbaikan nervus facialis partisipan.
PENGARUH TERAPI LATIHAN PADA POST ORIF DENGAN PLATE AND SCREW NEGLECTED CLOSE FRACTURE FEMUR Didik Purnomo; Kuswardani .; Ristya Mutiara Asyita
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.614 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i2.60

Abstract

Latar belakang : kasus fraktur di indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 9702 orang mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ortopedi Prof.dr.R.Soeharso dengan menggunakan sampel sebanyak 8 orang partisipan dengan menggunakan metode quasi eksperimen jenis pretest-posttest. Intervensi yang diberikan adalah terapi latihan. Tujuan : mengetahui pengaruh terapi latihan pada post ORIF dengan Plate and screw neglected close fracture femur Hasil : hasil uji normalitas dengan saphiro wilk test sig nilai VAS sebelum terapi 0.338, sig nilai VAS sesudah terapi 0.775, sig indeks Barthel sebelum terapi 0.728 dan sig indeks Barthel sesudah terapi 0.970. dengan batas kritis 0,05 sedangkan nilai sig data berada pada>0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti distribusi data normal. hasil uji hipotesis nilai VAS pada tabel 5 didapatkan nilai sig 2-tailed sebesar 0.002 sedangkan untuk indeks barthel pada tabel 6 didapatkan nilai sig 2 tailed sebesar 0.000 dengan nilai kritis 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga pada penelitian ini terjadi perubahan yang signifikan untuk penurunan derajat nyeri dan peningkatan aktivitas fungsional partisipan. Kesimpulan : intervensi berupa terapi latihan pada kondisi post ORIF fracture femur efektif dalam menurunkan derajat nyeri dan meningkatkan aktivitas fungsional partisipan.