Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Village Elite Role on The Productive Migrant Village Program in Banyumas Indonesia Muslihudin, Muslihudin; Wulan, Tyas Retno; Sugiarto, Tri; Wardhianna, Sotyania; Wijayanti, Sri
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 13, No 2 (2021): September 2021
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v13i2.29144

Abstract

Within social structure inside society, there is a group called the elite group consists of small number of people who are at the top of the stratum of the community. The group has a big role in various activities in the community. Banyumas is one of the regencies that receive a Productive Migrant Village Program (PMVP) whose implementation is related to the group of village elite. The purpose of this paper is to show how the role of the village elite in the village community empowerment, especially in the implementation of the programs. The method of the research is a critical qualitative research method. The data are obtained by interview, observation, and documentation. An analysis of the study was conducted interactively. The results of the study are; 1) The implementation of the programs are driven by village elites, 2) village political elites are responsible for the success since the beginning of the program, 3) political elites and economic elites ally in the implementation of the productive migrant village program. Such pattern of village elite alliances can be used as a useful model for the success of development programs or the empowerment of rural communities, not only in the programs, but also in other community empowerment programs.
Negara Maritim Indonesia, Migrasi Tidak Teratur, dan Hak Pengungsi Lintas Batas Nurul Azizah Zayzda; Sri Wijayanti
Insignia: Journal of International Relations Vol 3 No 02 (2016): November 2016
Publisher : Laboratorium Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.669 KB) | DOI: 10.20884/1.ins.2016.3.02.472

Abstract

AbstrakMakalah ini membahas kebijakan Indonesia sebagai sebuah negara maritim dalam menghadapi persoalan migrasi tidak teratur, khususnya disini yang berdampak pada pencari suaka dan pengungsi lintas batas. Isu migrasi tidak teratur masih merupakan persoalan yang dihadapi oleh negara maritim yang memiliki akses terbuka berupa laut yang menjadi jalur utama perjalanan migran menuju negara tujuan. Sebagai negara yang terletak di jalur pelayaran utama dunia, di tengah tengah benua Australia dan Asia, Indonesia seringkali dihadapkan pada persoalan ini dimana Indonesia menjadi jalur atau negara transit pengungsi dan pencari suaka yang kebanyakan datang dari wilayah Timur Tengah dan Asia Selatan. Menurut data UNHCR, saat ini terdapat sekitar 13 ribu pengungsi dan pencari suaka di Indonesia, dan jumlah ini meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Indonesia sebagai negara maritim memiliki prinsip bahwa kepulauan dan kelautan Indonesia merupakan satuan pertahanan dan keamanan Indonesia (Zen, 2000, dikutip dari Geomagz, 2016). Namun penting untuk lebih jauh melihat bagaimana prinsip ini memandang hak asasi manusia dalam isu krisis kemanusiaan seperti pengungsi lintas batas dan pencari suaka. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana karakter kemaritiman yang diambil Indonesia berpengaruh terhadap cara Indonesia menyikapi pengungsi lintas batas yang melakukan perjalanan dengan penyelundupan manusia. Makalah ini dibatasi lebih lanjut kepada bentuk kerjasama internasional untuk menangani penyelundupalajan manusia yang diinisiasi oleh atau melibatkan Indonesia. Dari sini kemudian ditarik kesimpulan mengenai hambatan pemenuhan hak pengungsi lintas batas dalam sistem internasional yang berdasarkan kedaulatan negara-bangsa.Kata-kata kunci: negara maritim, penyelundupan manusia, hak-hak pengungsi lintas batas, pencari suaka. AbstractThis paper discusses the policy of Indonesia as a maritime country in addressing the issue of irregular migration, especially that impact on asylum seekers and refugees. The issue of irregular migration is still faced by maritime nations that have open access in the form of sea which became the main route of migrant journey to the destination country. As a country located in the world's major shipping lanes, in the middle of the continent of Australia and Asia, Indonesia is often faced with this problem given that Indonesia is a transit country of refugees and asylum seekers mostly from the Middle East and South Asia. According to data from UNHCR, there are currently about 13 thousand refugees and asylum seekers in Indonesia, and this number increased from previous years. Indonesia as a maritime country has a principle that Indonesia is an archipelago while maritime is part of its defense and security unit (Zen, 2000, cited from Geomagz, 2016). However it is important to further see how this principle oversees the issue of human rights in humanitarian crises such as refugees and asylum seekers.This paper aims to explain how the maritime character of Indonesia affects its ways to address refugee travel with people smuggling. This paper is further limited to the forms of international cooperation to tackle human smuggling initiated by or involving Indonesia. The obstacles to meet the refugee rights in the international system that is based on the sovereignty of the nation-state is then concluded.
Perlindungan Buruh Migran Indonesia Melalui Pelatihan Paralegal di Banyumas Sri Wijayanti; Nurul Azizah Zayzda; Tyas Retno Wulan; Rani Hendriani
JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat) VOL. 2 NOMOR 1 MARET 2018 JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.042 KB) | DOI: 10.30595/jppm.v2i1.1968

Abstract

ABSTRAK                Berdasarkan hasil penelitian, website milik Paguyuban SERUNI yaitu http ://www.seruni.or.id/ dan Seruni Banyumas (akun di facebook) adalah media yang digunakan oleh Paguyuban Seruni Banyumas untuk membantu permasalahan BMI yang sedang bekerja di luar negeri. Melalui media tersebut, Paguyuban Seruni telah menerima 15 kasus pengaduan BMI. Sebanyak 6 kasus telah ditangani dan sisanya masih dalam proses penanganan.Salah satu kendala yang dihadapi oleh Paguyuban SERUNI adalah masih sedikitnya sumberdaya manusia yang memiliki pengetahuan tentang hukum dan rendahnya kemampuan untuk melakukan pendampingan kasus. Hal ini berakibat pada kasus untuk para BMI yang sedang mengalami permasalahan tidak maksimal untuk didampingi. Berdasarkan hal tersebut, pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia melalui Pelatihan Paralegal untuk buruh migran di kabupaten banyumas.Pelatihan ini menggunaka metode penyuluhan dan praktik pendampingan kasus.Dari pelatihan ini, para buruh migran semakin percaya diri untuk menjadi paralegal dan mampu untuk melakukan pendampingan kasus-kasus buruh migran.Mereka berhasil membentuk sebuah divisi advokasi bernama Paralegal Banyumas. Kata kunci : Buruh Migran, Kasus, Paralegal, Pelatihan. ABSTRACT    The Paguyuban Seruni’s website in  http ://www.seruni.or.id/ and Seruni’s account on facebook are the tools that paguyuban Seruni used to help migrant worker’s problem who are having stay overseas. Through it, Paguyuban Seruni have accepted 15 cases, 6 cases solved but the rest is going to be solved. The research also found that one of obstacles why the cases is going to be solved is lack of the human resources who do not have enough knowledge about law and low skills in dealing with how to handle the case. Consequently, the cases had not been well-handled.Based on that background, this public service focused on improving the quality and quantity of human resources through The Training of Paralegal for Protection of Migrant Workers in Banyumas.The method is used teaching and practicing theories to solve the cases. After they finished the training, there are become braver and braver as a paralegal, moreover they can do help to solve migrant worker’s problems.  They also succeeded to build an organization named Paralegal Banyumas. Keyword : Case, Paralegal, Migrant Worker, Training
Pendidikan Migrasi Aman: Membangun Kekuatan Melalui Pengetahuan Nurul Azizah Zayzda; Sri Wijayanti
JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat) VOL. 2 NOMOR 2 SEPTEMBER 2018 JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.165 KB) | DOI: 10.30595/jppm.v2i2.1967

Abstract

Urgensi dari pembelajaran migrasi aman berangkat dari masalah yang dihadapi migran yang cenderung dipandang semata sebagai objek dari kebijakan dan memiliki posisi lemah sebagai orang asing di negara tujuan. Migrasi tidak aman yang dihadapi masyarakat Indonesia telah menyebabkan berbagai kasus seperti human trafficking, pelanggaran kontrak, beban kerja yang berlebihan dan masalah lainnya seperti overstay atau hilang kontak dengan keluarga dan agen akibat pengetahuan yang lemah mengenai migrasi. Dalam tulisan ini dijabarkan mengenai pentingnya pemahaman mengenai migrasi aman dan cara yang telah dilakukan penulis untuk menumbuhkan pengetahuan ini melalui kegiatan pelatihan peer educator untuk tersebarluasnya pemahaman migrasi aman.Metode pelatihan peer educator untuk pembelajaran migrasi aman ini telah diterapkan di SMK Swagaya 1 Purwokerto, Banyumas dengan latar belakang sejumlah lulusan sekolah ini sebelumnya telah bekerja di luar negeri sebagai pekerja migran. Tren seperti ini terus berlanjut sehingga dibutuhkan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai migrasi aman. Berikut adalah beberapa hasil yang didapatkan dari pelatihan. Pertama, pelatihan ini telah membekali sejumlah siswa dengan pengetahuan dasar mengenai migrasi aman untuk pekerja dan mengenai hak-hak pekerja migran dilihat dari hasil post-test. Kedua, pelatihan ini telah memicu inisiatif siswa peserta pelatihan untuk melakukan pengajaran mengenai migrasi aman dengan berbagai metode di lingkungan sekolah, yakni pengajaran langsung dan menyelenggarakan lomba majalah dinding sekolah yang diikuti semua kelas dengan tema migrasi aman. Ketiga, dengan adanya lomba majalah dinding, semua kelas terlibat secara aktif dalam mengumpulkan bahan bacaan mengenai migrasi aman sehingga pengetahuan mereka sendiri meningkat. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pelatihan ini meningkatkan pengetahuan siswa SMK Swagaya 1 Purwokerto mengenai migrasi aman dan hak-hak pekerja migran.Kata kunci: migrasi aman, pekerja migran, peer educator, pengajaran, hak-hak pekerja migran.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk Kebangkitan Ekonomi Kelompok Pekerja Migran pada Masa Pandemic Covid-19 Sri Wijayanti; Tyas Retno Wulan; Muslihudin Muslihudin
JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat) VOL. 7 NOMOR 2 SEPTEMBER 2023 JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/jppm.v7i2.11101

Abstract

Salah satu bentuk resiliensi masyarakat dalam menghadapi situasi sulit seperti pandemic covid19 adalah mereka berupaya untuk bangkit dan mencari peluang yang dapat mendatangkan manfaat untuk mereka. Beberapa dari masyarakat membentuk kelompok usaha untuk mencermati peluang dan kesempatan yang dapat digunakan untuk bertahan atau bahkan meningkatkan kesejahteraan mereka. Salah satunya adalah kelompok mantan pekerja migran perempuan dan keluarga. Merespon situasi ini, Kuliah Kerja Nyata/KKN untuk pemberdayaan kelompok mantan pekerja migran perempuan dan keluarga berupaya untuk membantu dan membangkitkan perekonomian kelompok ini. Melalui model pendampingan yang dilakukan oleh mahasiswa KKN di Desa Cihonje (Kabupaten Banyumas), Desa Jatisawit (Kabupaten Brebes) dan Desa Kebon ( Kabupaten Serang), pelaksanaan KKN menunjukkan hasil yang menggembirakan. Lokasi KKN pertama menjukkan bahwa KKN telah menghidupkan kembali unit usaha makanan ringan kelompok mantan pekerja migran Ikatan Perempuan Keluarga Buruh Migran Indonesia/IPAKARUMI. Pada lokasi kedua, KKN telah berhasil membuat kelompok tani MAKMUR yang beranggotakan warga Dukuh Purbanala dan keluarga pekerja migran yang berdomisili di dukuh tersebut. Kelompok tani MAKMUR memiliki lahan yang digarap bersama-sama dan hasilnya untuk anggota. Pada lokasi ketiga, KKN berhasil membuat kelompok usaha makanan ringan STIKONG yang beranggotakan mantan pekerja migran perempuan. Para mantan pekerja migran perempuan yang sebelumnya tidak memiliki kegiatan, sekarang mereka memiliki sebuah usaha untuk dikelola bersama dan hasilnya dinikmati bersama. Sebagai agent of change, mahasiswa KKN telah memberikan perubahan terhadap masyarakat sehingga masyarakat dapat mandiri secara ekonomi. 
Pemberdayaan Buruh Migran melalui Program Desa Migran Produktif di Banyumas, Indonesia: Migrant Workers Empowerment through Productive Migrant Village Programs in Banyumas, Indonesia Muslihudin Muslihudin; Tyas Retno Wulan; Tri Sugiarto; Sotyania Wardhianna; Sri Wijayanti
Society Vol 9 No 1 (2021): Society
Publisher : Laboratorium Rekayasa Sosial, Jurusan Sosiologi, FISIP Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/society.v9i1.261

Abstract

This study explains empowering Indonesian Migrant Workers (IMW) through Productive Migrant Village Programs (PMVP) in the Banyumas Regency. PMVP is a program of the Ministry of Manpower of the Republic of Indonesia held since 2016. The program aims are to empower, improve services and protection for IMWs starting from the village. The paradigm of the study is a constructivist paradigm by using a critical model. The research method used is a qualitative method with a phenomenological approach, which explores data to get the meaning of the basic and essential things of the empirical phenomena experienced by the research subject. The results of the research are 1). In providing information about the process of migrant workers faced with challenges from recruitment agencies/recruitment companies (Private Indonesian Migrant Worker Placement Agency). 2). In the stage of the production process, there are obstacles that the equipment provided by the Ministry cannot use. 3). The care of children of migrant workers is still individual only to their families. The community even still stigmatizes them as children who deserve problems since their parents abandoned them. 4). Late initiation of the migrant workers’ cooperatives. Procedures for establishing migrant workers cooperatives, mentoring, and guidance specifically related to migrant workers are needed.